Sabtu sore, 28 Agustus 2024, di rumah Kediaman Uskup, Pahoman-Bandarlampung. Di atas meja gazebo disediakan berbagai cemilan ringan dan minuman.
Hari itu Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo menerima kedatangan para tokoh agama dan kepercayaan. Mereka datang satu persatu. Mereka akan ngopi bareng bersama Uskup yang dikenal dengan naa Mgr. Avien.
Acara bertema: ‘Lewat Ngopi Pay Kita Perkuat Toleransi, Kerukunan, dan Persaudaraan Sejati di Tengah Keberagaman’ ini digelar oleh Komisi Hubungan Antar Agama (HAK) dan Kepercayaan Keuskupan Tanjungkarang. Hadir berbagai tokoh lintas agama dan kepercayaan seperti: FKUB Provinsi, PHDI, PGIW Lampung, MUI, Muhammadiyah, NU, Penghayat Kepercayaan dan lainnya.
Impian Uskup
Ini adalah kerinduan dan impian Mgr Avien. Pertemuan ini penting guna membangun komunikasi dan merajut persaudaraan antar tokoh agama tanpa sekat. Dari ngopi bareng ini diharapkan dapat mewujudkan sikap saling menghargai dan menghormati dalam perbedaan. Sikap toleransi ini diharapkan dapat menyebar sampai ke umat beragama di akar rumput.
Saat membuka acara Ngopi Pay itu, Mgr Avien mengatakan, datang ke tempat ini dengan meninggalkan beban berat di tugas kita masing-masing. “Ini kesempatan pertama untuk ngobrol bersama,” ujarnya.
Uskup berharap dengan menjalin kerjasama dapat membawa manfaat yang baik bagi masyarakat di Propinsi Lampung. “Peluang-peuang apa yang bisa kita lakukan bersama supaya Propinsi Lampung bisa melambung tinggi di kancah nasional. Di sini banyak tempat-tempat yang bagus. Mari kita bantu promosikan agar Lampung menjadi tempat yang istimewa di tingkat nasonal. Selain itu, kita kumpulkan potensi-potensi di bidang seni budaya, seni suara, dll. Kita bisa hadir di situ untuk saling mendukung,” ujar Uskup.
Glenak glenik
Ketua Komisi HAK dan Kerawam Keuskupan Tanjungkarang Rm. Philipus Suroyo Pr menyebut acara ngopi bareng ini merupakan acara santai. Glenak glenik. Penuh makna. “Ini merupakan langkah awal atau virus kebaikan untuk saling memberi inspirasi dan memotivasi banyak orang untuk melakukan yang sama di tempat dan waktu yang berbeda,” ujar Romo Roy, sapaan akrabnya.
Selain itu, ia juga mengatakan apa pun agamanya, alirannya, suku dan budayanya mempunyai tugas perutusan yang sama. Yakni: menaburkan dan menebarkan jalar kebaikan, perdamaian, kerukunan, dan toleransi. Sehingga negara Indonesia, khususnya Bumi Lampung menjadi rumah kita yang nyaman, aman, dan sejuk bagi siapa pun.
Menurut Koordinator Komisi HAK Keuskupan Tanjungkarang Chrisantus Tri Suprastyo kerukunan beragama di provinsi Lampung cukup kondusif. Ini dilihat dari indeks kerukunan di atas rata-rata nasional. Tidak ada konflik berdarah-darah. Meski pun pernah ada, namun permasalahan dalam pendirian rumah ibadah dan pelarangan beribadah di rumah, bisa diselesaikan dengan damai. Tentu kita tidak menutup mata untuk persoalan ini. Oleh karenanya diupayakan pendekatan para tokoh. “Semua itu bisa dicarikan seolusi bersama,” tandasnya.
Masih banyak pekerjaan rumah bersama yang harus dikerjakan. Praktek-praktek intoleran, misalnya. Maka, kewajiban tokoh agama dan tokoh masyarakat bersama pemerintah dan komponen masyarakat terkait untuk bekerjasama membina umat untuk mewujudkan masyarakat yang toleran. “Mari kita menghargai hak-hak orang lain sebagai sesame warga negara Indonesia serta taat hukum yang berlaku di Indonesia,” ujarnya.
Chrisantus berharap acara ini akan terus diadakan dalam bulan-bulan yang akan datang. Bisa bergulir di tempat tokoh-tokoh agama yang lain, termasuk penghayat kepercayaan. “Ajang silaturahmi yang berkelanjutan antar tokoh bisa dilihat umat masing-masing secara langsung mau pun lewat media sosial akan menciptakan suasana damai di masyarakat,” tambahnya.
Semakin sore acara santai ini semakin akrab. Satu persatu mengungkapkan rasa dukungan atas acara ini dan akan terus berlanjut. Tak jarang terdengar canda dan gelak tawa di antara mereka. Hembusan angin menambah nikmatnya rasa kopi Lampung dan berbagai cemilan kue di meja gazebo. ***
Sr. M. Fransiska FSGM