Berita Archives - Page 2 of 59 - Keuskupan Tanjungkarang

Berita

Bunda Maria Layak Menerima Banyak Gelar

Banyak orang berpikir bahwa gelar-gelar yang diperuntukkan Bunda Maria itu hanya buatan manusia. Bahkan di kalangan orang Katolik  berpendapat bahwa Maria merebut dan menyingkirkan posisi Yesus sebagai tempat yang mengabulkan doa-doa kita. Perkataan itu disampaikan oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo dalam Perayaan Penerimaan Krisma di Gereja Ratu Damai, Teluk Betung, Minggu, 18 Agustus 2024. Hari itu Gereja Katolik merayakan Santa Perawan Maria Diangkat Ke Surga. Dalam homilinya Uskup yang lebih dikenal dengan nama Mgr. Avien  menegaskan bahwa Bunda Maria diangkat ke surga itu merupakan anugerah istimewa. “Maria layak dan pantas menerima anugerah itu karena jasa puteranya, Yesus Kritus,” ujar Uskup. Kelayakan dan kepantasan itu dipertegas lagi dalam Magisterium. Ada empat Dogma Bunda Maria yakni: Pertama, Maria Bunda Allah. Karena Yesus Kristus yang dilahirkan oleh Bunda Maria adalah Allah, maka Maria disebut Bunda Allah (Lukas 1:43) Kedua, Bunda Maria Tetap Perawan. Karena Kristus adalah Allah maka proses pembentukan-Nya sebagai janin tidak memerlukan campur tangan benih laki-laki namun oleh kuasa Roh Kudus (Lukas 1:35) Ketiga, Bunda Maria Dikandung Tidak Bernoda Ia adalah Yang Saleh, tanpa salah, tanpa noda, “yang terpisah dari orang-orang berdosa” (Ibr 7:26). Keterpisahan Kristus secara total dengan dosa, mensyaratkan kekudusan ibu-Nya juga, sebab penjelmaan-Nya sebagai manusia mengambil tempat di tubuh ibu-Nya. Keempat, Bunda Maria Diangkat Ke Surga Karena Bunda Maria tidak terkena noda dosa asal, dan karenanya juga tidak berdosa sepanjang hidupnya, maka ia menjadi yang pertama dari seluruh orang beriman yang menerima penggenapan janji Kristus akan mahkota kehidupan abadi (Yak 1:12; 1Kor 9:25; Why 2:10). “Kita pun layak dan pantas menerima berkat berupa Sakramen-sakramen seperti: Sakramen Babtis, Krisma, Imamat, dll. Karena berkat itu diberikan dari surgawi bukan dari dunia,” pungkas Uskup. Hari itu sebanyak 57 anak menerima Sakramen Krisma dari tangan Uskup. *** Sr. M. Fransiska FSGM    

Bunda Maria Layak Menerima Banyak Gelar Read More »

