Renungan Senin Biasa XXI Archives - Keuskupan Tanjungkarang

Renungan Senin Biasa XXI

Renungan Harian, Senin Biasa XXII

Bacaan: Lukas 4:16-30 Yesus ditolak di Nazaret 4:16 Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 4:17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 4:18 “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku 4:19 untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” 4:20 Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya. 4:21 Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” 4:22 Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” 4:23 Maka berkatalah Ia kepada mereka: “Tentu kamu akan mengatakan pepatah ini kepada-Ku: Hai tabib, sembuhkanlah diri-Mu sendiri. Perbuatlah di sini juga, di tempat asal-Mu ini, segala yang kami dengar yang telah terjadi di Kapernaum!” 4:24 Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. 4:25 Dan Aku berkata kepadamu, dan kata-Ku ini benar: Pada zaman Elia terdapat banyak perempuan janda di Israel ketika langit tertutup selama tiga tahun dan enam bulan dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. 4:26 Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang perempuan janda di Sarfat, di tanah Sidon. 4:27 Dan pada zaman nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorangpun dari mereka yang ditahirkan, selain dari pada Naaman, orang Siria itu.” 4:28 Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. 4:29 Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 4:30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. Renunga Marah Dengan Hati Setiap orang pastilah pernah mengalami rasa marah. Kemarahan menjadi tanda khas makhluk hidup. Binatangpun akan marah jika hidupnya terancam. Apalagi manusia yang berpikir dan berasa. Tidak dalam keadaan terdesak pun manusia sering marah dan mengungkapkannya dengan berbagai bentuk. Yang jelas marah itu menjadi tanda kemanusiaan. Ada marah yang baik, tetapi ada banyak kemarahan yang mengarah ke sebaliknya. Marah sering kali hanya sebagai ungkapan energy negative, atau karena merasa tersinggung dan perasaan negative lainnya. Hari ini orang-orang yang mendengarkan Yesus dikatakan marah. Kemarahan itu diungkapkan dengan menghalau Yesus keluar kota. Tidak hanya itu, Yesus dibawa oleh mereka ke tebing gunung dengan maksud melemparkan Dia ke dalam jurang. Satu orang marah masih bisa ditangai. Tetapi kemarahan komunal menjadi masalah yang susah diatasi. Rasa marah bisa muncul karena bermacam stimulus yang memicunya. Paling sering rasa marah muncul karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Ada yang orang marah dengan cara kasar, tetapi ada orang yang marah dengan cara elegan. Orang-orang yang dihadapi Yesus hari ini marah karena mereka tidak terima dengan apa yang dikatakan Yesus. Pada awalnya semua orang bisa menerima apa yang dikatakan Yesus. Tetapi ketika mulai menyentuh pengalaman lama, mereka mulai tidak menerima. Mereka marah dan hendak membinasakan Yesus. Mereka marah dengan cara kasar karena mereka banyak dan kekuatan kemarahan mereka menjadi berlipat. Menerima kebenaran masa lalu tidak selalu mudah. Ada orang yang menangis dengan sejadi-jadinya ketika ingat masa lalu, ada yang badannya menjadi sakit, ada yang tidak bisa makan atau tidur, ada yang marah dan tidak terima. Berbagai macam ungkapan bisa terjadi. Tetapi ada juga yang tidak peduli, merasa tidak penting, dan menganggap lalu. Akibatnya kita tidak bisa belajar dari pengalaman masa lalu. Kita bisa mengenali diri sendiri, bagaimana ketika saya marah, apakah saya marah dengan cara yang elegan, atau saya marah dengan cara yang sembarangan? Semoga kita berani untuk marah secara Kristiani, yakni dengan memberkati dan mendoakan mereka yang membuat kita marah. Doa: Tuhan, semoga aku tidak hanyut dalam hasrat kemarahan yang sia-sia. Ajarilah aku untuk marah dengan cinta kasih dan pengampunan. Amin.  

Renungan Harian, Senin Biasa XXII Read More »

Renungan Harian, Senin Biasa XXI

Bacaan: Matius 23:13-22 Kecaman Yesus 23:13 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. 23:14 (Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.) 23:15 Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. 23:16 Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. 23:17 Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? 23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. 23:19 Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? 23:20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya. 23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ. 23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya. Renungan Peraturan yang memerdekakan Kritikan Yesus kepada orang Farisi sebenarnya juga menjadi kritikan bagi kita masing-masing. Allah itu selalu mencurhkan rahmat kasih dan kebaikannya bagi kita manusia. Demikian juga rahmat keselamatan Allah selalu mengalir di dalam Gereja. Tetapi mungkin saja bahwa rahmat Allah itu terhambat oleh karena Gereja itu sendiri dengan segala peraturan dan dinamikanya. Seorang teolog mengibaratkan bahwa kalau tidak hati-hati, Gereja itu seperti helicopter yang suaranya justru membuat penumpangnya tidak mampu mendengar suara Allah sendiri. Kencenderungannya Gereja mempunyai suara yang lebih dominan dari pada suara Allah. Maka umatnya yang didalam Gereja hanya mendengar suara gereja, bukan suara Allah. Ini menjadi bahaya besar, Gereja menjadi penghambat rahmat Allah. Maka, kebijaksaan menjadi syarat penting agar gereja berjalan di jalur yang benar. Sering terjadi jika hanya mengacu pada peraturan dan hukum, Gereja menjadi Gereja yang kaku dank eras, hanya suka menghukum, bukan membebaskan. Orang dihukum pastilah tidak mengalami sukacita dan kegembiraan. Jika hanya bertumpu pada karya karitatif, penuh belas kasihan, gereja bisa terjebak pada lembaga sosial saja. Yang dipentingkan hanyalah karya keluar dan karya sosial. Jika yang dipentingkan hanyalah kebijakan pastoral (pastor=imam), maka kencenderungan otoriter dan sesuai pemahaman sendiri menjadi dominan dan bisa menghambat banyak hal. Keseimbangan antara pastoral, hukum dan rahmat Allah menjadi sangat penting. Tidak mudah untuk menjadi yang ideal, namun bukan berarti tidak bisa. Terbuka akan kehendak Allah, yang diwujudkan dalam peraturan yang meringkan dan kebijakan pastoral yang berdaya guna akan menjadi dinamika yang indah dalam Gereja. Meski di dalam helicopter, namun mesinnya itu nyaris tak terdengar. Kita bisa mendengarkan suara keindahan alam, suara orang yang berada di luar, dan bisa dengan bebas bercerita dengan sesama penumpang tanpa harus berteriak. Doa: Tuhan, jadikan hatiku seperti hati-Mu, tangankanku seperti tangan-Mu, pikiranku seperti pikiran-Mu, kehendaku seperti kehendak-Mu. Amin.  

Renungan Harian, Senin Biasa XXI Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top