Berita

Surat Gembala Paskah 2020

KELUARGAKU BANGKIT MENYELAMATKAN BUMI DAN ISINYA   Pendahuluan Saudara-saudari terkasih. Selama empat puluh hari, memalui pantang, puasa dan doa, kita telah merenungkan karya penebusan Allah bagi manusia yang dilaksanakan oleh Putera-Nya. Sesuai dengan tema permenungan kita selama masa pra-Paskah, saya ingin mengajak Umat Allah sekalian untuk bersama keluarga Anda masing-masing bangkit menyelamatkan bumi, “ibu pertiwi dan rumah kita bersama”[1]. Kita ingat bahwa kita memulai masa pra-Paskah kita dengan tanda abu atau debu. Kitab Kejadian menegaskan bahwa manusia diciptakan dari tanah dan akan kembali ke tanah (Kej 3: 19). Itulah tanda kerapuhan manusia. Syukurlah ada Kristus yang mati tapi bangkit kembali. Dia menebus kita dan mengangkat kerapuhan kita menjadi bermartabat anak-anak Allah. Kita bangkit bersama Kristus yang hidup dengan menyelamatkan bumi. Menyelamatkan bumi bukan hanya berarti menyelamatkan diri kita sendiri melainkan menyelamatkan kehidupan umat manusia. Di Tahun Cinta Kitab Suci ini, sambil mengingat bumi, jangan lupa mengingat pohon-pohon yang dilahirkan olehnya. Sepanjang Kitab Suci kita, dari Kitab Kejadian (Kej 2: 9) sampai Kitab Wahyu (Why 22: 2), tersebar cerita tentang pohon, baik yang kecil seperti tumbuhan sesawi (Mat 13: 32) maupun yang besar seperti kayu aras Libanon (Maz 92: 12) atau pohon sanobar, berangan, cemara dan murad (Yes 55: 13; 60:13). Pohon dan tumbuhan itu bukan hanya menghasilkan buah dan makanan (Kej 1: 29; Hak 6: 11; Rut 2: 23; 2 Sam 4: 6) tetapi juga sebagai obat yang sangat berguna bagi bangsa manusia (Yez 47: 12; Why 22: 2). Pribahasa kita mengatakan, “Padi yang semakin tua dan berisi semakin merunduk”. Pribahasa itu mengajarkan sikap hidup bijaksana, rendah hati dan tidak sombong. Mencintai pohon dan tumbuhan akan menjadikan kita faham tentang arti kebaikan maupun keburukan (bdk. Kej. 2: 9,16,17). Yesus sering mengajar menggunakan perumpamaan tetumbuhan agar mudah dimengerti maksudnya (Mat 13: 31-32 par., Mat 13: 24-30; Yoh 15: 1-15; dll). Kasih Allah pada manusia yang rapuh diumpamakan dengan “buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan”  (Yes 42: 3; Mat 12: 20). Bahkan Yesus sendiri mengumpamakan pemberian diri-Nya bagi manusia seperti biji gandum yang harus jatuh ke tanah untuk mati supaya menghasilkan buah (Yoh 12: 24).   Bumi Ibu Semua Mahluk Pohon, dalam banyak tradisi masyarakat manusia, dianggap sakral sekaligus berkah dan karunia langsung untuk umat manusia: udara bersih, kayu, obat-obatan, dan makanan. Ketika banyak pohon bersama membentuk hutan, mereka menyimpan air di tanah dan mengatur sirkulasi air melalui atmosfir, menstabilkan tanah, menyimpan karbon yang mencegah pemanasan global, mencegah banjir dan tanah longsor, hingga menyediakan habitat bagi banyak spesies hewan dan tumbuhan lainnya. Namun ancaman keberadaan hutan tropis semakin tinggi. Penggundulan hutan (deforestasi) melalui perkebunan, penebangan, pertambangan, pembuatan jalan, dan keperluan lainnya terus menyusutkan tutupan hutan tropis dan memicu hilangnya spesies dan perubahan iklim. Saat ini, hutan tropis membutuhkan perlindungan kita, lebih dari sebelumnya, sama halnya kita pun juga membutuhkan keberadaannya.[2] Indonesia memiliki hutan tropis ke tiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Republik Demokratik Konggo. Pada akhir tahun 1960-an, 82 % wilayah Indonesia masih merupakan kawasan hutan, namun sekarang hanya tersisa kurang dari setengahnya … Hutan yang tersisa inipun terus ditebangi dan kawasan hutan terus menurun. Perkebunan kelapa sawit dan kayu … merupakan dua kontributor terbesar hilangnya hutan di Indonesia.