Berita Keuskupan Archives - Keuskupan Tanjungkarang

Berita Keuskupan

Temu Akbar Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi Keuskupan Tanjungkarang: “Jangan Berhenti Di Sini”

Temu Akbar Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi (KKKI) Keuskupan Tanjungkarang digelar di Gereja Paroki St.Kristoforus Bakauheni, Sabtu, 5 Oktober 2024.  Satu jam sebelum Perayaan Ekaristi dilantunkan lagu-lagu pujian dan doa koronka. Ada yang mengikuti di dalam gereja tetapi ada pula yang di luar gereja. Syukurlah hujan yang smpat mengguyur deras itu berhenti tepat waktu. Perarakan dimulai. Dua belas vandel kelompok devosional dan barisan para romo menuju altar diiringi lagu St. Faustina. Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo ini bertema: “Bersatu Hati Untuk Menghadirkan Kerahiman Allah Dan Melangkah Bersama Dalam Pelayanan Kasih Tanpa Batas.” Temu Akbar ini diikuti sebanyak 1.450 orang. Mereka datang datang dari berbagai paroki di Keuskupan Tanjungkarang. Tidak Berhenti Di sini Pamong KKKI Keuskupan Tanjungkarang Cecilia Tresnaningsih dalam kata sambutannya mengatakan, pengumpulan dana diadakan dengan jimpitan. Sedikit demi sedikit. Hasilnya, luar biasa. Karena semua dicukupkan oleh Allah. Ia berharap, semakin hari para devosan semakin meneladani St. Faustina. Hiduplah penuh syukur dan terimakasih. Mari kita mengandalkan Allah dan tidak berhenti di sini. Setelah kita pulang ke rumah, kita lanjutkan karya pelayanan. Biarlah Allah yang menggenapinya. Ke depan, semoga kita semakin guyub dan bersatu hati. Selain itu, kebersamaan kita ini menjadi sukacita bersama dan berlanjut terus dalam kehidupan sehari-hari, tambahnya. Moderator KKKI Pastor Vincentius Anggoro Ratri SCJ, mengatakan semoga tema yang diusung dalam even ini merupakan langkah awal untuk berjalan ke depan sebagai sebuah keluarga dan komunitas. “Semoga para devosan Kerahiman Ilahi semakin menghadirkan kasih Allah melalui jalan pelayanan,” ujarnya. Miniatur Indonesia Kegiatan akbar ini bekerja sama dengan pemerintahan desa. Sehingga mendapat izin untuk mengadakan pertemuan yang dihadiri ribuan orang. Semalam sebelum acara berlangsung, Kepala Desa Sukirno, menggerakkan warganya untuk terlibat. Ibu-ibu membantu memasak. Dan bapak-bapak memasang umbul-umbul di sepanjang jalan menuju gereja.  Suasana guyub dan rukun mengawali momen akbar ini. Maka, dalam acara ramah tamah hadir Kepala Desa Sukirno, Ketua RT dan RW. Lanjut Uskup Avien, Bakauheni ini merupakan desa kerukunan. Desa Pancasila. Desa Percontohan. Desa Wisata. Maka, dapat disebut sebagai:  miniaturnya Indonesia. Bakauheni juga memiliki banyak potensi. Maka, silakan dimanfaatkan. Banyak tempat wisata seperti: menara siger dan Krakatau Park. Lokasinya berada di ujung  Lampung. “Kalau pergi ke Jawa, pastilah berhenti di tempat ini untuk istirahat sambil menikmati alam dan suasana masyarakat yang ramah,” kata Uskup. Acara ini dimeriahkan dengan berbagai tampilan menarik para devosan dari setiap stasi.  Potong tumpeng sebagai ucapan syukur. ***   Tulisan ini juga dimuat di Malajah Nuntius Sr. M. Fransiska FSGM                   

Temu Akbar Komunitas Kerasulan Kerahiman Ilahi Keuskupan Tanjungkarang: “Jangan Berhenti Di Sini” Read More »

