renungan harian Archives - Keuskupan Tanjungkarang

renungan harian

Renungan Harian, Senin Paskah III

Bacaan: Yohanes 6:22-29 Roti hidup 6:22 Pada keesokan harinya orang banyak, yang masih tinggal di seberang, melihat bahwa di situ tidak ada perahu selain dari pada yang satu tadi dan bahwa Yesus tidak turut naik ke perahu itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan bahwa murid-murid-Nya saja yang berangkat. 6:23 Tetapi sementara itu beberapa perahu lain datang dari Tiberias dekat ke tempat mereka makan roti, sesudah Tuhan mengucapkan syukur atasnya. 6:24 Ketika orang banyak melihat, bahwa Yesus tidak ada di situ dan murid-murid-Nya juga tidak, mereka naik ke perahu-perahu itu lalu berangkat ke Kapernaum untuk mencari Yesus. 6:25 Ketika orang banyak menemukan Yesus di seberang laut itu, mereka berkata kepada-Nya: “Rabi, bilamana Engkau tiba di sini?” 6:26 Yesus menjawab mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang. 6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya.” 6:28 Lalu kata mereka kepada-Nya: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” 6:29 Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.”   Renungan Berhadapan dengan situasi yang sekarang ini terjadi, kita tidak bisa begitu saja menyerah dan diam. Meskipun kita tidak mampu berbuat atau bergerak leluasa, tetapi bukan berarti kita menyarah. Dengan tinggal di rumah, memakai masker, dan jaga jarak, itu merupakan tanda yang baik bahwa kita aktif untuk tidak menyerah. Ada tidak sedikit orang yang sudah merasa bosan, merasa tidak nyaman, merasa putus asa, sehingga mereka tidak lagi peduli dengan dirinya. Berbeda dengan yang memang terpaksa harus keluar rumah dan bekerja tetapi tetap mematuhi protocol kesehatan yang dianjurkan. Situasi yang terjadi saat ini pastilah membuat kita semua tidak nyaman. Tadinya kita bisa bergerak kemanapun, dengan siapa saja, dan kapan saja. Sekarang semuanya kelihatan serba terbatas. Saat-saat inilah sebenarnya kita bisa menyadari bahwa ternyata begitu berharganya hidup kita, betapa berharganya orang-orang disekitar kita, betapa indahnya kita masih mampu bekerja dengan normal. Dengan situasi sekarang ini kita bisa mempunyai hidup dan dunia baru. Kebaruan itu semoga juga menjadi cara pandang baru yang baik untuk hidup selanjutnya. Seperti orang-orang yang mencari Yesus hanya karena mencari enaknya saja, kita diingatkan bahwa hidup beriman kita juga bukan hanya sekedar mencari enaknya. Orang banyak ditegur oleh Yesus karena mereka masih mencari-Nya perkara makan kenyang. Yesus mengajak mereka untuk mencari makna yang lebih dalam dan lebih murni. Apakah mereka kalau tidak kenyang tetap mencari Yesus? Bisa jadi sama sekali tidak. Maka yang utama hari ini ditampilkan oleh Yesus. Bukan soal makan, bukan soal enaknya, bukan soal mudahnya. Yesus menekankan soal KEPERCAYAAN. Apakah mudah? Bisa mudah jika kita selalu mendapat untung, tetapi jika tidak? Kencenderungan manusiawi adalah menghujat dan meninggalkannya. Maka bagi kita jelas, kita menjadi pengikut Kristus tidak hanya mau menerima yang baik-baik dan menguntungkan saja. Kita sebagai murid Kristus juga haru siap menerima salib. Tidak mudah dan tidak murah, tetapi kita punya sumber jaminan kepercayaan, Kristus sendiri. Semoga iman dan raga kita tetap dikuatkan dan selalu sehat untuk terus hidup dan berjuang. Kita masih hidup, maka kita harus berjuang. Jika tidak mau berjuang, hidup kita akan berakhir. (mrjo.com)  

Renungan Harian, Senin Paskah III Read More »

