Pertama kali Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo: menahbiskan dua diakon, di Kompleks Xaverius Way Halim pada Rabu, 18 Oktober 2023 “Ini buah pertama saya di Keuskupan Tanjungkarang.”
Buah pertama
Buah pertama itu sejak Mgr. Avien, panggilan akrabnya, memimpin umat Katolik di Lampung sejak 1 Mei 2023 yang lalu. Mereka adalah: Diakon Nicolaus Agung Suprobo, Pr dan Diakon Pius Wahyo Adityo Raharjo Pr.
Uskup berharap dengan tahbisan ini bisa menarik minat anak-anak, remaja dan orang muda agar bercita-cita menjadi seorang Imam. Kepada para tertahbis Uskup mengharapkan mereka menjadi pemimpin yang baik dan rendah hati. Mgr. Avien mengaku sempat merasa cemas saat prosesi pentahbisan yang dihadiri ribuan umat katolik dari penjuru Paroki di Keuskupan Tanjungkarang.
“Ketika saya bertanya kepada pastor pendamping apakah kedua calon ini layak dan pantas untuk ditahbiskan menjadi imam, saya yang berdebar-debar. Karena siapa tahu setelah Romo Manggo mengatakan layak dan pantas tiba-tiba dari antara kalian semua ada yang berdiri ‘saya tidak setuju’, ternyata tidak ada. Jadi amanlah saya. Jadi tidak ada yang merasa terluka? kehilangan romo baru yang ganteng-ganteng ini? Tidak ada? Berarti sah,” ujar Uskup.
Gembira dan sedih
Kepada seluruh umat Tanjungkarang Uskup berpesan agar seluruh umat mendukung sakramen imamat pada ke dua imam yang baru saja ditahbis. “Tak satu orang pun boleh mengganggu,” begitu pesan Uskup. Catatan penting ini untuk Keuskupan Tanjungkarang karena mereka sudah menjadi Imam Tuhan dan Gereja. Keluarga sudah mempersembahkan kepada Gereja dan masyarakat dengan tulus, ikhlas, dan penuh kasih.
Bagi Mgr. Avien momen ini merupakan momen penuh gembira sekaligus sedih. “Gembira karena sudah dapat tambahan dua imam baru. Sedih karena tahun depan hanya ada satu calon. Kemudian di tahun berikutnya kosong. Jadi tahun depan masih ada tahbisan, tapi tahun berikut tidak ada. Menunggu satu tahun tidak ada tahbisan rasanya lama sekali,” katanya.
Hari itu Gereja merayakan Pesta St. Lukas. Lukas adalah seorang pengarang Injil. Sekaligus sekretaris St. Paulus, yang setia mengikutinya sampai ke Roma.
Konsekuensi lanjut
Dalam homilinya, Mgr. Avien menjelaskan sosok pribadi yang diwartakan oleh St. Lukas. Pribadi itu adalah seorang manusia biasa, berasal dari Nazareth. Mesias terjanji.
Hari ini kita akan melihat bagaimana keselamatan itu bisa sampai pada kita semua. Yakni: mealui Sakramen Imamat, yang harus kita mengerti makna dan definisinya. Sakramen adalah tanda dan sarana keselamatan. Bukti dan alat penyelamatan, yang tetap berlangsung secara nyata dan kongret sampai hari ini.
Uskup meminta ketika merayakan Ekaristi, kita masuk ke dalam misteri yang sangat dalam. Di mana Yesus melaksanakan karya imamat-Nya itu bertindak serentak sebagai imam, altar, dan kurban. “Ini misteri yang sangat mendalam. Artinya, sampai detik ini Yesus tetap hadir untuk menyelamatkan semua orang yang ingin diselamatkan,” tegas Uskup.
Daya Roh Kudus
Yesus hadir secara nyata dalam Perayaan Ekaristi yang dipersembahkan oleh seorang imam. Walau secara kasat mata tidak tampak. Akan tetapi ada daya yang menyelamatkan karena kuasa Roh Kudus. Daya itu yang akan diberikan kepada Diakon ini untuk kemudian menjadi imam. “Ini sungguh karya Roh Kudus,” ujar Uskup yang lahir di Sindang Jati, 5 April 1971 ini.
Karya-karya Roh Kudus dapat kita lihat lewat simbul-simbul. Uskup menyebut diantaranya: ketika memberkati altar. Yesus sendiri yang akan menjadi altar saat konsekrasi. Memberkati imam, dengan pedupaan. Memberkati Injil karena Injil adalah kabar gembira.
Tangan imam
Yang harus masuk dalam benak kita adalah pribadi yang hidup tadi. Itu merupakan satu kesatuan karena kita butuh perantaraan simbul-simbul, untuk masuk ke dalam misteri dari buah-buah keselamatan penebusan Kristus.
Uskup juga meminta kita untuk memperhatikan altar yang adalah Kristus sendiri. Oleh karena itu, secara liturgi, dekorasi altar hendaknya dibuat sederhana agar tetap menjadi pusat dan utama.
“Ketika imam memimpin Ekaristi, khususnya saat Doa Syukur Agung, imam itu bertindak sebagai in persona Christi, pribadi Kristus sendiri. Ketika lepas dari Kristus, imam itu tidak mampu lagi mengubah hosti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus. Nah yang mampu mengubah adalah Allah sendiri. Namun pada saat itu diperlihatkan dalam person imam, yang kita yakini itu adalah Kristus sendiri,” jelas Uskup.
Daya dari Sakramen Ekaristi inilah yang menyelamatkan kita semua. Kita mengambil sumber dan puncak kehidupan dari Ekaristi yang dipersembahkan lewat tangan seorang imam.
Dipersatukan
St. Agustinus ketika ditahbiskan menjadi uskup mengatakan, saat saya menjadi uskup, kalian adalah umat saya. Kalau kalian melihat saya sebagai pemimpin tertinggi, maka relasi kita menjadi jauh. Bahkan bisa berbahaya bila saya memakai kuasa uskup. Akan tetapi karena kita telah dipersatukan dalam iman kepada Kristus, maka di pihak lain itu adalah rahmat yang mempersatukan kita semua.
Kita berkumpul dari mana-mana. Kita dipersatukan oleh satu visi, hakekat, dan tugas yang sama karena kita sudah mengambil bagian dalam Kristus lewat pembabtisan kita masing-masing. Itulah yang menjadi kekuatan dan mempersatukan kita untuk mejalankan tugas yang berdaya guna dan berdampak bagi semua orang yang kita layani, baik itu dalam keluarga, Gereja, mau pun masyarakat.
“Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.” Matius 5:13 Perayaan Tahbisan yang diikuti sekitar 2.500 umat berjalan dengan khidmat, agung, dan mengalir. Usai Perayaan dilanjutkan dengan ramah tamah dan pembagian door prize.
M. Fransiska FSGM