Pembukaan Bulan Rosario di Pajar Mataram, Lampung Tengah

Ya namamu Maria, bunda yang kucinta Merdu menawan hati, segala anakmu Patutlah nama itu hidup di batinku Dan nanti kuucapkan di saat ajalku Ya nama yang keramat perisai hidupku Dengan nama Maria aku pasti menang Patutlah nama itu hidup di batinku Dan nanti kuucapkan di saat ajalku… Siapa yang belum pernah mendengar lagu itu? Lagu itu berkumandang di aula paroki Pajar Mataram, Lampung Tengah. Patung Bunda Maria ditandu. Rosario besar-besar dibentuk indah. Iring-iringan perarakan menuju ke kompleks Gua Maria Pajar Mataram ini diawali dengan lagu: ‘Ya Namamu, Maria.’ Usai menyanyikan lagu itu, dilanjutkan dengan doa rosario. Satu demi satu butir-butir rosario pun bergulir di tangan seiring langkah kaki menuju gua maria seraya berucap, “Salam Maria penuh rahmat, Tuhan sertamu…” Selasa pagi, 1 Oktober 2024 mentari panas menyengat namun tak menurunkan semangat untuk terus melangkah. Rute menuju kompleks gua maria menyusuri jalan-jalan desa dan lahan sawah masyarakat. Suasana alam ini membawa hati menuju Yang Tertinggi lewat perantara kasih dan doa Bunda Maria. Seperti anak kecil Misa pembukaan bulan rosario ini, Gereja juga memperingati St. Theresia Lisieux dari Kanak-kanak Yesus, Perawan-Pujangga Gereja dan Pelindung Karya Misi. Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Vikjen Keuskupan Tanjungkarang Pastor Satu Manggo Pr, didampingi Pastor Paroki Santa Maria Pajar Mataram Pastor Stepanus Widiyanto Pr dan Pastor Piet Yoenanta Pr. Misa ini dimeriahkan oleh seni tradisional gamelan jawa. Ada dua kelompok berkolaborasi: Kelompok Karawitan Surya Pradangga dari Paroki Pajar Mataram dengan Kelompok Karawitan Santa Maria Immaculata dari Stasi Way Kanis Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton. Dan juga kor gabungan dari STIE Gentiaras dengan Pajar Mataram. Dalam homilinya Pastor Manggo Pr mengatakan, pembukaan bulan rosario ini bertepatan dengan peringatan St. Theresia. Maka, bacaan Injilnya juga berbicara tentang sikap seorang anak kecil: pasrah, percaya, dan beriman kepada Tuhan tanpa ragu-ragu. “Kalau kita menaruh kepercayaan besar kepada Allah Bapa, Putera, dan Roh Kudus tanpa ragu-ragu, kita dapat setia dan berhati tulus seperti St. Theresia . Ia banyak mengalami penderitaan tetapi ia tidak memperlihatkannya. Tetap senyum dan ceria. Penderitaan yang dipikulnya adalah merangkul penderitaan banyak orang. Begitu juga yang dialami oleh Bunda Maria dan Yesus yang taat dan rela mati disalib. Itulah jalan keselamatan,” ujar Pastor Manggo Pr. Dengan tegas Pastor Manggo juga mengatakan bahwa Tuhan mampu mengatasi segala penderitaan yang kita alami. Tuhan mampu mengubah duka kita menjadi jalan keselamatan. Ia memohon agar kita berdoa bukan hanya untuk diri kita sendir, tetapi juga untuk orang lain yang sedang terpuruk, sakit, menderita, dan putus asa. Bersyukur “Senantiasalah bersyukur karena banyak sekali rahmat dan berkat Tuhan yang kita terima. Rasa syukur membuat kita bahagia, sukacita, dan bangkit dari keterpurukan. Sekecil apa pun rasa syukur kita, pasti akan memberi manfaat bagi kita. Semoga kita juga memiliki keterpesonaan kepada Allah seperti Bunda Maria dan St. Theresia,” tambahnya. Usai Perayaan Ekaristi diadakan pemberkatan patung Bunda Maria dan rosario-rosario besar. Hari itu memang bukan hari Minggu. Tetapi hari kerja. Umat yang datang sekitar 2.000 orang ini mengikuti Perayaan Ekaristi dalam suasana khidmat dan penuh sukacita. Mereka datang ada yang dari Bandarlampung, Metro, Sribowono, Bandar Jaya, dll.  *** “Doa Rosario adalah sekolah doa. Doa Rosario adalah sekolah iman” (Paus Fransiskus). Sr. M. Fransiska FSGM

Pembukaan Bulan Rosario di Pajar Mataram, Lampung Tengah Read More »

Ketua Komisi HAK dan Kerawan Keuskupan Tanjungkarang Rm P. Suroyo Pr: “Kita semua musafir yang sama-sama berjuang.”