PERTEMUAN KOMISI KERAWAM REGIO SUMATERA 2024

MENINGKATKAN PERAN UMAT KATOLIK DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA Pertemuan Kerasulan Awam (Kerawam) Regio Sumatera yang berlangsung di Wismalat Sukamoro, Banyuasin, Sumatera Selatan, pada 9-11 Agustus 2024, menjadi momen bersejarah bagi Komisi Kerawam di Regio Sumatera. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai keuskupan di Sumatera yaitu Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjung Karang, Keuskupan Padang, Keuskupan Pangkal Pinang, Keuskupan Sibolga, dan Keuskupan Agung Medan. Meskipun umat Katolik di Sumatera merupakan minoritas dalam hal jumlah, kehadiran mereka memiliki arti yang jauh lebih dalam dan penting, terutama dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan tema “Meningkatkan Peran Umat Katolik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,” pertemuan ini menyoroti pentingnya umat Katolik di Sumatera untuk tidak hanya hadir sebagai bagian dari komunitas gereja, tetapi juga sebagai elemen penting dalam masyarakat yang berperan aktif dalam menjaga dan membangun kehidupan berbangsa. Ketua Komisi Kerawam Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) sekaligus Uskup Agung Palembang, Mgr Yohanes Harun Yuwono, secara resmi membuka pertemuan ini. Dalam sambutannya, Mgr Yohanes Harun menekankan bahwa umat Katolik di Sumatera harus berani mengambil peran strategis dalam masyarakat, dengan tetap memegang teguh nilai-nilai Kristiani yang menjadi landasan moral dalam segala tindakan. Salah satu agenda penting dalam pertemuan ini adalah pemutaran video sejarah pendirian Via Crucis Sukamoro, yang diikuti dengan ziarah bersama ke Via Crucis dan Gua Maria Sukamoro. Ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga sebagai refleksi mendalam bagi para peserta tentang perjalanan iman dan perjuangan umat Katolik di Sumatera dalam mempertahankan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan di tengah berbagai tantangan. Hari kedua pertemuan, Sabtu, 10 Agustus 2024, diisi dengan sesi perkenalan dan sharing dari masing-masing peserta. Sesi ini memberikan kesempatan bagi setiap perwakilan untuk berbagi pengalaman dan pandangan mengenai peran umat Katolik dalam kehidupan sosial-politik di wilayah mereka masing-masing. Diskusi ini memperkaya pemahaman bersama tentang dinamika yang dihadapi oleh umat Katolik di Sumatera, termasuk tantangan yang muncul dari pemerintahan baru dan dinamika politik pasca Pilpres, yang disampaikan oleh para narasumber seperti Arman Suparman, Direktur Eksekutif Pemantau Pelaksana Otonomi Daerah, dan Ari Nurcahyo, Direktur Para Syndicate. Kedua materi ini sangat relevan dalam konteks peran umat Katolik yang, meskipun kecil, memiliki peluang untuk memberikan dampak besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui partisipasi aktif dan strategis. Pada hari terakhir, Minggu, 11 Agustus 2024, pertemuan ini ditutup dengan Misa Kudus yang dilaksanakan di Gereja Santa Maria Katedral Palembang. Misa ini menjadi puncak spiritual dari rangkaian kegiatan yang telah dilakukan, mengingatkan para peserta akan pentingnya integrasi antara iman dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Setelah itu, para peserta mengikuti city tour ke beberapa ikon kota Palembang, seperti Jembatan Ampera, Benteng Kuto Besak (BKB), dan Riverside, yang menjadi simbol persatuan dan identitas kota. Aloysius Marwoto, Ketua Panitia sekaligus Ketua Kerawan Keuskupan Agung Palembang, dalam sambutannya, menekankan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk mempererat komunikasi dan kerja sama antar-keuskupan di Sumatera. Ia menegaskan bahwa umat Katolik, meskipun secara jumlah kecil, harus berperan besar dan diperhitungkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. “Pertemuan ini bukan hanya sekadar ajang pertemuan, tetapi juga untuk menyatukan aksi dan gagasan, serta untuk mengaktualisasikan peran kerasulan awam dalam membangun masyarakat yang lebih adil dan damai,” ujarnya. Pastor Posma Manalu, Koordinator Kerawan Regio Sumatera dari Keuskupan Sibolga, menambahkan bahwa rencana pertemuan ini telah digagas sejak dua tahun lalu. Ia mengungkapkan bahwa meskipun fokus utama kerasulan awam bukanlah politik, umat awam harus berani mengambil peran aktif dalam jabatan-jabatan strategis di masyarakat. “Kita perlu menyadari bahwa sebagai umat beriman, kita memiliki tanggung jawab moral untuk ikut serta dalam membangun bangsa ini. Kita harus berani menyangkal diri dan memanggul salib, serta membangun persaudaraan sejati di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Pastor Posma. Mgr Yohanes Harun Yuwono dalam sambutan penutupnya, mengingatkan bahwa umat Katolik di Sumatera harus selalu hidup jujur dan adil, serta menjadi cahaya bagi dunia di sekitarnya. “Kaum awam harus berani mengambil langkah nyata dalam perutusan gereja, tidak berputus asa dalam menghadapi tantangan, dan terus berusaha membangun persaudaraan sejati di tengah masyarakat yang majemuk,” tegasnya. Pertemuan Kerawan Regio Sumatera ini menjadi titik tolak penting bagi umat Katolik di wilayah tersebut untuk lebih aktif berkontribusi dalam kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Meskipun jumlah mereka kecil, umat Katolik di Sumatera diharapkan mampu menunjukkan bahwa mereka adalah bagian yang tak terpisahkan dan sangat diperhitungkan dalam perjalanan bangsa ini menuju masa depan yang lebih baik.   Stephany Dwi Prayetno

PERTEMUAN KOMISI KERAWAM REGIO SUMATERA 2024 Read More »

