Berita Archives - Page 3 of 61 - Keuskupan Tanjungkarang

Berita

Lokakarya Cipta Lagu Liturgi Gereja Katolik Etnik Lampung

Lokakarya Cipta Lagu Liturgi Gereja Katolik Etnik Lampung resmi dimulai pada Sabtu, 24-25 Agustus 2024, di Wisma Albertus, Pahoman, Bandar Lampung. Acara yang diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Daerah (LP3KD) Provinsi Lampung bekerja sama dengan Keuskupan Tanjungkarang. Acara pembukaan dihadiri oleh Penjabat (Pj) Gubernur Lampung, Samsudin yang diwakili Kepala Biro Kesra Setdaprov Lampung, Yulia Mega Ria.  Yulia  menbacakan sambutan Pj. Gubernur Lampung, Samsudin dengan penuh semangat dan penghargaan. Dalam pidatonya, Pj. Gubernur Samsudin menyanjung penyelenggaraan lokakarya ini serta pencapaian LP3KD Lampung dalam mewakili provinsi di tingkat nasional, termasuk di Ambon, NTT, dan DKI Jakarta. “Saya memberikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya atas terselenggaranya lokakarya cipta lagu liturgi ini,” ujar Pj. Gubernur. “Kehidupan beragama di Provinsi Lampung sangat menggembirakan, terutama dalam harmonisasi dan kerukunan antar umat beragama. Inkulturasi liturgi, yang merupakan proses timbal balik antara budaya setempat dan budaya Gereja Katolik, sangat tepat untuk dilaksanakan.” Pj. Gubernur Samsudin berharap lokakarya ini menjadi wahana silaturahmi, menjaga keharmonisan, dan memperkokoh toleransi antar umat. “Semoga kegiatan ini menjadi salah satu upaya untuk melestarikan budaya Lampung dan membangun persaudaraan sejati. Kegiatan semacam ini mari terus kita galakkan di tingkat provinsi, keuskupan, paroki, bahkan stasi,” tambahnya. Lebih lanjut, Pj. Gubernur menggarisbawahi pentingnya kegiatan ini dalam pembangunan keagamaan non-fisik yang berkontribusi pada pembangunan sumber daya manusia. “Melalui event kerohanian ini, komitmen kita dalam pelestarian budaya bangsa sebagai perwujudan persaudaraan sejati akan semakin terlihat,” tegasnya. Ketua LP3KD Provinsi Lampung, Hartarto Lojaya, dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi. “Lomba Cipta Lagu Liturgi Etnik Lampung ini adalah sarana untuk memperkaya lagu liturgi yang bernuansa kedaerahan. Terima kasih kepada para pencipta lagu yang telah berpartisipasi, serta dewan juri yang telah bekerja keras dalam menyeleksi dan memilih karya-karya terbaik. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua Panitia Lomba, Romo Petrus Tripomo Pr, dan segenap panitia atas kerja kerasnya mempersiapkan lomba dan lokakarya ini,” ujarnya. Hartarto Lojaya juga menyampaikan selamat kepada para pencipta lagu yang akan dinobatkan sebagai karya terbaik, termasuk tiga lagu pembukaan, tiga lagu persembahan, dan tiga lagu penutup. “Bagi yang belum terpilih, jangan kecewa. Semoga LP3KD dapat terus berkarya, terutama dalam Pesparani, dan mohon dukungan untuk langkah LP3KD selanjutnya,” tambahnya. Dalam semangat memperkaya pengalaman liturgi dengan kekayaan budaya lokal, Uskup Keuskupan Tanjungkarang, Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo, memberikan