SURAT GEMBALA USKUP TANJUNGKARANG TAHUN ARDAS VII:
TAHUN PENDIDIKAN CINTA BUDAYA
DAN KADERISASI POLITIK CINTA TANAH AIR
No : 001/SGU/DIO.TJKG/I/2023
Menjadi Katolik Sejati, Indonesia Sejati.
Saudara saudari yang terkasih : Bapak Ibu, kaum muda, kaum remaja, anak-anak, Para Imam, dan Biarawan-biarawati di keuskupan Tanjungkarang.
Dalam Surat Gembala yang pertama ini, kiranya baik jika saya tuliskan Visi dari Arah Dasar Pastoral keuskupan kita, untuk mengingatkan kembali gerak utama kita sebagai Gereja sinodal, yakni “Gereja Keuskupan Tanjungkarang Menjadi Terang dan Garam Dunia bersama Kristus Sang Jalan, Kebenaran dan Kehidupan, yang adalah Sakramen keselamatan bagi semua orang”. Visi ini adalah visi abadi Gereja; maka kita sudah berada di rel yang benar untuk menjalankan reksa pastoral kita. Yang kita butuhkan saat ini adalah aksi nyata yang terus menerus melalui misi dan agenda dalam ardas kita.
Kita sedang berada di penghujung tahun keenam, yakni tahun devosional dari sepuluh tahun gerak pastoral kita dan kita akan segera memasuki tahun yang ketujuh. Di tahun devosional kita telah berusaha sekuat tenaga agar aneka ragam devosi yang ada, menjadi devosi seluruh umat. Devosi seluruh umat berarti juga devosi Gereja. Kita melihat apa yang sudah kita kerjakan selama setahun ini memang masih sangat terbatas, namun itu adalah permulaan yang baik, yang harus kita kembangkan secara terus menerus di masa-masa yang akan datang. Terimakasih kepada para pastor paroki yang telah berusaha membangkitkan semangat berdevosi kepada umat dan terimakasih kepada paduan seluruh kelompok devosional, yang telah memfasilitasi acara puncak tahun devosional.
Memaknai Tahun Ketujuh dari Ardas
Tahun ketujuh kita namai sebagai Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air. Tahun yang sangat penting di mana kita akan merayakan pesta demokrasi melalui pemilu. Kita adalah bagian dari masyarakat-bangsa Indonesia, yang dipanggil untuk mengabdi kepada cita-cita luhur Negara, menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Kita sadar bahwa untuk itu kita harus dididik agar semakin mencintai budaya dan membentuk pribadi-pribadi yang punya karakter siap terjun berbakti di tengah masyarakat. Dan bersama dengan pemerintahan Negara dan orang yang berkehendak baik kita harus terlibat aktif membangun bangsa yang beradab dan berbudaya, dalam semangat solidaritas dan gotong-royong dan serta rasa persatuan dan persaudaraan yang sejati.
Menjalani Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air berarti membangun kesadaran akan makna dan tujuan politik yang murni dan sejati. Ini adalah panggilan untuk mengembalikan roh dan arti politik dalam hakikatnya yang benar; yakni upaya dan sarana untuk tercapainya cita-cita luhur bangsa yakni kesejahteraan umum. Cita-cita itu tercantum dalam UUD 1945 dan dasar Negara Pancasila, yang menjadi sumber hukum dan peraturan di negara kita. Cita-cita untuk bonum commune ini harus terpatri kuat dalam benak kita, sebab itu adalah tugas kita juga.
Dalam penjelasan dari buku Arah Dasar Pastoral keuskupan kita, tujuan untuk mencintai budaya adalah untuk menghaluskan jiwa, budi dan rasa; agar kita tidak tercerabut dari akar nilai-nilai luhur bangsa. Kita diminta terus menggali setiap kearifan lokal, yang pasti akan memperkaya kemanusiaan kita dalam berbangsa dan bernegara. Para pendiri bangsa kita telah dengan luar biasa menggali nilai-nilai luhur itu menjadi pondasi dari falsafah bangsa yang akhirnya dikristalisasikan ke dalam 4 pilar kebangsaan yakni: Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Kita bersyukur karena 4 pilar kebangsaan ini membuat bangsa kita tetap bersatu dan Negara kita tetap kokoh berdiri. Namun kita sadari bahwa kesejahteraan bersama kita belum tercapai.
Lalu di mana posisi kita?
