SURAT GEMBALA USKUP TANJUNGKARANG TAHUN ARDAS VIII : TAHUN KEADILAN SOSIAL KEMANUSIAAN

SURAT GEMBALA USKUP TANJUNGKARANG

TAHUN ARDAS VIII : TAHUN KEADILAN SOSIAL KEMANUSIAAN

NO : 006/SGU/DIO.TJKG/II/2024

Menjadi Sesama dalam Karya Belas Kasih:

Tugas Perutusan di Tengah Dunia.

 

Saudara saudari yang terkasih : Bapak, Ibu, kaum muda, kaum remaja, anak-anak, Para Imam, dan Biarawan-biarawati di Keuskupan Tanjungkarang.

Kita sedang berada di penghujung tahun ketujuh arah dasar kita, yakni Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air. Kita sudah berupaya sekuat tenaga untuk berpartisipasi aktif menjadi bagian dari masyarakat-bangsa Indonesia, yang dipanggil untuk mengabdi cita-cita luhur Negara. Kita sudah belajar banyak dari fenomena nyata seputar pemilu presiden dan legislatif yang cukup menguras pikiran kita akan hal-hal yang tidak kita bayangkan sebelumnya; termasuk belajar untuk berdemokrasi dengan jujur dan benar. Kita sudah berdoa sepanjang tahun agar kita berbakti di tengah masyarakat dan bersama dengan pemerintahan Negara serta orang yang berkehendak baik dapat membangun bangsa yang beradab dan berbudaya, dalam semangat solidaritas dan gotong royong serta rasa persatuan dan persaudaraan yang sejati. Semangat ardas ketujuh, karena sistem spiral yang kita pakai kiranya tidak berhenti di sini. Kita berharap bisa semakin paham melakukan tugas pengabdian luhur ini di waktu-waktu selanjutnya. Apalagi tema di tahun kedelapan ini masih sangat erat berkaitan, yakni: Tahun Keadilan Sosial Kemanusiaan.

Memaknai Tahun Kedelapan dari Ardas

Dalam penjelasan dari buku Arah Dasar Pastoral keuskupan kita, tujuan kita melaksanakan tema Keadilan Sosial Kemanusiaan adalah untuk merenungkan Ajaran Sosial Gereja (ASG) atau ajaran Magisterium di dekade terakhir, supaya kita tetap sehati sejiwa dengan Gereja Universal dalam menyikapi dan menghadapi dunia, baik kebaikan atau kebahagiaannya maupun penderitaannya (GS 1). Ajaran Sosial Gereja atau ASG berisikan ajaran Gereja tentang sikap dan cara pandang Gereja berkaitan dengan permasalahan sosial di dalam masyarakat. Artinya ASG adalah perhatian Gereja dalam dimensi ad extra-nya, yang peduli pada kesejahteraan hidup seluruh manusia. ASG berusaha membawakan terang lnjil ke dalam persoalan keadilan sosial di tengah jaringan relasi masyarakat yang begitu kompleks. Dengan kata lain, ASG berusaha mengaplikasikari ajaran-ajaran lnjil yang secara ontologis bernilai kebaikan universal. ke dalam realitas sosia·lhidup bermasyarakat di dunia. Tujuan ASG adalah menghadirkan kepada manusia rencana dan kehendak Allah bagi realitas sekular dan menerangi serta membimbing manusia dalam membangun tata baru dunia, yang lebih bermartabat.

Keberadaan ASG dalam Gereja tidak dapat dilepaskan dari kenyataan bahwa Gereja diutus oleh Tuhan ke dalam dunia (bdk. Yoh 17:18). Fungsi garam dan terang tentulah dimaksud saat kita masih hidup di dunia. Tuhan bahkan tidak berpikir untuk mengambil Gereja dari dunia (bdk. Yoh 17:15); sebaliknya mengutusnya ke dunia untuk menjadi sakramen kehadiran-Nya dan menandai hadirnya tanda dan sarana keselamatan Tuhan di dunia. Hal ini sangat selaras dengan visi keuskupan kita dan memang karena itu sejatinya tugas Gereja di manapun. Karena itu, tugas Gereja adalah hadir di dunia, bukan lari dari dunia. Dengan hadir di dunia, Gereja menjadi benih dan awal dari Kerajaan Allah, yang harus diwarnai ciri damai, adil dan sejahtera sebagai dambaan semua manusia (bdk. Compendium art. 49). Warta keselamatan Kristus melalui kehadiran Gereja menuntut terjadinya perubahan nyata tatanan dunia sesuai dengan yang dikehendaki Kristus.

Dalam arti sempit ASG dimengerti sebagai kumpulan aneka dokumen (umumnya disebut ensiklik) yang dikeluarkan oleh Magisterium Gereja (Paus) dan berbicara tentang persoalan­ persoalan sosial. Keseluruhan dokumen tersebut haruslah dibaca dan dimengerti sesuai dengan konteks jaman yang melingkupi pembuatan dokumen tersebut. Kehidupan bermasyarakat dan realitas hidup sehari-harinya menjadi lapangan konkret bagi pengembangan ajaran sosial Gereja. Karena itu tidak mungkin kita bisa melaksanakan fungsi sosial tugas Gereja dengan jelas kalau kita tidak pernah mempelajari dan mensosialisasikan dokumen-dokumen ini. Untuk itu kita akan pertama-tama mempelajari dan memahami dokumen-dokumen ini dalam pertemuan-pertemuan lingkungan maupun studi bersama; dan selanjutnya merealisasikannya dalam aksi nyata.

