PW St. Yohanes Krisostomus, Uskup dan Pujangga Gereja
Bacaan: Lukas 6:39-42
6:39 Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: “Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lobang? q 6:40 Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. r 6:41 Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui? 6:42 Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu, padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.”
Renungan
Selumbar dan balok bisa menjadi bahan permenungan bagi kita masing-masing yang selalu relevan. Apa yang begitu dekat dengan mata kita hampir pasti malah tidak nampak, tetapi apa yang kecil dan jauh dari mata kita, lebih mudah tampak dan dilihat. Bisa jadi balok itu lebih besar dari pada mata, maka mata kita sendiri tidak mampu melihatnya bahwa kenyataan yang ada itu adalah balok.
Kita memberi makna juga bahwa kenyataan yang ada di depan kita sering kali lebih besar dari pada mata kita yang mampu melihat. Sering kali kita tidak bisa mengubah kenyaatan atau keadaan. Pertanyaannya apa yang bisa kita lakukan??
Yang bisa kita lakukan adalah memperbesar mata kita masing-masing. Karena terlalu sempit dan kecilnya mata, maka kenyataan yang ada tidak bisa tampak jelas. Bukan mengubah balok menjadi selumbar, tetapi mengubah mata kita supaya melihat balok itu dengan jelas adalah jalan yang paling bisa kita lakukan.
Caranya?
Ada banyak cara, satu diantaranya adalah tidak mudah menghakimi. Apa yang kita lihat belum tentu pure seperti yang kita lihat. Seringkali kenyataan sebenarnya justru ada dibalik yang kita lihat dengan mata.
Tidak mudah menghakimi berarti mau untuk memperluas cakrawala diri.
Doa: Ya Tuhan, semoga aku mampu dan berani berpikir dan merasa sebelum melakukan tindakan. Amin.