pksn kwi 2019 Archives - Keuskupan Tanjungkarang

pksn kwi 2019

Romo Kamilus Tutup PKSN ke-6 di Tana Toraja

PERAYAAN Ekaristi dalam rangka Hari Komunikasi Sedunia pada Minggu, 2/6, sekaligus menjadi penutup rangkaian kegiatan Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6 di Keuskupan Agung Makassar. Uskup Agung Makassar Mgr. John Liku Ada’ memimpin perayaan, yang dirayakan secara konselebrasi itu di Gereja Paroki Hati Tak Bernoda Santa Perawan Maria Makale bersama Sekretaris Eksekutif Komisi Komsos KWI Romo Kamilus Pantus dan puluhan imam konselebran dari Keuskupan Agung Makassar dan utusan keuskupan-keuskupan lain. Dalam sambutannya, Romo Kamilus menilai bahwa tingkat partisipasi umat di Makassar dan Tana Toraja, serta keuskupan-keuskupan di Indonesia pada PKSN ke-6 kali ini sebagai yang terbaik. Dibanding dengan perayaan yang sama pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah utusan dari keuskupan-keuskupan se-Indonesia di Makassar merupakan yang terbanyak. Demikian juga keterlibatan umat setempat, mulai dari anak-anak, orang muda, keluarga, pemerintah, dan utusan paroki atau kevikepan atau lembaga lain, merupakan yang terbanyak. Selain kehadiran peserta, imam Diosesan Weetebula itu menilai PKSN ke-6 di Keuskupan Agung Makassar ini sungguh istimewa karena terlaksana atas kerja sama yang baik dengan berbagai pihak, mulai dari tingkat Konferensi Waligereja hingga panitia lokal. Ia menyebut satu per satu kegiatan yang telah terlaksana, mulai dari Kota Makassar hingga di Makale, Tana Toraja, berikut pihak-pihak selain tim Komisi Komsos KWI yang dilibatkan; di antaranya kehadiran Sekretaris Jenderal KWI, Mgr. Anton Subianto Bunjamin, OSC; Sekretaris Eksekutif Komisi Kerasulan Keluarga KWI, Romo Heribertus Hartono, MSF;; hingga Direktorat Jenderal Bimas Katolik Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), Eusabius Binsasi dan Sekjen Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) RI, R. Niken Widiastuti. Sementara itu, di tingkat Keuskupan Agung Makassar, keterlibatan berbagai pihak terlihat jelas pada setiap kegiatan, baik para imam, agen pastoral awam hingga pemerintah setempat, termasuk Bupati Tana Toraja, Nicodemus Biringkanae; Sekda Tana Toraja, Samuel Tande Bura; beberapa kepala dinas Pemkab Tana Toraja dan anggota DPRD Tana Toraja. “PKSN ke-6 di Keuskupan Agung Makassar telah berjalan seperti yang maksud dan tujuan yang diharapkan. Dan, ini yang terbaik,” kata Romo Kamilus disambut riuh tepuk tangan umat di Gereja Paroki Makale pada akhir Misa. Ia juga sempat memperkenalkan satu per satu anggota Badan Pengurus Komisi Komsos KWI, utusan-utusan Komsos per Regio Gerejani, dan tim kerja Komsos KWI kepada umat. Dengan mengetuk mic tiga kali, Romo Kamilus pun menutup PKSN ke-6 di akhir Misa. Sejumlah kegiatan telah dilaksanakan dalam rangka PKSN ke-6 sejak 26 Mei hingga 2 Juni 2019 di Kota Makassar dan Tana Toraja. Di Makassar, rangkaian kegiatan dibuka oleh Mgr. Anton Bunjamin dalam perayaan Ekaristi di Gereja Katedral, Minggu, 26/5. Esok harinya, Senin, 27/5, diadakan seminar nasional dengan tema “Memperkokoh NKRI melalui Media Digital” berkat kerja sama antara KWI dengan Kemenkominfo RI. Hari ketiga PKSN di Makassar diisi dengan aneka kegiatan bagi keluarga, yaitu lomba menggambar dan mewarnai bagi anak-anak, lomba debat bagi remaja setingkat SMA, dan rekoleksi bagi pasangan suami istri (pasutri). Rekoleksi bagi pasutri menghadirkan narasumber yang sudah viral di Youtube, Romo C. Eko Wahyu D.S., OSC dan Romo Heribertus Hartono, MSF. Dari Makassar, rombongan yang terdiri dari tim Komisi Komsos KWI dan utusan dari keuskupan-keuskupan di Indonesia berangkat ke Tana Toraja untuk melanjutkan kegiatan PKSN, Rabu, 29/5. Mereka disambut secara meriah oleh Vikep Tana Toraja, Romo Natanael Runtung, para imam Keuskupan Agung Makassar, Pemerintah Kabupaten Tana Toraja, dan umat setempat. Kegiatan selama empat hari di Kevikepan Toraja dilaksanakan di Paroki Makale. Usai perayaan Ekaristi Kenaikan Tuhan Yesus Kristus pada Kamis, 30/5, tim Komisi Komsos KWI mengadakan workshop menulis kreatif dan audio visual yang dilaksanakan secara paralel selama dua hari. Setiap sesi workshop diikuti sekitar 100-an peserta yang berasal dari utusan paroki-paroki di dua kevikepan, yaitu Toraja dan Luwu. Bersamaan dengan peringatan Hari Lahirnya Pancasila, Sabtu, 1/6, diadakan seminar Literasi Media bagi kaum muda di Aula Tammuan Mali, Makale dan pagelaran seni budaya di halaman Gereja Paroki Makale. Akhirnya, rangkaian kegiatan sepekan itu ditutup dengan Perayaan Minggu Komunikasi Sedunia ke-53 di Gereja Paroki Makale. “Dari beberapa kali mengikuti PKSN bersama Komisi Komsos KWI, kegiatan PKSN kali ini menurut saya paling meriah dan berkesan. Tentu hal ini karena keterlibatan dan kerja sama yang baik antara KWI dan panitia lokal,” kesan Joseph Fransiscus Xaverius Kevin Sanly Putera, salah seorang tim Komsos KWI seusai upacara penutupan PKSN, Senin, 3/2. (Erick Ratu/RBE) disadur dari: mirifica.net