Tumplek Blek… Sekitar 2.500 orang berada di sekitaran Tugu Adipura Bandar Lampung, Sabtu, 24 Agustus 2024.   Ini adalah gawe Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam Acara Festival Seni Budaya Lintas Agama. Acara ini diikuti oleh berbagai agama di Indonesia: Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu dan Konghucu. Peserta yang datang dari 20 Kecamatan di Bandar Lampung. Menurut Wali Kota Bandar Lampung Eva Dwiana saat membuka Festival Seni Budaya Lintas Budaya dan Lintas Agama, kegiatan ini merupakan kali pertama di Pulau Sumatera. Ia berharap festival ini dapat menjadi wadah persatuan bagi masyarakat Bandar Lampung yang multietnis dan multireligius. Partisipasi Komisi Hubungan Antar Agama dan Kepercayaan (HAK) dan Kerawam Keuskupan Tanjungkarang turut berpartisipasi di dalam parade ini. Total peserta Katolik yang bergabung dalam FKUB Katolik ini mencapai sekitar 150 orang, terdiri dari para suster HK dan FSGM, umat dari berbagai stasi dan ormas seperti: WKRI, PMKRI, Vox Point, Lagio Maria, dan Orang Muda Katolik. Kontingen dari FKUB Katolik ini bertema: ‘Kasula’. Ada tiga atribut yang digunakannya. Pertama, patung Bunda Maria yang dihiasi dengan bunga-bunga mawar merah yang dibawa dengan tandu. Patung Bunda Maria ini merupakan devosi kepada Bunda Maria. Selain itu, ucapan syukur karena Bunda Maria senantiasa melindungi dan mendoakan anak-anaknya. Kedua, kasula sebagai pakaian resmi dalam Perayaan Ekaristi. Ketiga, bendera Keuskupan, bendera devosi, bendera ormas-ormas Katolik. Selain itu, tulisan-tulisan yang mengajak untuk membangun kerukunan dan damai dengan sesama.   Rekan musafir Ketua Komisi HAK dan Kerawan Keuskupan Tanjungkarang Romo Philipus Suroyo Pr memberikan apresiasi kepada para rasul awam umat Katolik yang terlibat dalam karnaval lintas budaya dan agama ini. Dengan momen ini ia berharap semakin tumbuhya rasa naionalisme dan toleransi. Terciptanya persaudaraan, perdamaian, dan harmoni di tengah keberagaman. “Perbedaan itu bukan suatu ancaman tetapi sebuah anugerah serta berkat dari Allah yang patut kita syukuri dan kita rayakan bersama,” ujarnya. Parade ini, kata Romo Roy panggilan akrabnya, juga menjadi ajang untuk mengungkapkan bahwa kami sungguh-sungguh Katolik 100 % sekaligus 100 % Indonesia. “Kami ingin mengungkapkan keberimanan dan keberagaman dalam konteks Indonesia yang kaya dengan budaya, kearifan lokal, dan nilai-nilai yang tumbuh yang dibawa oleh tradisi-tradisi yang ada. Dengan karnaval ini kami juga mau bersama dengan yang lain bahwa mereka adalah sahabat, saudara, rekan peziarahan, rekan musafir yang sama-sama berjuang menuju tujuan yang sama yakni: syalom, damai, dan menuju kebersatuan Tuhan Yang Maha Esa. Membangun persaudaraan Menurut Koordinator Pelaksana Festival Seni Budaya Lintas Agama Kota Bandar Lampung 2024 Agustinus Warso mengatakan tema yang diusung oleh Kontingen FKUB Katolik ini adalah ‘Membangun Persaudaraan Sejati.’ Tema ini merujuk bahwa hidup beriman kepada Allah yang tidak kelihatan harus nampak kepada perlakuan dan keinginan hidup rukun dengan tetangga dan masyarakat. “Adalah orang munafik yang menyatakan dirinya beriman tetapi tidak mau rukun dengan tetangganya,” kata Agustinus.  Selain itu, orang Katolik adalah warga Indonesia yang memiliki tanggungjawab yang sama untuk memajukan kesejahteraan masyarakat. Harapan Setiap insan pasti ingin hidup damai dan bersaudara. Begitu pula ungkapan Agustinus Warso. Acara festival ini hendaknya hidup rukun beragama terwujud dalam berbagai aspek kehidupan baik yang bersifat rutin mau pun terkait dengan pendirian tempat ibadah. “Semoga masing-masing agama semakin terbuka, memiliki jiwa saling menghormati dan menghargai. Akhirnya, pembangunan di Bandar Lampung bisa menghasilkan masyarakat yang sejahtera, aman, damai, tenteram,” imbuh Agustinus.*** Sr. M. Fransiska FSGM  

