Renungan Harian, Senin Biasa III

Bacaan: Markus 3:22-30 Yesus dan Beelzebul 3:22 Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: “Ia kerasukan Beelzebul,” dan: “Dengan penghulu setan Ia mengusir setan.” 3:23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: “Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? 3:24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 3:25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 3:26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. 3:27 Tetapi tidak seorangpun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. 3:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. 3:29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal.” 3:30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.   Renungan Mutlak: menyatukan diri dengan Allah Dalam ajaran Gereja, Katekismus Gereja Katolik  no. 1035 menejelaskan bahwa “Ajaran Gereja mengatakan bahwa ada neraka, dan bahwa neraka itu berlangsung sampai selama-lamanya. Jiwa orang-orang yang mati dalam keadaan dosa berat, masuk langsung sesudah kematian ke dunia orang mati, di mana mereka mengalami siksa neraka, “api abadi”. Penderitaan neraka yang paling buruk adalah terpisahan abadi dengan Allah; hanya di dalam Dia manusia dapat menemukan kehidupan dan kebahagiaan, karena untuk itulah ia diciptakan dan itulah yang ia rindukan.” Artinya manusia yang secara definitif menolak Allah, sudah pastilah masuk dalam sika api abadi ini. Menolak Allah berarti ‘terpisah abadi dengan Allah’. Dalam Audiensi Umum pada hari Rabu, 28 Juli 1999, Bapa Suci Yohanes Paulus II merefleksikan neraka sebagai penolakan definitif terhadap Tuhan. Bapa Suci juga menjelaskan bahwa “neraka merupakan konsekuensi pokok dari dosa itu sendiri…. Daripada tempat, neraka lebih menyatakan keadaan mereka yang secara bebas dan definitif memisahkan diri dari Tuhan, sumber dari segala kehidupan dan kebahagiaan.” Maka neraka bisa dialami bahkan oleh manusia yang sekarang masih hidup. Hidupnya yang terpisah dari Allah menjadi sumber bencana dan kesengsaraan yang mendalam. Injil hari ini mengingatkan kita untuk mempunyai sikap yang menjauhi neraka: membangun kesatuan dengan Allah sendiri. Barang siapa bersekutu dengan Allah, maka hidupnya berada dalam rahmat keselamatan kekal. Allah sudah menyatakan diri-Nya, manusia lah yang sekarang menanggapi tawaran Allah itu. Manusia diberi kebebasan. Yang menerima Dia, maka hidupnya dalam kesatuan dengan Allah. Sementara yang menolak Dia, hidupnya akan terpecah-pecah. Panggilan kita sebagai orang beriman adalah senantiasa bersatu dengan Allah. Diri kita sendiri sudah menggambarkan indahnya kesatuan itu. Kita bisa merasakan bagaimana hancurkan diri sendiri jika tidak ada kesatuan antara hati, pikiran, dan tubuh kita. Kita mengenal yang namanya kepribadian ganda. Kita bisa melihat bagaimana ‘anehnya’ orang yang demikian. Maka integritas diri menjadi mutlak perlu dalam hidup. Orang yang berbahagia adalah orang yang mempunyai integritas dalam dirinya sendiri. Dia mampu menyatukan antara hati, pikiran, dan tubuhnya. Demikian juga dalah rumah tangga maupun dalam perusahaan. Jika tidak ada kesatuan, hancurlah semuanya. Kesatuan bukan hanya berarti kemana-mana harus bersama, atau semuanya harus seragam. Membangun kesatuan berarti bersama-sama mempunyai komitmen untuk menuju visi misi yang sama, meskipun dengan cara yang berbeda. Membangun kesatuan berani kemauan untuk menerima dan mengampuni yang lain. Maka jika ada kekurangan, bersama-sama dilengkapi; jika ada kesalahan, bersama-sama diperbaiki. Doa: Ya Tuhan, bersabdalah, hamba-Mu mendengarkan. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan kehidupan kami. Amin    

Renungan Harian, Senin Biasa III Read More »