Diharapkan dengan memiliki pengetahuan yang lebih baik, Umat Katolik Keuskupan Tanjungkarang dapat mengambil sikap yang lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai masalah kemanusiaan yang ada, dan dengan demikian juga dapat berpartisipasi aktif dan berbuat lebih tepat dalam mengembangkan karya sosial kemanusiaan ini, dengan menjadi bagian tak terpisahkan bagi saudara-saudari kita yang dilanda kesusahan dan yang kurang beruntung dalan hidupnya. Dengan kata lain kita menjadi sesama melalui karya belas kasih dalam tugas perutusan kita di tengah masyarakat di bumi Lampung ini; agar kesejahteraan bersama bisa dicapai; yakni seluruh apa yang baik yang menjadi kebutuhan masyarakat baik jasmani maupun rohani bisa terpenuhi dengan cukup.

 Lalu dimana posisi kita?

Kita sudah melewati masa krisis akibat Covid-19, yang menyadarkan kita akan kesalingtergantungan kita. Pesan tegasnya adalah agar kita mulai membangun budaya berjalan bersama memperbaharui dunia untuk menjadi tempat yang nyaman bagi semua. Namun pasca covid-19 secara cepat orang menjadi lupa diri, dan budaya sating menyingkirkan dan menghancurkan kembali lagi dengan daya rusak yang semakin hebat di bidang sosial kemanusiaan. Karena itu kita tidak boleh tidak peduli lagi. Panggilan ini semakin mendesak.

Kita tidak memaksudkan bahwa Keuskupan Tanjungkarang harus mulai dari nol lagi. Kita sudah mempunyai Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) yang bersama dengan Yayasan Pembinaan Sosial Katolik (YPSK) dan Caritas Keuskupan Tanjungkarang serta Yayasan Pelita Kasih adaiah para ujung tombak karya sosial kemanusiaan keuskupan Tanjungkarang, yang menjangkau bukan hanya orang katolik, tetapi juga siapapun yang membutuhkan sentuhan kemanusiaan. Karya PSE sudah meliputi aneka pemberdayaan di bidang sosial ekonomi umat dan masyarakat. Karya YPSK sudah melayani dan memfasilitasi pemberdayaan untuk kelompok petani, peternak dll. Karya Caritas untuk penanggulangan aneka bencana dan antisipasinya. Karya Yayasan Pelitakasih untuk kaum difabel dan disable. Maka di tahun ardas kedelapan ini kita ingin semaksimal mungkin mengembangkan apa yang sudah kita mulai dan menambah bentuk-bentuk karya kemanusiaan dengan berinisiatif menjadi perintis atau pionir entah itu pengembangan CU atau Koperasi, rumah singgah untuk para gelandangan, panti-panti asuhan atau jompo; warung murah, perhatian untuk aneka UMKM dan seterusnya. Tentu saja kita tidak akan bekerja sendirian, namun selalu bekerjasama dengan semua orang yang berkehendak baik. terutama dengan penanggungjawab utama kesejahteraan umum, yakni pemerintah.

Penetapan Roadmap Tahun Keadilan Sosial Kemanusiaan

Akhirnya kita akan mencoba memaknai dan mengisi tahun ardas kedelapan ini dalam kacamata tata keselamatan dunia terutama melalui gerakan keadilan sosial dan kemanusiaan yang komprehensif dan bertanggungjawab. Maka saya menganjurkan seluruh rumpun di pusat pastoral bekerjasama untuk menyiapkan materi katekese ASG dan sosialisasinya serta perwujudan nyatanya dengan penanggungjawab utamanya pada komisi PSE dan komisi Kerawam, dengan roadmap sebagai berikut:

  1. Caturwulan I : Desember 2024 – Maret 2025: Mendalami Ajaran Sosial Gereja melalui studi dan katekese ASG (katekese Adven 2024, Bulan Perdamaian dan Masa Prapaska 2025).
  2. Caturwulan II : April – Juli 2025: Gerakan pergi ke luar: dari altar ke pasar, dari Gereja ke tengah masyarakat (katekese bulan Liturgi, bulan devosi dan bulan Lingkungan Hidup).
  3. Caturwulan Ill : Agustus – November 2025: Berjalan bersama dalam persaudaraan sejati; mengupayakan bonum commune di bumi Lampung (katekese bulan Kebangsaan, bulan KS, bulan Rosario dan bulan Arwah).

Orientasi kita bukan pada hasil, tetapi pada proses. Semoga fungsi garam kita semakin berdaya dan terang kita semakin bersinar. Namun berhadapan dengan gemerlap tawaran dunia yang makin menyilaukan, kiranya kita justru membutuhkan semangat kesederhanaan, kerendahan hati dan kelembutan untuk bisa menjangkau dan merangkul mereka yang butuh pertolongan; sekaligus sebagai cara kita membangun mentalitas baru yang lebih menghargai kemanusiaan dan kelestarian segenap ciptaan.

Sekian dan selamat menjalani tahun ardas kedelapan. Doa dan berkat.

 

Bandarlampung, 05 Oktober 2024

Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo

Uskup Tanjungkarang

Berikut link untuk mendownload dokumen, doa ardas, logo, dan banner Tahun Ardas VIII:

https://drive.google.com/drive/folders/1U5XM3CKvhQVFVN-DwCg7PQCTCJaeTisf?usp=sharing 

Berita lain dari Keuskupan

  • All Posts
    •   Back
    • Berita Katolik Dunia
    • Berita Keuskupan
    • Komsos KWI
    • Komisi Keluarga

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top