Renungan Harian, Senin Biasa VI

Bacaan: Markus 8:11-13 Orang Farisi meminta tanda 8:11 Lalu muncullah orang-orang Farisi dan bersoal jawab dengan Yesus. Untuk mencobai Dia mereka meminta dari pada-Nya suatu tanda dari sorga. 8:12 Maka mengeluhlah Ia dalam hati-Nya dan berkata: “Mengapa angkatan ini meminta tanda? Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kepada angkatan ini sekali-kali tidak akan diberi tanda.” 8:13 Ia meninggalkan mereka; Ia naik pula ke perahu dan bertolak ke seberang.   Renungan Hampir selalu dalam Injil, orang-orang Farisi menjadi representasi kelompok yang menolak dan berseberangan dengan Yesus. Dengan bermacam cara mereka berusaha untuk mencobai dan menjatuhkan Yesus. Tidak hanya soal dari pengetahuan dan pengalaman, orang Farisi juga punya nuansa kebencian dimana mereka menolak Yesus. Mereka berusaha menyerang dengan cara yang halus, dengan model seperti berdialog dan berdiskusi. Tetapi sebenarnya modus besarnya adalah menyingkirkan pihak tertentu. Perikopa hari menjadi salah satu ‘dialog’ kehidupan antara orang Farisi dan Yesus. Akhir kisahnya adalah Yesus meninggalkan mereka dan bertolak ke seberang. Dialog itu dengan jelas dikatakan oleh Markus yaitu hanya untuk mencobai Yesus. Sudah sangat jelas modusnya. Maka jika dialog sudah dipenuhi dengan modus, maka dialog yang harusnya membawa kesejukan, justru menjadi perpecahan. Jika mereka sungguh bertanya kepada Yesus, maka jawaban Yesus juga akan menyejukkan, mereka juga mendapat kesegaran. Tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Kita bisa belajar satu hal yang cukup menarik. Ditinggalkan adalah peristiwa yang tidak mudah. Maka kebanyakan dari kita tidak mau ditinggalkan, apalagi oleh orang yang kita kasihi. Sedapat mungkin kita akan bersama dengannya, malahan kita bisa banyak berkorban supaya orang yang kita kasihi itu tetap tinggal. Apalagi dalam kisah ini ditinggal oleh Yesus. Bagi yang tidak peka, akan serasa tidak ada apa-apa. Tetapi bagi yang sungguh mengasisi, ditinggal oleh Yesus berarti datangnya kegelapan dan kematian. Dengan segala kerendahan hati, kita mohon agar Tuhan tidak meninggalkan kita sendirian. Lebih dari itu, kita mohon supaya selalu dimampukan untuk hadir dalam Tuhan. Kita juga mohon agar kita tidak mudah untuk meninggalkan, entah meninggalkan komunitas, keluarga, sahabat, atau apapun. Jika tidak inggin ditinggalkan, jangan pula kita juga meninggalkan. Doa: Ya Tuhan, sabda-Mu adalah jalan, kebeneran, dan kehidupan kami. Semoga kami mampu selalu mendengarkan mengamalkan sabda-Mu. Amin.  

Renungan Harian, Senin Biasa VI Read More »