Renungan Harian, Selasa Pasakah II

Bacaan: Yohanes 3:7-15 3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” 3:9 Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” 3:10 Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 3:11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 3:12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.   Renungan Kenyataan ‘Dilahirkan kembali’ jika kita pahami lebih mendalam sebenarnya terjadi dalam tahap-tahap kehidupan manusiawi kita. Dari balita menuju ke usia sekolah kita juga ‘hidup baru’ dengan banyak kenyaataan baru yang kita alami. Demikian juga dalam tiap tahap-tahap perkembangan sekolah. Kita selalu mengalami dunia baru dan disana kita belajar terus. Dunia kerja dan dunia keluarga juga menjadi moment saat kita seperti memulai sesuatu yang baru lagi. Apalagi hidup dengan membangun keluarga. Kita seperti menghadapi kenyataan yang tidak pernah dialami sebelumnya. Mamasuki usia tua juga menjadi saat kita mempunyai dunia baru, dilahirkan kembali. Moment-moment saat dilahirkan kembali itu sering kali diwarnai dengan situasi yang tidak nyaman, takut dan kuatir. Dengan orang-orang baru dan situasi yang baru kita tidak selalu dengan mudah menerima atau menyesuaikan diri. Tidak jarang pula ada aroma penolakan dalam diri, ingin kembali ke tahap sebelumnya. Tetapi nyatanya hidup kita harus terus berjalan. Kitapun mampu untuk masuk dan menghidupi kenyataan baru itu. Sebagai orang beriman kita sudah ‘dilahirkan kembali’ lewat baptisan yang kita terima. Sudah semestinya kita hidup sesuai dengan martabat yang melekat dalam diri kita. Bisa jadi kita sudah lama dibaptis tetapi sering kali kembali hidup seperti orang yang tidak mengalami rahmat baptisan. Meski roh dan keinginan kita kuat, tetapi nyatanya daging kita banyak mengalami kelemahan. Kita dengan mudah kembali ke dunia lama. Jalan Kristus yang harusnya juga menjadi jalan kita, sering kali kita hindari dan kita tolak. Bisa jadi peristiwa yang hari-hari ini terjadi di seluruh dunia, mewabahnya virus corona, akan membuat kita bisa ‘terlahir kembali’ menjadi manusia baru yang peduli kepada sesama dan peduli pada kehidupan. Tuhan sudah menyediakan banyak hal lewat alam dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tetapi mungkin saja kemarin-kemarin kita tidak menaruh peduli pada mereka. Kita acuh dan tak acuh, bahkan cenderung menghacurkan mereka. Orang lain sering kali kita anggap sebagai penghambat, atau bahkan mangsa yang bisa kita jadikan makanan kita. Demikian juga dengan lingkungan sekitar yang dengan tanpa malu kita habiskan hanya untuk kepentingan diri. Semoga kita tetap mampu bertahan, beriman, dan berkawan dengan orang sekitar dan alam semesta. Mari kita mohon rahmat Tuhan agar dalam setiap peristiwa, oleh karunia Roh, kita dimampukan terlahir kembali, menjadi manusia Kristus dalam segalanya. Amin  

Renungan Harian, Selasa Pasakah II Read More »

Renungan Harian, Senin Paskah II

Bacaan: Yohanes 3:1-8 Adalah seorang Farisi yang bernama Nikodemus, seorang pemimpin agama Yahudi. Ia datang pada waktu malam kepada Yesus dan berkata: “Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya.” Yesus menjawab, kata-Nya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kata Nikodemus kepada-Nya: “Bagaimanakah mungkin seorang dilahirkan, kalau ia sudah tua? Dapatkah ia masuk kembali ke dalam rahim ibunya dan dilahirkan lagi?” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging, dan apa yang dilahirkan dari Roh, adalah roh. Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”   Renungan Bacaan Injil hari ini berkisah tentang percakapan antara Yesus dan Nikodemus. Mereka berdialog tentang “kelahiran kembali.” Pernyataan bahwa saat itu malam hari menggambarkan betapa serius percakapan tersebut. Oleh Yesus, kelahiran kembali dihubungkan dengan Kerajaan Allah. “Sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah,” demikian Ia berkata. Karena dipahami secara harfiah, perkataan Yesus itu membuat Nikodemus bingung. Bagaimana mungkin orang yang sudah tua masuk ke rahim ibunya dan dilahirkan kembali? Ternyata kelahiran kembali yang dimaksud Yesus mengandung makna yang lebih mendalam, yaitu kelahiran dalam Roh. Kelahiran kembali ini bisa diartikan sebagai pertobatan atau langkah untuk memperbaiki diri. Tanpa diduga sebelumnya, tahun ini dunia dihebohkan dengan tersebarnya virus yang mematikan, yakni virus corona. Meskipun mengejutkan, fenomena seperti ini sebenarnya bukan pertama kali terjadi. Konon, seratus tahun lalu (1920), pandemi flu spanyol mengguncang seluruh dunia. Seratus tahun sebelumnya (1820), wabah kolera merebak dan merenggut nyawa banyak orang. Pada tahun 1720, wabah yang merajalela adalah penyakit sampar. Merefleksikan fenomena ini, ada yang kemudian berkata, “Dunia mengoreksi dirinya setiap seratus tahun sekali.” Ajakan pemerintah untuk memutus mata rantai penularan virus corona dengan “physical distancing” dan “stay at home” dapat kita manfaatkan untuk sekaligus berefleksi bagaimana sikap kita selama ini terhadap alam. Kita ingat kembali bahwa Paus Fransiskus beberapa waktu lalu menerbitkan Ensiklik Laudato Si yang mengajak kita untuk mendengarkan jeritan bumi. Bumi menjerit karena telah rusak akibat tingkah laku manusia yang kurang mampu menjaga kelestarian alam dan menjadi sahabat bagi seluruh ciptaan. Saat ini bumi kiranya tengah dilahirkan lembali. Bagaimana dengan kita? Marilah kita lahir kembali pula dengan meninggalkan perilaku yang sewenang-wenang terhadap alam semesta. Mari kita bersikap peduli, mari kita jaga kelestarian seluruh alam ciptaan. Pace e Bene (Sdr. Yustinus Damai Wasono OFM) Doa: Ya Tuhan, semoga sabda-Mu hari ini mampu kami hidupi dan kami kembangkan. Bersabdalah hamba-Mu mendengarkan. Amin  