pandangan mendalam tentang bagaimana musik dan lagu daerah dapat menyatu dalam peribadatan Katolik. “Di bidang liturgi ini, umat kita sangat heterogen,” ungkap Mgr. Vinsensius dengan penuh antusiasme. “Namun, kami selalu menekankan pentingnya mengingat di mana kita berada—di Bumi Lampung, dengan segala kekayaan budayanya.” Uskup Vinsensius menekankan bahwa integrasi nilai-nilai luhur dari musik dan lagu lokal ke dalam liturgi merupakan upaya untuk menciptakan sebuah pengalaman ibadah yang lebih berarti dan menyentuh hati. “Kami berusaha menghadirkan nuansa Lampung dalam setiap aspek liturgi,” jelasnya. “Lagu-lagu bernuansa daerah akan dimanfaatkan secara optimal dalam perarakan, persembahan, dan penutup. Dengan demikian, liturgi tidak hanya menjadi wadah spiritual tetapi juga cerminan budaya kita.” Salah satu aspek menarik yang disoroti oleh Uskup Vinsensius adalah penekanan pada kreativitas dalam penciptaan lagu. “Lagu-lagu yang diciptakan harus benar-benar hasil kreasi sendiri,” ujarnya. “Kami berharap para pencipta tidak hanya menjiplak, tetapi benar-benar memahami dan menyerap esensi lagu-lagu Lampung. Kreasi yang asli dan mendalam akan memberikan kekuatan lebih pada liturgi yang kita jalani.” Di sisi lain, Ketua Panitia RD Petrus Tripomo menambahkan bahwa tahun 2024 telah ditetapkan sebagai Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air oleh Keuskupan Tanjungkarang. “Dalam kerangka ini, LP3KD Provinsi Lampung mengusung tema ‘Perayaan Ekaristi dalam Budaya Sai Bumi Ruwa Jurai,’” ujarnya. Tema ini menggarisbawahi semangat untuk mengintegrasikan budaya Lampung dalam liturgi dengan cara yang harmonis dan mendalam. Rangkaian kegiatan yang mencakup Lomba Cipta Lagu Liturgi, Seminar Musik Lampung, dan Lokakarya ini dimulai sejak 1 Juni 2024. Lomba ini, yang diikuti oleh 28 peserta dari berbagai paroki, menghasilkan 21 lagu untuk perarakan pembuka, 26 lagu untuk persembahan, dan 17 lagu untuk penutup. “Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dalam kesuksesan acara ini,” kata Romo Tripomo. “Kami berharap kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam mencintai dan merayakan budaya Lampung dalam balutan liturgi.” Dengan dukungan luas dari berbagai pejabat dan tokoh penting, serta partisipasi aktif dari umat, lokakarya ini diharapkan tidak hanya memperkaya pengalaman liturgi, tetapi juga memperkuat rasa kebanggaan dan cinta terhadap budaya Lampung. Dalam acara ini juga hadir berbagai pejabat dan tokoh penting, termasuk Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung,  Ketua Dewan Kesenian Lampung, Ketua Kesbangpol Provinsi Lampung, Ketua Pengembangan Tilawatil Qur’an Provinsi Lampung, Ketua Lembaga Pengembangan Dharma Gita (LPDG), Ketua Lembaga Pengembangan Pesparawi Daerah (LPPD), dan Ketua Lembaga Pengembangan Tipitaka Gatha (LPTG).*** Peserta 28 orang Yang telah menghasilkan karya: Lagu Pembuka:  21 karya Lagu Persembahan : 24  karya Lagu penutup:  17 karya Total total karya yg di hasilkan:  62 karya  Robertus Bejo

