Renungan 14 Agustus 2019 Archives - Keuskupan Tanjungkarang

Renungan 14 Agustus 2019

Renungan Harian, Kamis Biasa XIX

Bacaan: Matius 18:21-19:1 Perumpamaan tentang pengampunan 18:21 Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: “Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?” 18:22 Yesus berkata kepadanya: “Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali. 18:23 Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. 18:24 Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang yang berhutang sepuluh ribu talenta. 18:25 Tetapi karena orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya, raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala miliknya untuk pembayar hutangnya. 18:26 Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku akan kulunaskan. 18:27 Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya. 18:28 Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu! 18:29 Maka sujudlah kawannya itu dan memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku itu akan kulunaskan. 18:30 Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam penjara sampai dilunaskannya hutangnya. 18:31 Melihat itu kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi kepada tuan mereka. 18:32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 18:33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? 18:34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 18:35 Maka Bapa-Ku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.” 19:1 Setelah Yesus selesai dengan pengajaran-Nya itu, berangkatlah Ia dari Galilea dan tiba di daerah Yudea yang di seberang sungai Yordan. Renungan Hidup dalam kelimpahan Pesan utama dalam Injil hari ini adalah soal pengampunan. Mengampuni itu bisa dilakukan oleh siapapun dan dimanapun. Maka tidak ada alasan bagi setiap orang untuk tidak bisa mengampuni. Syaratnya adalah kemampuan untuk tau diri, atau menempatkan diri. Mengapa demikian? Karena kita sudah mendapat pengampunan yang jauh lebih besar dari pada yang bisa kita berikan ketika mengampuni. Orang yang diampuni harusnya punya pengalaman dan kemampuan yang lebih besar untuk selalu memberikan pengampunan juga. Perumpamaan dalam injil ini menggambarkan orang yang tidak tahu berterima kasih, orang yang tidak mengerti bahwa dirinya lebih dahulu dikasihi dengan dihapuskan hutang-hutangnya. Ketidakmampuan menangkap itu membuat dirinya menjadi orang yang tidak mampu mengampuni juga. Kita bisa merenungkan bagaimana hidup kita selama ini, apakah keberanian selalu mengampuni sudah menjadi habitus, atau justru masih banyak mendendam? Analogi penghapusan hutang bisa menjadi keyakinan kita bahwa Allah jauh lebih dahulu mengampuni dosa-dosa kita. Mengampuni berarti menganggap hutang yang belum terbayar itu sebagai yang sudah lunas. Sang taja tidak lagi menganggap ada hutang dari orang yang pertama. Demikian juga dengan kita. Mengampuni berarti tidak lagi memperhitungkan kesalahan-kesalahan yang ada, atau menjadikan hutang itu sudah lunas. Mengampuni berarti tidak memperhitungkan hutang-hutang lagi. Dengan berani mengampuni, maka hidup kita menjadi hidup yang penuh kelimpahan. Mengampuni menjadikan hidup lebih indah, mengampuni membuat hidup menjadi semakin penuh. Doa: Ya Tuhan, semoga aku selalu berani untuk mengampuni dan mengasihi. Amin.  

Renungan Harian, Kamis Biasa XIX Read More »

Renungan Harian, Rabu Biasa XIX

PW. St. Maximilianus Maria Kolbe, Imam dan Martir Bacaan: Matius 18:15-20 Tentang menasihati sesama saudara 18:15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 18:16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. 18:17 Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. 18:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. 18:19 Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. 18:20 Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Renungan Menasehati sering kali bukan menjadi pilihan yang enak untuk menegor seseorang atas apa yang ia lakukan. Tidak jarang orang memerlukan energy yang ekstra untuk berani mengeluarkan nasehat yang benar. Memerlukan energy besar karena sebelum menasehati tidak jarang orang melihat dirinya terlebih dahulu, dan ketika melihat diri banyak kelamahan, urung lah niat untuk memberi nasihat.  Selain itu, tidak mudah juga seseorang menerima nasihat dari orang lain. Meskipun nasehat itu sangat baik, cara penyampaiannya perlu menggunakan cara yang elegan, cara-cara yang cerdas. Cara yang pas akan membuat pesan yang disampaikan menjadi pas pula. Yesus hari ini mengajak kita untuk pertama-tama mempunyai spiritualitas saling mengingatkan jika ada yang salah. Tidak baik jika ada orang yang salah namun kita tidak melakukan apa-apa. Maka Yesus mengajak kita mempunyai cara, yaitu dengan mengajaknya bicara empat mata. Artinya, langkah pertama adalah pembicaraan personal. Biasanya ini lebih mudah diterima dan orang akan berubah. Personal berarti tidak semua orang tahu apa yang terjadi, karena yang bersangkutan bisa malu dan justru berbuat yang lebih parah lagi. Pesan utama yang hendak disampaikan Yesus hari ini adalah supaya kita saling peduli, saling mengingatkan dengan cara menasehati atau menegur. Tujuan utamanya adalah supaya orang itu bisa berubah dan mendapat keselamatan, bukan untuk menggurui ataupun justru menjatuhkan. Maka diperlukan langkah demi langkah supaya semuanya menjadi baik. Dengan berani mengingatkan, kita ikut ambil bagian untuk menyelamatkan jiwa-jiwa. Doa: Tuhan, semoga aku berani memberi kesaksian hidup yang menyelamatkan. Amin.  

Renungan Harian, Rabu Biasa XIX Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top