[3] “Hutan tropis adalah rumah bagi beragam varietas kehidupan melebihi keanekaan darat lainnya. Meskipun hutan tropis hanya menempati sebagian kecil dari permukaan bumi, di dalamnya terdapat setidaknya separuh dari spesies tumbuhan dan hewan yang hidup di bumi… Begitu menakjubkan keanekaragaman hayati yang terkandung di dalam hutan tropis sehingga 50 hektar hutan tropis dapat mengandung lebih banyak spesies pohon dibanding gabungan seluruh daratan Eropa dan Amerika Utara … Banyak spesies yang ditemukan di hutan tropis bersifat endemik, artinya mereka ada dalam lingkup geografis yang terbatas dan tidak ditemukan di tempat lain di bumi. Ini membuat mereka sangat rentan terhadap kepunahan ketika habitat terbatas mereka terancam oleh deforestasi. Setiap spesies yang punah merupakan kerugian yang tak ternilai dari sebuah ciptaan khas melalui perkembangan evolusi sejarah bumi yang sangat panjang”.[4] “Hutan tropis dunia hilang semakin cepat. Setiap tahun, hutan seluas negara Austria – sekitar 12 – 13 juta hektar – hancur. Dari hutan yang hilang ini, sekitar 3,6 juta hektar adalah hutan hujan primer, yaitu hutan tropis tua sebagai penyimpan karbon dan keanekaragaman hayati terbesar. Dalam dekade terakhir saja, dunia kehilangan kawasan tutupan pohon setara area seluruh Peracis, Jerman dan Inggris … Seperempat dari Amazon diperkirakan akan hilang pada tahun 2030, dan Kalimantan akan kehilangan setengah sisa hutannya pada tahun yang sama. Singkatnya, penggundulan hutan merupalan krisis lingkungan utama yang mengancam kemampuan bumi untuk mendukung kehidupan manusia …”.[5]   Gereja Peduli Lingkungan Hidup [6] Gereja telah lama menaruh keprihatinan atas masalah perusakan lingkungan yang berakibat buruk pada manusia. Paus Paulus VI dalam Ensiklik Populorum Progressio (1967, No. 12) mengingatkan kita bahwa masyarakat setempat  harus dilindungi dari kerakusan pendatang. Hal ini diperjelas oleh Paus Yohanes II dalam Ensiklik Sollicitudo Rei Socialis (1987, No. 34) yang menekankan bahwa alam ciptaan sebagai kosmos tidak boleh digunakan semaunya dan pengelolaannya harus tunduk pada tuntunan moral, karena dampak pengelolaan yang tidak bermoral tidak hanya dirasakan oleh manusia saat ini tetapi juga oleh generasi mendatang. Paus Benediktus XVI dalam Ensiklik Caritas in Veritate (2009, No. 48) menyadarkan kita bahwa alam adalah anugerah Allah untuk semua orang sehingga harus dikelola bersama secara bertanggung jawab bagi seluruh umat manusia. Gereja Katolik Indonesia pun telah menaruh perhatian besar pada masalah pelestarian lingkungan hidup. Hal ini ditegaskan dalam Pesan SAGKI 2005 berjudul “Bangkit dan Bergeraklah” yang mengajak Umat untuk segera mengatasi berbagai ketidakadaban publik yang paling mendesak, khususnya yang berhubungan dengan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan. Gereja juga telah melakukan banyak usaha seperti edukasi, advokasi dan negosiasi dalam mengatasi pengrusakan lingkungan yang masih berlangsung terus bahkan kian meningkat kualitas dan kuantitasnya. Paus Fransiskus dalam ensiklik Laudato Si’ – Puji Bagi-Mu – lebih tegas lagi mengingatkan kita perlunya peduli pada bumi dan lingkugan hidup. Ensiklik ini memiliki sub judul Kepedulian untuk Rumah Kita Bersama. Paus mengritik konsumerisme dan pembangunan yang tak terkendali, menyesalkan terjadinya kerusakan lingkungan dan pemanasan global, serta mengajak semua orang di seluruh dunia untuk mengambil “aksi global yang terpadu dan segera”. Ensiklik tertanggal 24 Mei 2015 itu dipublikasikan secara resmi pada tanggal 18 Juni 2015.   Undangan bagi Semua