Lokakarya Cipta Lagu Liturgi Gereja Katolik Etnik Lampung Read More »

PAROKI KOTAGAJAH: Gereja yang Bersyukur dan Berbagi

Kamis, 15 Agustus 2024, Paroki St. Paulus Kota Gajah merayakan ulang tahunnya yang ke-56. Perayaan Syukur ini mengambil tema “Gereja yang Bersyukur dan Berbagi,”. Dengan tema ini umat Paroki Kotagajah diajak untuk mensyukuri berkat Allah yang melimpah. Pada hari yang Istimewa ini, umat Kotagajah juga bersukacita dengan adanya Pastor Paroki Kotagajah yang baru, RP. Mateus Wahyudi, MSF yang dilantik oleh Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo, beserta pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) dan Prodiakon. Harapannya, pelayanan kepada umat semakin terarah pada kesejahteraan bersama dan menghadirkan Kerajaan Allah di tengah masyarakat. Dalam kotbahnya, Mgr Avien menekankan bahwa berhutang atau dihutangi sama-sama tidak menyenangkan. Maka, hindari berhutang. “Tetapi jika ada yang meminjam, berikanlah dengan hati yang lapang, sesuai ajaran Yesus. Sebagai orang Katolik, kita dipanggil untuk mencintai Tuhan, Gereja, dan sesama, serta menjalankan tugas kita sebagai garam dan terang dunia. Mengampuni lebih baik daripada menyimpan dendam, meski sulit. Pengampunan adalah ajaran Tuhan, dan dendam hanya menyakiti diri sendiri. Mari buktikan cinta kita kepada Kristus dengan hidup sesuai ajaran-Nya, saling mencintai, mengampuni, dan menjadi saksi Kristus di dunia”, tegas Mgr Avien. Ketua stasi sekaligus ketua panitia, Bapak Kateno, dalam kata sambutannya mengungkapkan bahwa berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk menyongsong ulang tahun Paroki Santo Paulus Kota Gajah yang ke-56, dimulai dengan Misa Pembukaan pada 29 Juni 2024, diikuti oleh pertemuan BIA dan BIR, berbagai perlombaan, rekoleksi keluarga, serta bakti sosial berupa Misa Lansia dan cek kesehatan gratis. ”Kami mengucapkan terima kasih kepada Mgr. Avien atas kepemimpinan Misa Kudus dan pelantikan pastor paroki, prodiakon, dan pengurus DPP. Terima kasih juga kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam kelancaran acara ini, termasuk Kepala Bidang Liturgi, paduan suara, misdinar, dan para Romo yang telah berkarya di Kota Gajah”, ujarnya. Romo Yudi, sapaan akrabnya, dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada Mgr. Avien dan seluruh umat Kotagajah. “Ini adalah kunjungan pertama saya ke Lampung, meskipun saya sudah sempat berkunjung pada 2 Juli lalu bersama Romo Budi untuk melihat tempat ini. Setelah mempertimbangkan dengan seksama, saya memutuskan untuk menetap di sini. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada Mgr. Vinsensius yang telah menerima saya di Keuskupan ini dan melantik saya sebagai Romo Paroki di Paroki Kota Gajah. Terima kasih juga kepada Romo Provinsial yang telah mengutus saya untuk berkarya di sini. Sebagai Romo MSF pertama di Paroki ini, meskipun didahului oleh Romo Supri dan Romo Edi yang pernah menjadi administrator, saya baru bisa datang pada bulan Agustus ini karena mutasi di Keuskupan Agung Semarang baru terjadi pada bulan Agustus. Saya sangat berterima kasih atas kesempatan ini untuk melanjutkan karya para Romo terdahulu, khususnya Romo Manggo, yang pelayanannya kepada umat sangat luar biasa. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih atas sambutan yang hangat dari seluruh umat dan panitia. Penyambutan yang sangat meriah ini sungguh luar biasa, terutama saat saya tiba kemarin dengan tenda yang sudah dipasang dengan sangat baik, bertepatan dengan ulang tahun Paroki. Semoga kita dapat terus berkarya bersama untuk kebaikan umat. ”, ujar Romo Yudi. Pada akhir perayaan dilaksanakan pula pemberkatan Patung Santo Paulus yang menjadi Santo peindung dari Paroki Kotagajah. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan syukur atas segala berkat yang telah diterima Paroki selama ini. Pemotongan tumpeng dilakukan oleh Uskup Avien bersama Romo Paroki dan perwakilan umat. Sebagai bagian dari perayaan, berbagai penampilan seni dan budaya turut memeriahkan acara. Penampilan-penampilan ini memberikan suasana sukacita dan kebersamaan di antara umat yang hadir, menandai perayaan ulang tahun Paroki yang penuh berkat dan semangat. Acara ditutup dengan doa bersama, memohon agar Paroki Santo Paulus Kota Gajah terus diberkati dan berkembang dalam iman dan pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Penulis : Stephany Dwi Prayetno Editor : R.A.Swani Pramesti

PAROKI KOTAGAJAH: Gereja yang Bersyukur dan Berbagi Read More »