Renungan Harian, Senin Paskah II Read More »

Renungan Harian, Jumat Oktaf Paskah

Bacaan: Yoh 21:1-14 Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias 21:1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut. 21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain. 21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: “Aku pergi menangkap ikan.” Kata mereka kepadanya: “Kami pergi juga dengan engkau.” Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa. 21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 21:5 Kata Yesus kepada mereka: “Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?” Jawab mereka: “Tidak ada.” 21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: “Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh.” Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan. 21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: “Itu Tuhan.” Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau. 21:8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu. 21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti. 21:10 Kata Yesus kepada mereka: “Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” 21:11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak. 21:12 Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: “Siapakah Engkau?” Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan. 21:13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu. 21:14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.   Renungan Kembali ke dunia lama, dengan segala keenakannya, sering kali menjadi pilihan banyak orang ketika menghadapi situasi yang sulit. Tidak sedikit orang cenderung ingin situasi yang lama kembali, membayangkan seolah tidak perlu bersusah dan menderita, untuk mempunyai hidup yang lebih baik lagi. Bisa jadi ini adalah kecenderungan dasar setiap manusia, ingin kembali ke situasi yang lama supaya lebih nyaman dan tidak perlu susah menghadapi situasi saat ini. Itu juga yang terjadi dengan para murid. Mereka kembali ke dunia lama mereka, kembali ke situasi hidup sebelum Yesus datang. Berhadapan dengan salib, mereka menjadi mundur kembali, karena belum mengerti dan merasakan buah dari peristiwa salib. Mereka membayangkan yang lama lebih enak, lebih membuat mereka nyaman dan tidak takut. Tetapi hasilnya apa? Mereka tidak menangkap apa-apa, meski mereka sudah berjuang sepanjang malam. Dunia lama yang mereka bayangkan tidak semudah kenyataannya. Mereka tetap perlu berjuang, dan bahkan mengalami kegagalan. Di saat seperti itulah, Yesus datang dan mengajak mereka kembali kepada dunia nyata mereka saat ini. Mereka sudah ‘terlibat’ jauh dalam peristiwa salib. Hidup mereka sudah dibarui dan ditebus. Kenyataan itu yang harusnya mereka hidupi. Seberat apapun yang terjadi saat ini, lebih indah untuk dijalani dari pada kembali kepada dunia lama. Yesus hadir dan mengingatkan mereka, meneguhkan mereka, dan memberkati mereka. Mereka menjadi manusia baru sepenuhnya. Mereka mampu menangkap ikan diluar dugaan dan kuasa mereka. Mereka mengerti bahwa mereka tidak mampu berbuat itu sendiri, ada kuasa Allah yang jauh melampaui keahlian dan kemampuan mereka. Dalam situasi saat ini, kita juga tidak jarang membayangkan hari-hari sebelum kita harus terkurung di dalam rumah sendiri. Kita membayangkan bagaimana indahnya bisa pergi kemana saja tanpa ada hambatan, bahkan juga tanpa memperhitungkan orang lain. Kita juga membayangkan bagaimana indahnya bisa kuliner kemana saja kita mau, meskipun tidak jarang kita tidak peduli kepada orang lain dengan membuang-buang makanan. Kita membayangkan bagaimana enaknya hidung dan mulut terbebas dari masker kapan saja dan dimana saja, kita juga membayangkan indahnya bisa berjumpa dengan siapa saja tanpa jarak. Ada banyak situasi lain yang membuat kita terbayang-bayang untuk kembali ke situasi lama tempat kita mereka bebas, nyaman, dan tidak terikat. Tetapi kenyataannya sekarang ini kita banyak terikat dan tidak sebebas yang dulu lagi. Hari-hari ini kita terkurung dalam kenyataan rumah keluarga kita masing-masing. Apakah kita bosan? Bisa jadi iya, tetapi banyak juga orang yang menjadi kreatif. Kebosanan tinggal di rumah bersama keluarga, bisa menjadi peringatan yang baik bahwa kita masih lebih suka tinggal di luar rumah bersama orang lain. Apakah kita mau kembali ke situasi lama? Sudah terlambat. Semuanya sudah berjalan seperti sekarang. Justru tidak banyak membantu hidup ketika kita kembali ke situasi lama. Sekarang yang perlu dilakukan adalah berjuang untuk menghadapi situasi yang ada. Bersama dengan orang-orang yang kita cintai, dan tentu bersama dengan Kristus yang bangkit, kita diajak untuk terus berjalan dan menghadapi semuanya dengan bijaksana. Jangan biarkan situasi sekitar membuat kita putus asa, apalagi justru saling curiga dan memusuhi. Kita percaya bahwa Tuhan hadir dan menyertai kita, juga Tuhan hadir lewat banyak orang yang mengusahan keadaan menjadi lebih baik. Mari bersama terus berjuang, terus bertahan, dan tentu saja terus berkembang dalam iman dan pengarapan.  

Renungan Harian, Jumat Oktaf Paskah Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top