Ketua Komisi HAK dan Kerawan Keuskupan Tanjungkarang Rm P. Suroyo Pr: “Kita semua musafir yang sama-sama berjuang.” Read More »

Lokakarya Cipta Lagu Liturgi Gereja Katolik Etnik Lampung

Lokakarya Cipta Lagu Liturgi Gereja Katolik Etnik Lampung resmi dimulai pada Sabtu, 24-25 Agustus 2024, di Wisma Albertus, Pahoman, Bandar Lampung. Acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Daerah (LP3KD) Provinsi Lampung bekerja sama dengan Keuskupan Tanjungkarang. Acara pembukaan dihadiri oleh Penjabat (Pj) Gubernur Lampung, Samsudin yang diwakili Kepala Biro Kesra Setdaprov Lampung, Yulia Mega Ria.  Yulia  menbacakan sambutan Pj. Gubernur Lampung, Samsudin dengan penuh semangat dan penghargaan. Dalam pidatonya, Pj. Gubernur Samsudin menyanjung penyelenggaraan lokakarya ini serta pencapaian LP3KD Lampung dalam mewakili provinsi di tingkat nasional, termasuk di Ambon, NTT, dan DKI Jakarta. “Saya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas terselenggaranya lokakarya cipta lagu liturgi ini,” ujar Pj. Gubernur. “Kehidupan beragama di Provinsi Lampung sangat menggembirakan, terutama dalam harmonisasi dan kerukunan antar umat beragama. Inkulturasi liturgi, yang merupakan proses timbal balik antara budaya setempat dan budaya Gereja Katolik, sangat tepat untuk dilaksanakan.” Pj. Gubernur Samsudin berharap lokakarya ini menjadi wahana silaturahmi, menjaga keharmonisan, dan memperkokoh toleransi antar umat. “Semoga kegiatan ini menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya Lampung dan membangun persaudaraan sejati. Kegiatan semacam ini mari terus kita galakkan di tingkat provinsi, keuskupan, paroki, bahkan stasi,” tambahnya. Lebih lanjut, Pj. Gubernur menggarisbawahi pentingnya kegiatan ini dalam pembangunan keagamaan non-fisik yang berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia. “Melalui event kerohanian ini, komitmen kita dalam pelestarian budaya bangsa sebagai perwujudan persaudaraan sejati akan semakin terlihat,” tegasnya. Ketua LP3KD Provinsi Lampung, Hartarto Lojaya, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi. “Lomba Cipta Lagu Liturgi Etnik Lampung ini adalah sarana untuk memperkaya lagu liturgi yang bernuansa kedaerahan. Terima kasih kepada para pencipta lagu yang telah berpartisipasi, serta dewan juri yang telah bekerja keras dalam menyeleksi dan memilih karya-karya terbaik. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Panitia Lomba, Romo Petrus Tripomo Pr, dan segenap panitia atas kerja kerasnya mempersiapkan lomba dan lokakarya ini,” ujarnya. Hartarto Lojaya juga menyampaikan selamat kepada para pencipta lagu yang akan dinobatkan sebagai karya terbaik, termasuk tiga lagu pembukaan, tiga lagu persembahan, dan tiga lagu penutup. “Bagi yang belum terpilih, jangan kecewa. Semoga LP3KD dapat terus berkarya, terutama dalam Pesparani, dan mohon dukungan untuk langkah LP3KD selanjutnya,” tambahnya. Dalam semangat memperkaya pengalaman liturgi dengan kekayaan budaya lokal, Uskup Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo, memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana musik dan