Perayaan 100 Tahun Wanita Katolik RI DPC Tanjungkarang: Tempat Inspirasi

Tahun ini WKRI berulang tahun yang ke 100. Satu Abad. Usia yang sudah matang. Dalam kurun waktu yang panjang itu WKRI telah memiliki segudang pengalaman baik suka mau pun duka. Tema nasional WKRI di usia 100 tahun ini adalah: ‘Geraknya Budi Membangun Pribadi Mewujudkan Peradaban Kasih.’ Dan secara khusus WKRI DPC Tanjungkarang mengambil tema: ‘Mewujudkan Peradaban Kasih Dengan Membangun Pribadi Yang Berkarakter.   Ketua WKRI DPC Tanjungkarang Patriana Prabandari dalam kata sambutannya mengajak seluruh anggotanya untuk membangun budi pekerti yang luhur dan mengutamakan kasih dalam seluruh karya pelayanan. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada seluruh pendiri dan pendahulu organisasi yang telah berjuang membangun dan mengembangkan seluruh gerak dan sepak terjang WKRI hingga mencapai usia yang begitu matang. “Semoga WKRI semakin menjadi wadah yang menginspirasi dan mempersatukan generasi dalam semangat persaudaraan untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan saling asah, asih, asuh,” katanya. Arah Dasar Keuskupan Tanjungkarang tahun 2024 ini adalah Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air. Maka, dalam Perayaan Syukur ini petugas liturgi mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. Rangkaian kegiatan yang diadakan menjelang usia ke 100 tahun ini juga mengarah pada kecintaan budaya Indonesia dan kaderisasi. Pohon Keselamatan Perarakan dua vandel Merah Putih dan WKRI beserta dua pastor menuju altar. Selasa pagi, 26 Juni 2024 WKRI DPC Tanjungkarang mengadakan syukur atas HUT 100 WKRI. Perayaan Syukur ini dipimpin oleh Pastor Bambang Condro Pr didampingi Pastor Andreas Sutrisno Pr. Dalam homilinya Pastor Bambang memberi contoh godaan yang sering melanda dalam keluarga. Salah satunya, handphone. Orangtua melarang anaknya bermain HP saat belajar. Namun sang ibu tidak memberi contoh. Ia malah asyik bermain HP saat keluarga rekreasi bersama di ruang tamu. Kepada WKRI pun Pastor Bambang Pr berpesan agar hati-hati dengan nabi-nabi palsu, kata-kata manis, dan godaan. “Awalnya memikat, tetapi berakhir dengan kepahitan,” ujar Pastor Bambang. Selain itu, Pastor Bambang meminta agar WKRI semakin matang dan berbudi luhur.  “Pohon dikenal dari buahnya. Pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik pula. Maka, tetaplah bersatu dengan Pohon Kehidupan yakni Yesus Kristus, yang adalah penyelamat,” imbuh Pastor Bambang Pr. Usai Perayaan Syukur diadakan potong tumpeng. Selain itu, lomba tumpeng, lomba ecobrick, dan bazar. Acara ini dihadiri oleh para anggota WKRI yang sudah purnabakti dan ormas perempuan lain. *** Sr. M. Fransiska FSGM            

Perayaan 100 Tahun Wanita Katolik RI DPC Tanjungkarang: Tempat Inspirasi Read More »

