Renungan Harian, Jumat Biasa XVIII
Bacaan: Matius 16:24-28 16:24 Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. 16:25 Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 16:26 Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? 16:27 Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. 16:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.” Renungan Harta atau Nyawa?? Dalam film-film criminal, dulu sering kita jumpai salah satu adegan ketika ada perampok yang menodong korbannya hampir pasti mengatakan ‘harta atau nyawa?’. Dan hampir bisa dipastikan juga bahwa setiap korban akan mengatakan ‘nyawa’. Jawaban itu akan menyelamatkannya dari pembunuhan. Belum ada yang sampai mengatakan ‘harta’, karena kalau demikian maka dia akan dibunuh dan mati. Lalu untuk siapa hartanya? Ya akhirnya diambil sang perampok juga. Sia-sialah harta dan nyawanya. Yesus hari ini mengingatkan kita tentang kemana seharusnya hati kita terarah. Untuk mendapatkan rahmat keselamatan, maka sudah semestinya hati kita terarah pada jalan mengikuti Yesus. Dan persis itu bukan jalan harta duniawi. Menyangkal diri, memikul salib, mengikuti Dia berarti tidak mengutamakan harta duniawi diatas segalanya. Yesuslah sebagai harta paling berharga yang kita miliki. Kesanalah focus hati dan pikiran kita. Harta duniawi sangat penting bagi kita, karena dengan itulah kita mampu bertahan hidup. Dengan kekayaan yang kita miliki, kita mempunyai kesempatan lebih besar untuk berbagi kebaikan kepada orang lain. Harta yang melimpah akan membuat kita lebih mampu hidup dengan baik dan benar. Dengan kekayaan itu kita akhirnya mampu mewujudkan segala cita-cita dan kesejahteraan hidup. Namun demikian, itu bukan lah segala-galanya. Atau segala-galanya tidak diukur dari harta duniwi. Kita punya harta yang paling berharaga yang harus kita ikuti, ialah Kristus sendiri. Kepada-Nya lah hati, pikiran, dan budi kita terarah. Jangan sampai justru kekayaan material yang kita miliki menghalangi kita untuk semakin dekat dengan-Nya. Sekaya atau semiskin apapun kita, satu hal yang sama yakni kita punya harta yang paling berharga yang sama, yaitu Kristus sendiri. Dia diatas segala kemampuan diri kita, juga diatas segala kelemahan kita. Doa: Tuhan, semoga aku mampu. Amin.
Renungan Harian, Jumat Biasa XVIII Read More »