Surat Gembala Paskah 2020 Read More »

OMK Jalintim Menyongsong SYD 2020

TULANG BAWANG – Puncak Sumatran Youth Day 2020 semakin lama semakin mendekat. Gemanya juga semakin didengar oleh banyak Orang Muda Katolik (OMK). OMK Keuskupan Tanjungkarang mendapat anugerah untuk menyambut SYD 2020 sejak 12 Februari yang lalu dimulai dari paroki Hati Kudus Yesus, Metro. Sejak saat itu, kirab Salib SYD dilakukan dari paroki ke paroki. Minggu, 01 Maret 2020, OMK Paroki Jalintim menyambut kirab Salib SYD 2020 di paroki St. Yusuf Pekerja, Tulang Bawang. Enam imam hadir untuk merayakan moment ini. Kemeriahan semakin tampak dengan keterlibatan tidak kurang dari 220 OMK dari berbagai paroki dan komunitas (OMK Bandar Lampung, Komkep, Team STIE Gentiaras, OMK Baradatu, OMK Murni Jaya, OMK Sidomulyo, OMK Kota Bumi, OMK Bandar Sakti, OMK Mesuji, dan OMK Tulang Bawang) dan ditambah dengan para suster dan frater. Keanggunan para penari khas Lampung menyambut seluruh awal prosesi estafet salib SYD 2020. Pastor pendamping OMK Baliko, rm Epa, OFM, didampingi Komisi Kepemudaan Tanjungkarang, rm Greg. Suripto, menyerahkan salib SYD 2020 kepada pendamping OMK Jalintim, rm Floren SCJ, yang didampingi rm Rafael, CP. Sambutan yang meriah ini mendapat puncaknya dalam perayaan Ekaristi Minggu Prapaskah yang pertama. Dalam homilinya, rm. Florent, SCJ menyampaikan bahwa keputusan menanggapi atau menolak godaan, diserahkan kepada masing-masing pribadi. Godaan-godaan jaman ini mempunyai tampilan yang semakin menarik. Demikian juga dengan OMK. OMK di goda dengan berbagai cara, salah satunya menikah di luar gereja demi kenikmatan dan kemudahan sesaat. Lebih jauh rm Floren mengingatkan agar OMK aktif di Gereja, membaca kitab suci, aktif di pertemuan OMK. Di masa prapaskah ini OMK harus semakin taat, taat kepada Allah. Selain itu, OMK juga diajak untuk terus berkumpul bersama saudara seiman, berkumpul dan berdoa, agar iman omk semakin matang dan hidup. Pada bagian terakhir, ia berharap semoga kehadiran salib SYD membantu OMK semakin mendekatkan diri pada Tuhan, taat pada perutusan agar hidup menjadi berkat di tengah umat dan masyarakat. Acara demi acara berlangsung, ada hiburan dan dinamika bersama, dari OMK untuk OMK dan bersama OMK. Tema besar SYD 2020 ‘Cristus Vivit’ menghidupi OMK yang hadir dengan semangat dan antusias untuk berproses bersama. Mereka membaur menjadi satu dan saling berbagi. Pada kesempatan ini, ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Tanjungkarang, rm Gregorius Suripto, menyapa seluruh orang muda yang hadir dengan material yang dibawakannya. Dalam pemaparannya, rm Greg mengulas sejarah lahirnya SYD. Menurutnya, SYD di gagas oleh OMK yg mengikuti Asian Youth Day 2018 di Yogyakarta. Mereka berkumpul dari beberapa keuskupan yg ada di Sumatera. Lebih jauh rm Greg mengungkapkan bahwa inti pokok hasil dari ‘pretemuan’ OMK di seluruh Sumatera ternyata mempunyai masalah yang kurang lebih sama, yakni hidup menggereja dan semangat berkumpul yang semakin kendor. Atas dasar masukkan itu, para uskup Sumatera berkumpul dan menyatujui akan diadakannya Sumatran Youth Day (SYD). Puncak dari SYD itu akan berlangsung pada 1-5 Juli 2020. Untuk acara itu, Keuskupan Tanjungkarang mendapat kuota 100 OMK plus pendamping yang akan ikut hadir. Rm Greg menyebut hal praktis keberangkatang yang akan dilaksankan pada 27 Juni 2020. Seluruh OMK yang akan berangkat SYD, berkumpul di keuskupan Tanjung Karang. Dari sana, semua peserta akan bersama naik bus. Acara akan berlangsung selama 5 hari, dengan rincian 3 hari untuk live in dan 2 hari untuk acara bersama. Acara ini akan berpusat di sebuah central park di wilayah Keuskupan Agung Medan. Materi yang akan direnungkan bersama yakni tentang kemanusiaan seperti pesan Paus Fransiskus. “Kristus Hidup dan Ingin Agar Engkau Hidup” (sumber: Yon – ed.mrjo.com)

