Pesta St. Theresia Lisieux, Perawan dan Pelindung Misi
Bacaan: Matius 18:1-5
Siapa yang terbesar dalam Kerajaan Sorga
18:1 Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga?” 18:2 Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka 18:3 lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 18:4 Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga. 18:5 Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
Renungan
Hari ini Gereja memperingatai pesat St. Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Hidupnya tidak terlalu lama jika dibanding rata-rata hidup manusia. Umur 24 tahun dia meninggal. Ketika hidup, dia seperti tidak bermakna apapun. Tetapi peristiwa setelah kematiannya membuka banyak orang untuk melihat Theresia secara berbeda. Ternyata hidupnya menyimpan banyak kagungan hidup rohani. Ia meninggalkan banyak warisan rohani yang sangat berharga. Hidupnya penuh dengan perjuangan manusiawi yang membawanya pada level manusia rohani.
Salah satu yang bisa menjadi teladan kita hingga saat ini adalah bagaimana Theresia menerima perkara-perkara kecil dan menjalankannya dengan setia. Dia tidak muluk-muluk mau mengerjakan hal-hal besar. Justru dari hal-hal sepele dia belajar dan mau berkembang. Dia tekun dan setia dengan hal-hal kecil. Justru dari sana ia mendapat tempat yang besar.
Persis seperti yang dikatakan Injil hari ini. Menerima anak kecil berarti menerima Yesus sendiri. Anak kecil mempunyai ciri khas mengerjakan hal-hal yang dianggap sepela dan tidak berharga. Anak kecil seperti tidak dipercaya oleh orang yang besar untuk mengerjakan hal-hal yang besar. Tetapi bukan berarti mereka tidak mampu mengerjakan dengan baik. Justru menerima hal kecil dan mengerjakannya dengan setia justru memiliki nilai besar dalam pandangan Yesus.
Mari kita terus menerus belajar untuk mengerjakan yang sederhana tetapi dengan cinta besar. Kita tidak hanya mau mengerjakan hal-hal besar yang mendapat nama, tetapi juga mau mengerjakan banyak hal yang kelihatan sepele, bahkan mungkin tidak disenangi orang lain. Harga diri kita tidak ditentukan dari hal besar apa yang kita kerjakan, tetapi dari bagaimana kita mampu mengerjakan hal-hal kecil dengan semangat yang besar.
Sekecil atau sebesar apapun pekerjaan itu, kita dipanggil untuk mengerjakannya dengan tekun dan setia. Itulah perwujudan iman kita yang konkret dan nyata dalam pengalaman hidup harian.
Doa: Ya Tuhan, semoga aku tidak memandang sebelah mata pekerjaan-pekerjaan yang sederhana. Ajarilah aku untuk mampu menyelesaikan semuanya dengan baik. Amin.