Covid-19 telah membawa kepedihan bagi dunia. Kita telah menjalaninya untuk begitu lama,
sekarang, dan itu belum berakhir juga. Mungkin belum berakhir untuk waktu yang lama. Apa
yang membuatnya demikian? Tentu saja, kita dipanggil untuk berani melawan. Pencarian
vaksin dan penjelasan ilmiah menyeluruh tentang apa yang memicu bencana membuktikan
hal itu. Apakah kita dipanggil kepada kesadaran lebih dalam juga? Jikalau demikian,
bagaimana waktu jeda kita akan mencegah kita jatuh ke dalam inersia kepuasan (sikap tidak
aktif karena puas diri), atau lebih buruk lagi, ke pada tindakan diam-diam untuk menyerah?
Apakah ada “langkah mundur” bijaksana, yang bukan berarti tidak berbuat apa-apa, sebuah
pemikiran yang mungkin berubah menjadi rasa terima kasih atas kehidupan yang diberikan,
sehingga menjadi jalan menuju kelahiran kembali kehidupan?
Covid-19 adalah nama krisis global (pan-demi) dengan berbagai aspek dan perwujudan,
namun tentunya menjadi kenyataan umum. Kita telah menyadari, tidak seperti sebelumnya,
bahwa keadaan berbahaya yang aneh ini, yang telah lama diprediksi, namun tidak pernah
diatasi secara serius, telah menyatukan kita semua. Seperti begitu banyak proses di dunia
zaman kita sekarang ini, Covid-19 adalah wujud terbaru globalisasi. Dari perspektif empiris
murni, globalisasi telah memberikan banyak manfaat bagi umat manusia: globalisasi telah
menyebarluaskan pengetahuan ilmiah, banyak teknologi kedokteran, dan praktik kesehatan,
semua ini berpotensi disediakan bagi kebaikan semua orang. Pada saat yang sama, dengan
Covid-19, kita menemukan diri kita terhubung secara berbeda, berbagi dalam pengalaman
kejadian (cum-tangere) yang sama: dengan tidak mengecualikan siapa pun, pandemi ini telah
membuat kita semua sama-sama rentan, semua sama-sama terpapar (bdk. Akademi
Kepausan untuk Hidup, Pandemi Global dan Persaudaraan Universal, 30 Maret 2020).
Kesadaran seperti itu telah datang dengan biaya tinggi. Pelajaran apa yang telah kita peroleh?
Terlebih lagi, perubahan pemikiran dan tindakan apa yang siap kita lakukan dalam tanggung
jawab bersama kita terhadap keluarga manusia (Fransiskus, Humana Communitas, 6 Januari
2019)?
Selengkapnya dapat dilihat disini