OMK Jalintim Menyongsong SYD 2020 Read More »

Menteri Dalam Negeri Hadir Bagi Keuskupan Pangkalpinang

Kamis 27 Februari 2020, tiba-tiba saya mendapat pesan WhatsApp dari Romo Yudi Kristianto, Pr berupa pesan gambar, foto Menko Pulhukam Mahfud MD dan Mgr Adrianus Sunarko OFM. Selain pesan gambar itu, Romo yang juga merupakan bagian dari Kuria Keuskupan Pangkalpinang ini, menambah teks untuk keterangan foto. Teksnya juga unik, “salam dari Pak Mahfud MD.” Situasi Disharmoni Berubah Wajah Pak Menteri yang satu ini, luar biasa. Begitulah komentarku. Sebab sebagai warga negara biasa seperti kita, sesungguhnya Pak Mahfud MD berasal dari golongan mayoritas. Untuk memuaskan subyektifitas politik kaum mayoritas, semestinya Pak Menteri sudah memiliki zona nyaman. Dalam konteks mendapatkan citra dan persepsi publik yang positif terhadap dirinya, semestinya Pak Menteri tidak perlu capek-capek menyambangi Keuskupan Pangkalpinang. Sebab ia mempunyai variabel primordial yang sama dengan agama mayoritas. Ternyata tidak. Tampaknya Menteri Pertahanan RI jaman Presiden Gus Dur ini, sedang merasa galau tingkat dewa. Ia merasa tidak berada dalam situasi zona nyaman. Membasa komunikasi verbalnya, Sang Menteri sedang merasakan ada fenomena tirani mayoritas terhadap kaum minoritas. Ia tidak mengharapkan fenomena itu jadi pemicu disharmoni berkepanjangan dan abadi di negeri Pancasila ini. Sang Menteri sedang merasakan kecemasan yang terjadi dalam diri Mgr Adrianus Sunarko OFM bersama umat kegembalaannya di Keuskupan Pangkalpinang, khususnya di Paroki St Yoseph Tanjungbalai Karimun. Sosok nasionalis ini terlihat tidak reaktif tetapi secara spontan menunjukkan “compassion” nya terhadap rasa ketidakpastian hokum umat di Gereja St Yoseph Tanjung Balai. Kepada awak media yang mewawancarainya di Kompleks Wisma Kuria Keuskupan Pangkalpinang (27/2/20), Mahfud MD mengatakan semua agama mempunyai martabat yang sama di depan hukum. “Memperlakukan agama tidak berdasarkan jumlah pemeluknya. Semua pemeluk agama kedudukannya di depan hukum dan konstitusi itu sama,” ujar Mahfud MD Menko Pulhukam ini pun berkeyakinan bahwa siapapun yang menjalankan agamanya secara baik, maka masyarakatnya pun akan menjadi baik dan harmoni. Oleh karena itu, wajar adanya tatkala sosok yang pernah digadang-gadang sebagai Calon Wapres Jokowi ini memastikan bahwa tidak ada orang yang ditahan dalam kasus Gereja St Yoseph Tanjungbalai Karimun. Atas spontanitasnya untuk bersilaturahmi ke Keuskupan Pangkalpinang itu, energi disharmoni yang dirasakan Gereja Katolik di Keuskupan Pangkalpinang beberapa bulan belakangan itu berubah wajah menjadi harmoni. Sang Menteri mengubah wajah Gereja Keuskupan Pangkalpinang yang penuh cemas kepada sebuah optimism akan situasi damai dan harmoni. Sang Menteri juga sudah memastikan bahwa kaum minoritas pun mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum dan konstitusi. Sebuah pesan kepada kaum mayoritas agar jangan terlalu lebay dan arogan dalam kehidupan sosial. Silaturahmi ini menjadi pesan simbolik, Pemerintah Pusat menilai Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun belum menjamin kaum minoritas di Tanjungbalai untuk bisa menerapkan secara baik, hak keagamaan yang diakui konstitusional. Mukjizat Harmoni bagi Komunio Hembusan harmoni begitu terasa di Kompleks Wisma Keuskupan Pangkalpinang, siang itu. Shito Kadari, salah seorang staf di Kantor Keuskupan pun langsung menulis statusnya di facebook disertai beberapa foto bersama Sang Menteri. Shito menganggap