Kita patut bersyukur bahwa sebagai orang Katolik, kita sudah diarahkan oleh Gereja untuk selalu bisa mengambil peran dan posisi kita dalam dan di tengah masyarakat di Negara manapun kita berada. Dalam konteks kita di Indonesia, secara ringkas dapat disimpulkan bahwa kita telah mengalami tiga perubahan cara pandang tentang keberadaan Gereja Katolik di Indonesia. Pada masa untuk memperjuangkan kemerdekaan kita diajak menghidupi semboyan : 100 persen Katolik, 100 persen patriotik. Pada masa awal kemerdekaan melalui Mgr. Sugiyapranata: menjadi 100% Katolik, 100% Indonesia. Dan saat ini sebagai hasil refleksi lebih lanjut kita berani mengatakan Katolik Sejati, Indonesia Sejati. Maknanya tetap sama, Gereja Katolik ada untuk kesejahteraan umum. Dan kita para anggotanya, berjuang untuk itu: pro Ecclesia et Patria. Dengan prinsip, pada saat kita menjadi katolik yang sejati, otomatis kita menjadi warga Indonesia yang sejati. Ketika kita menjadi orang katolik yang benar berarti kita menjadi warga Negara yang benar, yang mendukung sepenuhnya tercapainya cita-cita bangsa.
Ungkapan dan Wujud Iman
Bagi kita orang Katolik, iman itu harus kita ungkapkan dan kita wujudkan. Ungkapan iman adalah gerak internal Gereja dan perwujudan iman adalah gerak eksternalnya. Ungkapan iman kita laksanakan dalam pilar katekese, liturgi dan koinonia; sedangkan wujud iman kita buktikan melalui pilar diakonia dan martyria. Keduanya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, pembentuk kemampuan kita saat melaksanakan fungsi hakiki menjadi garam dan terang dunia; menjadi sakramen keselamatan bagi semua orang. Dalam pilar diakonia iman kita haruslah menjadi praksis atau aksi konkret. Iman tanpa perbuatan adalah mati, demikian kata Rasul Yakobus. Maka iman harus dipahami sebagai sesuatu yang memiliki dampak sosial. Beriman berarti punya kepedulian dan proaktif terhadap upaya-upaya membangun kesejahteraan masyarakat. Iman sebagai praksis berarti melaksanakan apa yang dituntut oleh Mat. 25:31-46 yakni karya-karya belas kasih jasmani, memberi makan pada orang yang lapar, memberi minum orang yang haus dan seterusnya, selaras dengan perikop tentang pengadilan terakhir. Itulah inti dari hukum kasih yang dikehendaki oleh Allah.
Cara Pandang atau Paradigma Baru
Dalam hal ini dibutuhkan perubahan pola pikir dan cara pandang yang baru; yang didukung dengan katekese umat bidang politik. Keterlibatan dilakukan karena kita ingin menghadirkan habitus baru dalam bidang politik. Dan pilihan itu diambil berdasarkan kesadaran sendiri akan tanggung jawab sebagai warga Negara yang tumbuh karena penghayatan iman katolik yang kian mendalam, yang berpihak selalu pada kebaikan umum. Dengan catatan: hirarki Gereja tidak boleh berpolitik praktis, juga para religius dan lembaga hidup bakti; namun awam justru sangat dianjurkan; tetapi tidak atas nama kepentingan primordial Gereja, sebaliknya atas nama kepentingan masyarakat.
Untuk itu di keuskupan kita, bahan pertemuan Lingkungan selama masa Adven menjadi kesempatan untuk menawarkan perubahan cara pandang itu. Peran umat beriman dalam bidang politik dinyatakan dengan meningkatnya rasa tanggung jawab dan kecintaan terhadap bangsa dan Negara. Keterlibatan umat katolik diharapkan semakin banyak sehingga dapat mempengaruhi sistem politik dan pengambilan kebijakan publik, serta munculnya kader-kader politik yang berkualitas di antara umat sendiri; di samping peran-peran sosial dan pemberdayaan yang tak kalah pentingnya baik melalui lembaga sosial kita maupun melalui profesi kita masing-masing.
Penetapan Tema Bahan Katekese Masa Adven
Akhirnya kita akan mencoba memaknai misteri inkarnasi Yesus Kristus dalam kacamata tata keselamatan dunia terutama melalui gerakan pendidikan cinta budaya dan kaderisasi politik cinta tanah air. Maka saya menganjurkan komisi pengembangan iman bekerjasama dengan kerawam dan komisi kepemudaan untuk mempersiapkan bahan pertemuan lingkungan dengan usulan tema-tema sebagai berikut:
- Dengan Terang inkarnasi : Gereja Mencintai dan Melestarikan Budaya.
- Dengan Terang Inkarnasi : Gereja Mencintai Tanah Air Indonesia.
- Dengan Terang Inkarnasi : Gereja Membangun Masyarakat yang Beradab
- Dengan Terang Inkarnasi : Gereja Mengembangkan Persaudaraan yang Sejati.
Sekian dan selamat. Doa dan berkat.
Bandar Lampung, 5 Oktober 2023
Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo
Uskup Tanjungkarang
Berikut link untuk mendownload dokumen, logo, dan banner Tahun Ardas VII :https://drive.google.com/drive/folders/1eonYuQN465mHVo3LJ7mysGk6gMfEKF7a?usp=sharing