Sejarah singkat Biara St. Klara Sekincau
Kehadiran para Suster Klaris Kapusines di Lampung Barat, berawal dari keagungan perayaan Yubileum Agung pada tahun 2000 lalu. Pada tanggal 08 September 1999 para uskup se-Sumatera mengadakan pertemuan di Pulau Nias dalam rangka perayaan Yubileum tersebut.
Para pemimpin gereja ini juga berkunjung ke biara St. Klara Gunung Sitoli-Nias dan merayakan Ekaristi bersama di Kapel biara. Pada kunjungan itu terungkap harapan mereka agar suatu hari nanti hadir juga para Suster Klaris di keuskupan yang mereka layani. Dalam perayaan Ekaristi, Mgr. Hilarius Moa Nurak (Uskup keuskupan Pangkalpinang) secara jelas mengungkapkan harapannya supaya komunitas kontemplatif dapat meluas sampai ke daerah kegembalaan beliau, bukan hanya di Sumatera Utara dan Kalimantan Barat. Uskup Tanjungkarang, Mgr Andreas Henrisoesanta, bahkan dengan yakin mengatakan “puteri-puteri sengsara Kristus” ini dapat segera hadir di Lampung.
Mendengar harapan itu, beberapa suster langsung menanggapi, membahas dan merenung serta berdoa untuk memohon campur tangan Tuhan. Sejak saat itu pembicaraan dengan Mgr. Andreas Henrisoesanta berkelanjutan dalam merealisasikan kemungkinan yang ada.
Pada akhir April 2000 berangkatlah Sr. Ruth Neuhaus OSCCap (Abdis biara St. Klara Sikeben dan Misionaris pertama suster klaris) beserta Sr. Xavier Wondal OSCCap (anggota biara St. Klara Gunung Sitoli) menuju Lampung. Sesampainya di Lampung, Mgr Anderas menawarkan beberapa tempat dan memberi kesempatan untuk melihat langsung daerah yang cocok untuk memulai hidup kontemplatif. Di daerah Batukeramat (Gisting-Tanggamus), Sumberarum (Kotabumi-Lampung Utara) dan Sekincau (Lampung Barat).
Di Sekincau, mereka diajak Bapa Uskup berkeliling di dataran tinggi, lokasinya adalah bekas kompleks sanggar seni. Tepatnya di Dusun Betung Sukosari yang senantiasa berudara sejuk. Sekitar 300 meter dari sana ada gereja stasi Santo Fransiskus Assisi. Ketika mengunjungi gereja stasi inilah, Sr. Ruth Neuhaus tertegun-tegun menyimak riwayat hidup Santo Fransiskus yang dilukis dengan indahnya sepanjang dinding gereja stasi Sekincau. Mereka juga melihat ada lukisan santa Klara terdapat dalam lukisan itu. Pengalaman ini membuat mereka yakin bahwa Tuhan menghendaki tempat itu menjadi tempat mulainya hidup Kontemplatif.
Setelah yakin bahwa Sekincau adalah tempat yang disediakan Tuhan, maka persiapan mulai dilakukan. Upacara perutusanpun dilakukan dan berangkatlah delapan Suster menuju Lampung (7 suster dari biara St. Klara Gunung Sitoli dan 1 suster dari biara St. Klara Sikeben-Medan). Mereka tiba di Sekincaupada tanggal 07 Februari 2002. Hari itu juga mereka melaporkan diri kepada Lurah dan camat setempat dan keesokan harinya ke bapak bupati. Diadakan juga kenduri yang dihadiri oleh warga sekitar yang mayoritas muslim. Senin, 11 Februari 2002 Biara santa Klara diresmikan oleh Mgr. Andreas Henrisoesanta (Uskup keuskupan Tanjungkarang).
Dengan peralatan seadanya dan tempat kerja yang ada, para suster berusaha bekerja dengan giat. Mengurus kopi yang sudah ada, mengolah tanah dengan bercocok tanam dan menjahit pakaian liturgi. Di tempat ini juga para suster menerima tamu yang datang untuk konsultasi, mendengar keluh kesah mereka dan yang minta didoakan. Para tamu ini disambut dengan senyum ramah dari para suster dan dengan sapaan kegembiraan. Begitu juga bagi mereka yang kontak lewat surat dan telepon.
Delapan suster yang diutus ke Sekincau-Lampung Barat.
Rumah Biara awal 11 Februari 2002 – 02 Februari 2012
Indah rencana-Nya
Sejak 11 Februari 2002, para Suster berusaha hidup dalam ketekunan bersama rahmat dan bimbingan Allah. Menjadi pendoa bagi seluruh umat, baik yang datang meminta doa maupun yang tidak datang, seperti keterangan diatas. Kunjungan Mgr Andreas 22 April 2008 membuat sukacita yang besar bagi para Suster karena beliau mengatakan “Silahkan membangun biara sesuai dengan kebutuhan”.
Sejak saat itu kami mohon campur tangan Tuhan dalam prosesnya. Pertanyaan yang menantang bermunculan, terutama dana pembangunannya dari mana? Karena hidup kami adalah berdoa dan berdoa, menghadirkan diri dihadapan Tuhan siang-malam. Syukurlah bahwa Tuhan tidak meninggalkan kami, Ia memberi apa yang terbaik bagi umat-Nya. Pembangunan biara ini diawali dengan peletakan batu pertama oleh Rm. Piet Pr (Vikjen) pada tanggal 09 Nov 2008, dan Pada tanggal 02 Februari 2012, pada Pesta Yesus dipersembahkan di Kenisah, bangunan biara dapat diberkati dan diresmikan oleh Mgr. Andreas Henrisoesanta.
Sebagai biara Filial dari biara St. Klara Gunung Sitoli, biara ini baru mendapat hak otonom dari tahta suci pada tanggal 29 November 2012. Jumlah para suster sampai tahun 2017 ini adalah; 7 suster berkaul kekal dan 2 suster yunior.
BIARA SANTA KLARA SEKINCAU
Betung Sukosari – Lampung Barat 34572
Telp. 085261114817, E-mail: klaris.sekincau@gmail.com