Kongregasi SCJ Hadir Di Tanjungkarang
Arti Nama dan Tujuan Kongregasi
SCJ merupakan singkatan dari Sacro Corde Iesu (Sacerdotum a Sacro Corde Iesu) yang artinya adalah Imam-mam Hati Kudus Yesus.
Serikat Imam-imam Hati Kudus didirikan oleh Abdi Tuhan Leo Yohanes Dehon pada tahun 1878. Serikat ini merupakan serikat membiara klerikal, tak terkecualikan dari kewibawaan pembesar gerejani setempat, di bawah pengawasan Sri Paus, dibagikan menjadi propinsi-propinsi dan terdiri atas anggota-anggota yang termasuk klerus serta bruder-bruder.
Tujuan umum Serikat ialah semakin besarnya kemuliaan Allah serta kesucian angota-anggota, melalui pelaksanaan ketiga kaul sederhana yaitu ketaatan, kemurnian dan kemiskinan, serta pelaksanaan Konstitusi ini.
Tujuan khusus Serikat ialah supaya para anggota menyatakan cinta bakti khusus terhadap Hati Kudus Yesus, supaya mereka berusaha untuk membalas cinta kasih Hati Kudus dan dengan bakti hormat yang pantas menyeimbangi penghinaan-penghinaan yang menyedihkanNya.
SCJ Hadir di Tanjungkarang
Kehadiran SCJ di Keuskupan Tanjungkarang tidak bisa lepas dari sejarah misi Gereja Sumatera Bagian Selatan. Misionaris SCJ pertama adalah Pastor H.J.D. van Oort, Pastor K. van Steekelenburg, dan Br. Felix van Langenberg. Pada bulan September 1924 mereka memulai karya di Tanjung Sakti.
Pada 16 Desember 1928, Pastor H.J.D van Oort, SCJ tiba di Tanjungkarang dan mulai tinggal di sana. Mulai saat itu Misi Katolik di Lampung dimulai. Sebelumnya, Tanjungkarang dilayani langsung dari Palembang. Ini merupakan satu dari tiga stasi yang didirikan. Tahun 1926, Pastor van Oort membeli tanah dekat pasar untuk membangun gereja di Lampung. Dalam waktu dekat kemudian sebuah gereja dan paroki baru didirikan untuk pastor yang akan tinggal di sana. Gereja itu saat ini adalah “Kristus Raja”.
Ketika Suster-suster Hati Kudus datang di Teluk Betung, Pastor van Oort, SCJ menyerahkan sekolah tersebut kepada mereka pada Oktober 1931.
Seiring dengan perkembangan transmigrasi di Gedongtataan dan sekitarnya, pada 24 Mei 1932 Pastor Albertus Hermelink (kemudian menjadi Mgr. Hermelink) tercatat mulai menetap di pastoran Pringsewu.
Seiring dengan meluasnya daerah transmigrasi, pos misi kedua yang dibuka yakni di Metro pada tanggal 1 Februari 1937. Pastor Neilen SCJ menjadi pastor pertama di Metro. Dalam misinya, SCJ membangun kerjasama dengan suster Hati Kudus dan Suster FSGM. Prioritas karya SCJ yakni pertama, mewartakan Kabar Gembira dan melakukan penginjilan, kedua, membangun dan menyelenggarakan sekolah bagi anak-anak, ketiga, merawat orang-orang sakit, dan keempat, memprakarsai keterlibatan dalam karya sosial.
Gisting merupakan stasi misi yang ketiga. Di sana ada 80-an orang Katolik sejak 1928 tetapi tidak berkembang disebabkan karena beberapa kesulitan dari orang-orang yang tidak percaya akan Tuhan. Lalu, stasi berikutnya adalah Pasuruan (Kalianda). Pastor Kuypers, SCJ pertamakali melayaninya dilaju dari Tanjungkarang; sejak 1938, Pastor F. Hofstad, SCJ menetap di sana bersama Br. Gerlachus Timmermans, SCJ.
Setelah Indonesia merdeka, beberapa misionaris mulai memfokuskan aktivitas mereka untuk umat Katolik di luar Teluk Betung dan Tanjungkarang. Pada Juni 1952, gereja Lampung menjadi Prefektur Apostolik dan Pastor A. Hermelink, SCJ dipilih menjadi Prefek. Pertambahan stasi-stasi baru terus berlanjut yakni Gisting (1955), Kotabumi (1963) Kalirejo dan Panutan (1965), Kotagajah (1967) dan Sidomulyo (1977).
Pada tahun 1961, Prefecture Apostolik Tanjungkarang dipisahkan dari Palembang dan menjadi sebuah keuskupan. Pastor A. Hermelink, SCJ diangkat menjadi Uskup pada tanggal 19 Juli 1961. Ia ditahbiskan sebagai Uskup pertama di Keuskupan Tanjungkarang dan tinggal di Pringsewu. Dari sanalah ia memimpin aktivitas pastoral di seluruh keuskupan Tanjungkarang.
Lalu pada tanggal 11 Februari 1976, seorang imam pribumi dari Kongregasi Imam-imam Hati Kudus Yesus (SCJ), berasal dari Metro, yakni Dr. A. Henrisoesanta, SCJ ditahbiskan menjadi Uskup Auxilier bagi Mgr. A. Hermelink, SCJ. Jabatan Uskup Auxilier ini berlangsung selama tiga tahun dan kemudian Bapa Suci mengangkatnya menjadi Uskup Diosesan pada 21 Desember 1978. Ia mulai berkantor pada tanggal 13 Mei 1979 dan sejak itu kemudian Kuria dan Rumah Uskup dipindahkan dan berlokasi di Tanjungkarang hingga saat ini.
SCJ Di Keuskupan Tanjungkarang saat ini (2017)
Karya parokial:
- Paroki St.Pius X, Gisting, Kabupaten Tanggamus
- Unit pastoral St. Yusup Pekerja Tulang Bawang
- Unit pastoral St. Andreas Mesuji
- Paroki Hati Kudus Yesus Metro.
Karya kategorial:
- SMP dan SMA Yos Sudarso Metro
- Asrama Leo Dehon I dan II di Metro
- Komsos Keuskupan Tanjungkarang
- Sekretaris Uskup Tanjungkarang
- Komisi Kepemudaan Keuskupan (tinggal di Paroki St. Yohanes Rasul Kedaton)
- Pembinaan di Rumah Retret La Verna, Pringsewu
- Karya Kesehatan di RS Panti Secanti Gisting
Biara SCJ di Keuskupan Tanjungkarang:
- Biara SCJ Telukbetung sebagai superiorat SCJ Lampung
- Biara Gembala Baik (BGB) di Gisting
- Postulat-Novisiat St. Yohanes di Gisting.