MISDINAR DIPANGGIL UNTUK MELAYANI DENGAN PENUH CINTA

Perayaan Ekaristi menjadi sumber dan puncak iman hidup orang Kristiani, untuk itu penting mempersiapkan segala sesuatu terkait dengan perayaan ini. Salah satu yang penting adalah pelayan altar yaitu mereka yang terpanggil untuk menjadi misdinar atau Putera puteri altar. Menjadi misdinar adalah panggilan Tuhan untuk melayani. Dipanggil sebagai Persekutuan “Communio Putera puteri Altar” untuk melayani Tuhan dan sesama dengan ketulusan hati sebagai ungkapan iman dan persaudaraan. Hal itu tercermin dalam acara TENAR GaK (Temu Misdinar Paroki Gisting dan Kedaton) yang dilaksanakan pada 17-19 Juni 2024 di Kompleks SD Fransiskus Gisting dengan tema Together, serving, with love and unity. Sebanyak 120 anak remaja berkumpul untuk berdinamika bersama. Dalam kegiatan ini dilangsungkan pembinaan, pendalaman, dan keakraban antar misdinar. Hari pertama, Kegiatan diawali dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RP. Fridho Mulya, SCJ (Romo Paroki Gisting) didampingi RD.Pius Wahyo Adityo Raharjo (Ketua Komisi Karya Misioner/Karya Kepausan Indonesia Keuskupan Tanjungkarang). Dalam homilinya, Romo Pius menekankan bahwa sesuatu yang baik akan menjadikan setiap orang setia pada kasih. “Semangat pelayanan itu kalau seseorang memintamu berjalan sejauh 1 mil, maka berjalanlah bersama dia sejauh 2 mil, artinya menjadi misdinar harus memiliki pelayanan yang lebih bagi gereja”, ujar Romo Pius. Sebelum berkat penutup, Romo Fridho juga mengatakan bahwa kegiatan ini berlangsung dengan tujuan untuk memupuk tali ikatan persaudaraan antara Paroki Gisting dan Kedaton, serta memupuk mental dalam pelayanan sebagai misdinar. “Jalani kegiatan ini dengan sepenuh hati supaya kalian bisa mendapatkan sesuatu yang indah dan bermanfaat bagi diri kalian masing-masing”, pesan Romo Fridho. Hari kedua, para peserta diajak untuk berjalan berdua-dua menuju Bukit Idaman Gisting untuk bermeditasi alam. Melalui berjalan berdua-dua mereka akan saling melengkapi, meneguhkan dan saling mengingatkan atau saling mengontrol sehingga mereka tetap ada dalam jalur pewartaan yang benar. Setelah berjalan selama kuranglebih 45 menit, peserta langsung diarahkan untuk duduk diatas bukit dan melakukan meditasi alam yang dipandu oleh Sr. Susana, HK. Dengan ditemani suara kicauan burung, suara dedaunan yang bersentuhan, peserta diajak untuk belajar berdoa melalui alam ciptaan. Setelah bermeditasi alam, peserta melakukan kegiatan outbond. Ada 8 pos yang disediakan seperti estafet sedotan, tali kehidupan, sambung ayat Kitab Suci, balap gelas, estafet gelas, cukurukuk, estafet taplak, dan gobak sodor. Secara umum kedelapan permainan ini mengajak peserta untuk melatih kekompakan, Kerjasama antar tim, menguji strategi, kepekaan, ketanggapan, kelincahan, dan kesabaran. Tentunya nilai-nilai yang didapatkan ini menjadi dasar bagi peserta pada saat mereka melayani Tuhan sebagai misdinar. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan materi yang disampaikan oleh Romo Pius mengenai semangat melayani dengan cinta kasih. Romo Pius mengingatkan sebagaimana perkataan St. Yakobus tentang iman yakni iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati. “Begitu pula dengan pelayanan, jika pelayanan tanpa perbuatan maka sama dengan mati. Seorang Putera puteri Altar dapat melayani dengan penuh cinta apabila dirinya mencintai Ekaristi yang menjadi sumber dan pusat hidup kita”, tegas Romo Pius. Melalui pesan ini Romo Pius melakukan sesuatu hal yang tidak dapat diduga oleh para peserta, yaitu pembasuhan kaki. Romo Pius membasuh kaki para misdinar sebagai wujud pelayanan kasih. Tak lupa juga Romo memberikan nasihat bagi para misdinar untuk tetap semangat dan setia dalam melayani Tuhan karena Tuhan sudah berkorban untuk kita diatas kayu salib. Untuk melatih kreativitas dari para peserta, pada malam di hari kedua, digelar tampilan King and Queen dengan memakai pakaian yang berasal dari majalah bekas. Dalam kurun waktu dua jam diharapkan peserta dapat menyelesaikannya. Dan tidak terduga, mereka menampilkan hasil karya terbaik mereka dan menunjukkannya dengan rasa penuh percaya diri. Selain penampilan King and Queen, para perwakilan peserta dari Paroki Gisting dan Kedaton juga menampilkan pentas seni yang berbau budaya. Tidak hanya peserta, para frater dari Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) juga menampilkan sebuah drama musical tentang seseorang yang berjuang untuk hidup seturut jalan Tuhan ditengah banyaknya godaan yang datang menghampiri. Suster-suster dari Kongregasi HK dan FSGM juga turut memeriahkan dengan menampilkan nyanyian yang membuat para peserta berjoget. Dalam suasana hening dan doa, peserta melakukan ibadat malam Cahaya dengan berjalan dari Aula SD Fransiskus menuju Goa Maria yang terletak di halaman depan Gereja Paroki St. Pius X Gisting. Peserta membawa lilin dengan penuh hikmat dan meletakkan lilin tersebut membentuk gambar salib dan hati. Ini menggambarkan pelayanan mereka kepada Tuhan dilakukan dengan penuh cinta. Hari ketiga, kegiatan ditutup dengan refleksi bersama dan dilanjutkan dengan Perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh RD. Pius Wahyo Adityo Raharjo. -R.A.Swani Pramesti-

MISDINAR DIPANGGIL UNTUK MELAYANI DENGAN PENUH CINTA Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top