Bunda Maria Layak Menerima Banyak Gelar

Banyak orang berpikir bahwa gelar-gelar yang diperuntukkan Bunda Maria itu hanya buatan manusia. Bahkan di kalangan orang Katolik  berpendapat bahwa Maria merebut dan menyingkirkan posisi Yesus sebagai tempat yang mengabulkan doa-doa kita. Perkataan itu disampaikan oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo dalam Perayaan Penerimaan Krisma di Gereja Ratu Damai, Teluk Betung, Minggu, 18 Agustus 2024. Hari itu Gereja Katolik merayakan Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Dalam homilinya Uskup yang lebih dikenal dengan nama Mgr. Avien  menegaskan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga itu merupakan anugerah istimewa. “Maria layak dan pantas menerima anugerah itu karena jasa puteranya, Yesus Kritus,” ujar Uskup. Kelayakan dan kepantasan itu dipertegas lagi dalam Magisterium. Ada empat Dogma Bunda Maria yakni: Pertama, Maria Bunda Allah. Karena Yesus Kristus yang dilahirkan oleh Bunda Maria adalah Allah, maka Maria disebut Bunda Allah (Lukas 1:43) Kedua, Bunda Maria Tetap Perawan. Karena Kristus adalah Allah maka proses pembentukan-Nya sebagai janin tidak memerlukan campur tangan benih laki-laki namun oleh kuasa Roh Kudus (Lukas 1:35) Ketiga, Bunda Maria Dikandung Tidak Bernoda Ia adalah Yang Saleh, tanpa salah, tanpa noda, “yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibr 7:26). Keterpisahan Kristus secara total dengan dosa, mensyaratkan kekudusan ibu-Nya juga, sebab penjelmaan-Nya sebagai manusia mengambil tempat di tubuh ibu-Nya. Keempat, Bunda Maria Diangkat Ke Surga Karena Bunda Maria tidak terkena noda dosa asal, dan karenanya juga tidak berdosa sepanjang hidupnya, maka ia menjadi yang pertama dari seluruh orang beriman yang menerima penggenapan janji Kristus akan mahkota kehidupan abadi (Yak 1:12; 1Kor 9:25; Why 2:10). “Kita pun layak dan pantas menerima berkat berupa Sakramen-sakramen seperti: Sakramen Babtis, Krisma, Imamat, dll. Karena berkat itu diberikan dari surgawi bukan dari dunia,” pungkas Uskup. Hari itu sebanyak 57 anak menerima Sakramen Krisma dari tangan Uskup. *** Sr. M. Fransiska FSGM    

Bunda Maria Layak Menerima Banyak Gelar Read More »