lagu daerah dapat menyatu dalam peribadatan Katolik. “Di bidang liturgi ini, umat kita sangat heterogen,” ungkap Mgr. Vinsensius dengan penuh antusiasme. “Namun, kami selalu menekankan pentingnya mengingat di mana kita berada—di Bumi Lampung, dengan segala kekayaan budayanya.” Uskup Vinsensius menekankan bahwa integrasi nilai-nilai luhur dari musik dan lagu lokal ke dalam liturgi merupakan upaya untuk menciptakan sebuah pengalaman ibadah yang lebih berarti dan menyentuh hati. “Kami berusaha menghadirkan nuansa Lampung dalam setiap aspek liturgi,” jelasnya. “Lagu-lagu bernuansa daerah akan dimanfaatkan secara optimal dalam perarakan, persembahan, dan penutup. Dengan demikian, liturgi tidak hanya menjadi wadah spiritual tetapi juga cerminan budaya kita.” Salah satu aspek menarik yang disoroti oleh Uskup Vinsensius adalah penekanan pada kreativitas dalam penciptaan lagu. “Lagu-lagu yang diciptakan harus benar-benar hasil kreasi sendiri,” ujarnya. “Kami berharap para pencipta tidak hanya menjiplak, tetapi benar-benar memahami dan menyerap esensi lagu-lagu Lampung. Kreasi yang asli dan mendalam akan memberikan kekuatan lebih pada liturgi yang kita jalani.” Di sisi lain, Ketua Panitia RD Petrus Tripomo menambahkan bahwa tahun 2024 telah ditetapkan sebagai Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air oleh Keuskupan Tanjungkarang. “Dalam kerangka ini, LP3KD Provinsi Lampung mengusung tema ‘Perayaan Ekaristi dalam Budaya Sai Bumi Ruwa Jurai,’” ujarnya. Tema ini menggarisbawahi semangat untuk mengintegrasikan budaya Lampung dalam liturgi dengan cara yang harmonis dan mendalam. Rangkaian kegiatan yang mencakup Lomba Cipta Lagu Liturgi, Seminar Musik Lampung, dan Lokakarya ini dimulai sejak 1 Juni 2024. Lomba ini, yang diikuti oleh 28 peserta dari berbagai paroki, menghasilkan 21 lagu untuk perarakan pembuka, 26 lagu untuk persembahan, dan 17 lagu untuk penutup. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam kesuksesan acara ini,” kata Romo Tripomo. “Kami berharap kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam mencintai dan merayakan budaya Lampung dalam balutan liturgi.” Dengan dukungan luas dari berbagai pejabat dan tokoh penting, serta partisipasi aktif dari umat, lokakarya ini diharapkan tidak hanya memperkaya pengalaman liturgi, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan dan cinta terhadap budaya Lampung. Dalam acara ini juga hadir berbagai pejabat dan tokoh penting, termasuk Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung,  Ketua Dewan Kesenian Lampung, Ketua Kesbangpol Provinsi Lampung, Ketua Pengembangan Tilawatil Qur’an Provinsi Lampung, Ketua Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG), Ketua Lembaga Pengembangan Pesparawi Daerah (LPPD), dan Ketua Lembaga Pengembangan Tipitaka Gatha (LPTG).*** Peserta 28 orang Yang telah menghasilkan karya: Lagu Pembuka:  21 karya Lagu Persembahan : 24  karya Lagu penutup:  17 karya Total total karya yg di hasilkan:  62 karya  Robertus Bejo

Lokakarya Cipta Lagu Liturgi Gereja Katolik Etnik Lampung Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top