Ziarah adalah salah satu cara untuk melekatkan diri pada pokok anggur yang benar, yakni Yesus Kristus. Kalau pun dalam rangkaian kegiatan itu ada foto-foto, makanan, dan karaokean di bis tadi, itu hanyalah bonus.
Ungkapan itu diucapkan oleh Pedamping Devosional Keuskupan Tanjungkarang Romo Anggoro Ratri SCJ dalam homilinya saat memimpin Perayaan Ekaristi di Gereja Katedral Palembang, Minggu, 28 April 2024. Hari itu sebanyak 130 orang devosan Kerahiman Ilahi Keuskupan Tanjungkarang mengadakan ziarah ke Palembang ke tiga tempat: Gereja Katedral, Via Crucis, dan Taman Belaskasih.
Dari Tanjungkarang mereka naik bis Puspa berangkat pukul 05.00. Sekitar pukul 09.00 tiba di Katedral. Kedatangan rombongan peziarah ini disambut hangat oleh Uskup Agung Palembang Mgr. Yohanes Harun Yuwono. Selain Mgr Harun, ada juga Vikjen Uskup Romo Yohanes Kristianto Pr, para romo dan umat.
Jalan menuju kekudusan
Menurut Romo Anggoro SCJ, selain berziarah, ada cara lain untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Yakni: dengan rajin membaca Kitab Suci dan Ajaran Gereja. Selain itu, dengan merajut relasi yang mendalam dengan Tuhan dengan cara: berdoa, berdevosi, dan mengikuti Perayaan Ekaristi.
Itu semua merupakan jalan menuju kekudusan. Membersihkan diri. Jalan-jalan yang ditempuh ini akan menghasilkan buah-buah iman seperti: kesetiaan, sukacita, penguasaan diri, kebaikan dan kelemahlembutan. “Apakah cara-cara yang harus kita tempuh ini susah? Tidak. Di mana ada cinta, di situ ada tekad. Di mana ada tekad, tidak ada sesuatu yang tidak mungkin,” tegasnya.
Menjaga
Rm. Anggoro SCJ melanjutkan, “Sejak dibabtis, kita sudah melekatkan diri pada Yesus. Maka tugas kita adalah menjaga. Masalahnya, menjaga itu butuh perjuangan terus-menerus. Lebih susah daripada memulainya. Sama saja seperti orang yang sudah menikah. Menikah itu tidak sulit. Menjaga perkawinan itu yang sulit. Memulai diet itu mudah. Menjaga agar berat badan tetap stabil, itu yang susah.”
Harapan
Pamong PDKI yang baru Cicilia Tresnaningsih Carlost berharap agar Pengurus dan Anggota Devosan Kerahiman Ilahi secara pribadi dan keseluruhan semakin menyatu dalam doa. Berdevosi dan pelayanan yang bersumber pada relasi yang erat dan mesra kepada Sang pokok Anggur Kehidupan Sang kerahiman Ilahi. Mengandalkan dan menggantungkan sepenuhnya seluruh proses kehidupan yang dijalani baik dalam pelayanan dan doa sebagai persembahan hidup. “Khususnya dalam berziarah ini mampu menimba daya dan dimampukan merefleksian kembali semua yang telah dilakukan untuk melihat, menyucikan, dan memurnikan kembali motivasi kita sebagai murid Yesus dan Devosan,” ujar Carlost.
Rangkaian ziarah ini diawali dengan Novena Kerahiman Ilahi yang dimulai pada hari Jumat Agung hingga Minggu Kerahiman Ilahi yang dilaksanakan oleh seluruh Devosan baik di stasi, unit pastoral, mau pun paroki-paroki dengan aneka kegiatan. ***
M. Fransiska FSGM