persitiwa silahturahmi Menko Pulhukam dengan Mgr Adrianus Sunarko, OFM seperti mimpi di siang bolong. Pasalnya, selama berkarya hampir dua puluh tahun, wanita yang juga katekis itu, baru mengalami ada Menteri yang berkunjung ke Keuskupannya. Memang saya tidak berada di kompleks Wisma Kuria Keuskupan karena ada tugas lain. Tetapi melihat video produksi Tim Media Menko Pulhukam yang diedarkan di group WA Forum Wartawan NTT, saya membaca ada rasa sukacita mendalam dan keterkejutan akan hembusan mukjizat harmoni dalam wajah Bapa Uskup kami, Mgr Adrianus Sunarko, OFM. Jujur, akhir-akhir ini aura komunio di Keuskupan Pangkalpinang, khususnya di Paroki St Yoseph Tanjungbalai terasa lain dari sebelumnya. Ada umat yang dibaptis secara Katolik sejak kecil, akhirnya dianggap oknum outgroup Gereja St Yosep Tanjungbalai. Lantaran, mereka bertemu dengan beberapa anggota group yang terlibat dalam kasus demonstrasi berbau aksi intoleran di Gereja yang sudah berdiri tahun 1930an itu. Komunikasi di dalam komunio umat itu pun tidak wajar adanya. Saling mencurigai, Si A group siapa? Si B group mana? Ada group dalam komunio umat Paroki Tanjungbalai Karimun hanya karena gejolak aksi penolakan renovasi Gereja St Yoseph Tanjungbalai yang sudah mengantongi IMB itu. Padahal tahun 2020 ini, umat di paroki itu yang menjadi bagian dari Keuskupan Pangkalpianng sedang menjiwai semangat komunio. Umat bertekad untuk hidup bersaudara, tanpa membeda-bedakan suku dan agama. Kehadiran Mhafud MG tidak hanya menghembuskan sukacita harmoni tetapi juga menguatkan kembali komunio umat. Bahwa, tidak perlu lagi ada group dalam komunio umat. Sebab berapapun jumlah anggota group itu, komunio umat tetaplah bagian dari kategori minoritas di negeri ini. Pesan harmoni Mahfud MD dan semangat Komunio yang digelorakan oleh Mgr Adrianus Sunarko OFM menjadi warning bagi group dan kerumunan baru dalam komunio umat. Bangunlah strategi komunikasi yang tidak menyakiti siapapun. Menteri dan Bapa Uskup sudah menunjukkan gaya berkomunikasi yang brilian dan unik. Waluapun kedua tokoh hebat ini sedang berkomunikasi dan berdialog, tetapi yang terlihat adalah spiral kebisuan. Lantas, di dalam komunikasi yang dlakoni dengan gaya spiral kebisuan itulah ada cinta dan harmoni, sukacita dan kepastian hukum. Akhirnya siapapun harus memahami, rahmat harmoni tidak bisa kita dapatkan jika interaksi di media social terkonstruksi terjadi secara reaktif tetapi tidak metodologis. Mukjizat harmoni jika dilaksanakan secara bisu tetapi mentraksaksikan cinta, damai, keadilan, kepekaan, solidaritas dan harmoni kemanusiaan universal. Satu hal yang penting harus kita petik dari silahturahmi Mahfud MD dan Mgr Adrianus OFM, janganlah terprovokasi dan secara latah ikutan membentuk groupthink. Groupthink adalah kelonmpok yang menyadari bahwa kebenaran dan kepentingan kelompok adalah absolut. Pasca silahturahmi ini, siapapun harus menyadari, groupthink adalah virus yang mematikan harmoni dan pluralisme. Sedangkan di pihak lain groupthink menyuburkan fanatisme agama. Siapapun anda, mari kita kalahkan fanatisme agama dalam diri masing-masing untuk menjiwai semangat komunio yang murah hati dan Rahim, seperti diajarkan Sang Gembala Utama dan diterjemahkan secara khusus oleh Mgr Adrianus Sunarko, OFM. *** (Stefan Kelen, Pr. Ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Pangkalpinang.)   Note: Tulisan ini dimuat di http://jurnalbabel.com/2020/02/mahfud-md-bawa-mukjizat-harmoni-bagi-keuskupan-pangkalpinang/, 28 Februari 2020