PERTEMUAN KOMISI KERAWAM REGIO SUMATERA 2024

MENINGKATKAN PERAN UMAT KATOLIK DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Pertemuan Kerasulan Awam (Kerawam) Regio Sumatera yang berlangsung di Wismalat Sukamoro, Banyuasin, Sumatera Selatan, pada 9-11 Agustus 2024, menjadi momen bersejarah bagi Komisi Kerawam di Regio Sumatera. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai keuskupan di Sumatera yaitu Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjung Karang, Keuskupan Padang, Keuskupan Pangkal Pinang, Keuskupan Sibolga, dan Keuskupan Agung Medan. Meskipun umat Katolik di Sumatera merupakan minoritas dalam hal jumlah, kehadiran mereka memiliki arti yang jauh lebih dalam dan penting, terutama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan tema “Meningkatkan Peran Umat Katolik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,” pertemuan ini menyoroti pentingnya umat Katolik di Sumatera untuk tidak hanya hadir sebagai bagian dari komunitas gereja, tetapi juga sebagai elemen penting dalam masyarakat yang berperan aktif dalam menjaga dan membangun kehidupan berbangsa. Ketua Komisi Kerawam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sekaligus Uskup Agung Palembang, Mgr Yohanes Harun Yuwono, secara resmi membuka pertemuan ini. Dalam sambutannya, Mgr Yohanes Harun menekankan bahwa umat Katolik di Sumatera harus berani mengambil peran strategis dalam masyarakat, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai Kristiani yang menjadi landasan moral dalam segala tindakan. Salah satu agenda penting dalam pertemuan ini adalah pemutaran video sejarah pendirian Via Crucis Sukamoro, yang diikuti dengan ziarah bersama ke Via Crucis dan Gua Maria Sukamoro. Ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebagai refleksi mendalam bagi para peserta tentang perjalanan iman dan perjuangan umat Katolik di Sumatera dalam mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan di tengah berbagai tantangan. Hari kedua pertemuan, Sabtu, 10 Agustus 2024, diisi dengan sesi perkenalan dan sharing dari masing-masing peserta. Sesi ini memberikan kesempatan bagi setiap perwakilan untuk berbagi pengalaman dan pandangan mengenai peran umat Katolik dalam kehidupan sosial-politik di wilayah mereka masing-masing. Diskusi ini memperkaya pemahaman bersama tentang dinamika yang dihadapi oleh umat Katolik di Sumatera, termasuk tantangan yang muncul dari pemerintahan baru dan dinamika politik pasca Pilpres, yang disampaikan oleh para narasumber seperti Arman Suparman, Direktur Eksekutif Pemantau Pelaksana Otonomi Daerah, dan Ari Nurcahyo, Direktur Para Syndicate. Kedua materi ini sangat relevan dalam konteks peran umat Katolik yang, meskipun kecil, memiliki peluang untuk memberikan dampak besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui partisipasi aktif dan strategis. Pada hari terakhir, Minggu, 11 Agustus 2024, pertemuan ini ditutup dengan Misa Kudus yang dilaksanakan di Gereja Santa Maria Katedral Palembang. Misa ini menjadi puncak spiritual dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan, mengingatkan para peserta akan pentingnya integrasi antara iman dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, para peserta mengikuti city tour ke beberapa ikon kota Palembang, seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak (BKB), dan Riverside, yang menjadi simbol persatuan dan identitas kota. Aloysius Marwoto, Ketua Panitia sekaligus Ketua Kerawan Keuskupan Agung Palembang, dalam sambutannya, menekankan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk mempererat komunikasi dan kerja sama antar-keuskupan di Sumatera. Ia menegaskan bahwa umat Katolik, meskipun secara jumlah kecil, harus berperan besar dan diperhitungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Pertemuan ini bukan hanya sekadar ajang pertemuan, tetapi juga untuk menyatukan aksi dan gagasan, serta untuk mengaktualisasikan peran kerasulan awam dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan damai,” ujarnya. Pastor Posma Manalu, Koordinator Kerawan Regio Sumatera dari Keuskupan Sibolga, menambahkan bahwa rencana pertemuan ini telah digagas sejak dua tahun lalu. Ia mengungkapkan bahwa meskipun fokus utama kerasulan awam bukanlah politik, umat awam harus berani mengambil peran aktif dalam jabatan-jabatan strategis di masyarakat. “Kita perlu menyadari bahwa sebagai umat beriman, kita memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta dalam membangun bangsa ini. Kita harus berani menyangkal diri dan memanggul salib, serta membangun persaudaraan sejati di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Pastor Posma. Mgr Yohanes Harun Yuwono dalam sambutan penutupnya, mengingatkan bahwa umat Katolik di Sumatera harus selalu hidup jujur dan adil, serta menjadi cahaya bagi dunia di sekitarnya. “Kaum awam harus berani mengambil langkah nyata dalam perutusan gereja, tidak berputus asa dalam menghadapi tantangan, dan terus berusaha membangun persaudaraan sejati di tengah masyarakat yang majemuk,” tegasnya. Pertemuan Kerawan Regio Sumatera ini menjadi titik tolak penting bagi umat Katolik di wilayah tersebut untuk lebih aktif berkontribusi dalam kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Meskipun jumlah mereka kecil, umat Katolik di Sumatera diharapkan mampu menunjukkan bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dan sangat diperhitungkan dalam perjalanan bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik.   Stephany Dwi Prayetno

PERTEMUAN KOMISI KERAWAM REGIO SUMATERA 2024 Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top