Menteri Dalam Negeri Hadir Bagi Keuskupan Pangkalpinang Read More »

Workshop SIGNIS Indonesia Bekal bagi Orang Muda di Kota Minang

PADANG – Sebanyak 240 peserta didik daridelapan sekolah di Kota Padang, Sumatera Barat, berkumpul di Auditorium SMA Don Bosco, Padang. Peserta didik kedelapan sekolahitu, yakni SMP Frater, SMP Maria, SMP Yos Sudarso, SMP Manjusri, SMP dan SMA Murni, SMA Don Bosco, dan SMA Katolik Xaverius, ambil bagian dalam workshop media yang diadakan oleh anggota SIGNIS Indonesia. Empat jenis workshop yang diadakan pada Selasa, (18/2) ini adalah workshop jurnalistik, public speaking, audio visual, dan broadcasting. Masing-masing peserta memilih satu jenis workshop untuk mereka ikuti. Lantas mereka dibagi dalam kelompok-kelompok, yang masing-masing terdiri dari sekitar 30 orang. Dalam workshop jurnalistik, peserta diberi pemahaman dasar tentang jurnalisme, menulis berita, dan menulis profile orang. Peserta dibagi lagi ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari tiga orang. Mereka diajak membuat pertanyaan menggunakan 5W + 1H, meliputberita, mewawancarai narasumber, membuat fotojurnalistik, dan merangkai hasil liputan menjadi satu artikel jurnalistik. Workshop public speaking memberikan keterampilan bagi para peserta untuk berbicara di depan umum. “Rencananya mereka akan diberikan materi tentang cara berbicara di depan umum, misalnya intonasi dan gesture tubuh. Outputnya, mereka akan membuat naskah pidato dan sambutan,” jelas Romo Yohanes Dwi Wicaksono SCJ, salah seorang nara sumber asal Tanjung Karang, Lampung, sesaat sebelum workshop dimulai. Para peserta juga membuat film pendek dalam workshop audio visual. Mereka diberikan teori tentang dasar sinematografi. “Tadi Romo Iswara beri teori tentang sinema tografi dan membuat naskah. Lalu karena mereka tidak membawa kamera, jadi kami memberikan kiat sederhana shooting dan editing dengan handphone,” kata Christo, nara sumber asal Bandung, Jawa Barat ini. Sedangkan para peserta workshop broadcasting dibawa ke Radio BOOS FM, untuk mendalami dunia penyiaran radio. Para peserta sangat antusias mengikuti workshop yang berlangsung selama empat jam ini. Mereka semangat melaksanakan tugas yang diberikan oleh setiap narasumber. “Senang. Saya suka nulis aja, jadi dapat pengetahuan yang selama ini tidak saya ketahui. Misalnya ketika menulis berita ada terasnya,” kata Jesslyn Tanuwijaya, peserta didik SMA Don Bosco. Workshop audio visual, broadcasting, jurnalistik, dan public speaking menjadi bentuk kontribusi SIGNIS Indonesia untuk orang muda Keuskupan Padang. Melalui kegiatan ini, Ketua Komisi KOMSOS Keuskupan Padang, Romo Bernard Lie, berharap agar orang muda dapat memiliki keterampilan untuk mewartakan Kristus melalui media yang ada. “Pertama, semoga mereka semakin mandiri. Setelah itu, mereka dapat berbuah melalui kegiatan-kegiatan baik, ambil bagian dalam hidup menggereja. Lewat workshop, semoga mereka bisa memiliki keterampilan yang membantu mereka berbuah,” harap Romo Bernard. Workshop merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan rapat anggota SIGNIS Indonesia 2020 diselenggarakan di Keuskupan Padang, Sabtu-Kamis (15-20/2). SIGNIS sendiri merupakan asosiasi nirlaba yang bergerak di bidang pewartaan melalui media komunikasi cetak dan elektronik, yang diakui dan didukung oleh Tahta Suci Vatikan. SIGNIS berlevel dunia, benua, nasional, keuskupan, dan lembaga-lembaga. **Kristiana Rinawati  

Workshop SIGNIS Indonesia Bekal bagi Orang Muda di Kota Minang Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top