Romo Kamilus Tutup PKSN ke-6 di Tana Toraja Read More »

Tugas Berat Komsos: Frontliner Komunikasi dan Informasi

BANYAK kegiatan telah dilaksanakan selama Pekan Komunikasi Sosial Nasional (PKSN) ke-6. Kota Makassar dan Tana Toraja di Keuskupan Agung Makassar menjadi tuan rumah kegiatan akbar tingkat nasional ini, Minggu, 26/5-Minggu, 2/6. Selain Badan Pengurus Komisi Komunikasi Sosial Konferensi Waligereja Indonesia (Komsos KWI), hadir juga 23 utusan Komisi Komsos Keuskupan di Indonesia. Tema yang diusung adalah “Kita Adalah Sesama Anggota: Berawal dari Komunitas Jejaring Sosial menuju Komunitas Insani”. Selama proses kegiatan PKSN tersebut, tim publikasi mendapat kesempatan mendengarkan refleksi dari salah satu anggota Badan Pengurus Komisi Komsos KWI, yaitu Errol Jonathans. “Yang kita dapatkan dalam PKSN 2019, khusus terkait konteks media sosial, sangat diharapkan para pegiat Komsos,” ungkapnya. Pasalnya, kegiatan ini mengajak peserta untuk pertama-tama mengenali dulu dasar dari seluruh aktivitas media, yaitu ilmu komunikasi atau ilmu publisistik. Kemudian, lanjut Errol, jangan melupakan juga kekuatan dari media-media mainstream atau media arus utama. Alasannya, dalam arus perkembangan yang demikian pesat, di belahan bumi mana pun, bahkan di negara maju, yang namanya media mainstream ini masih sangat eksis. Media mainstream hari ini lebih terhormat lagi karena dianggap sebagai validator semua berita bohong (hoaks). “Artinya, sekarang ini semakin hebat media sosial itu malah membuat media mainstream menjadi semakin kokoh. Ia menjadi  tempat  rujukan, tempat mengecek berita ini-itu benar atau tidak,” jelas Errols. Menurut Direktur Utama Suara Surabaya Media ini, kita jangan terpukau dengan teknologi yang maju, lalu kita meninggalkan kemampuan dan kompetensi kita dalam menangani media mainstream. Akan tetapi, tentu saja harus mengikuti komunikasi, telekomunikasi, dan ke-media-an hari ini yang berbasis pada digital. “Sebaliknya, kita bisa memanfaatkan dunia digital itu untuk menutupi kelemahan dan melengkapi media mainstream, terutama dalam distribusi, deseminasi, dan penyebarannya,” tuturnya. Oleh karena itu, Errol berpesan agar sebagai pegiat Komsos, semua pihak yang terlibat di bidang media mesti melihat bahwa kondisi ini merupakan tugas yang sangat berat. Menurutnya, ada tiga alasan mendasar mengapa Komsos mengemban tugas yang berat. Pertama, Komsos adalah public relations (PR) Gereja Katolik, baik di level paroki, level keuskupan maupun level Konferensi Waligereja. “Setidaknya, Komsos juga menjadi tempat orang/umat mendapatkan informasi dan sebagai fungsi humas.” Kedua, Komsos merupakan pendokumentasi berbagai macam aktivitas Gereja, mulai dari paroki, keuskupan hingga tingkat Konferensi Waligereja. Dengan begitu, personel-personel Komsos harus mulai memikirkan aspek pendokumentasian dalam berbagai  bentuk, foto, teks sampai video, dan dokumentasi lainnya. Ketiga, fungsi Komsos yang terpenting adalah strategi  komunikasi, baik dari atas/pemimpin maupun komunikasi dari umat ke atas. Dengan demikian, fungsi-fungsi  utama Komsos tersebut memperlihatkan bagaimana menjadi pendominasi aktivitas komunikasi dan informasi. Sehingga yang terpenting dengan adanya Komsos, semua saling tahu, saling mengerti, dan semua bisa menjadi wadah untuk saling berkomunikasi. Itulah harapan kepada Komsos, terutama dalam perkembangan dunia komunikasi sosial  sekarang ini. “Kita tentu tidak sepakat bahwa Komsos hanya sebagai tukang foto atau Komsos adalah bagian dokumentasi saja. Seharusnya, Komsos diajak untuk memikirkan bagaimana strategi komunikasi  yang  terbaik,  misalnya untuk  generasi  yang akan datang,” jelas Errol. Dengan banjirnya informasi saat ini, maka menjadi sah, bahkan keharusan, bagi para pegiat Komsos untuk ikut membanjiri dan terlibat. Terlebih lagi, kalau para pegiat Komsos ini bisa menjadi sumber-sumber alternatif atau tempat validasinya. Atau mungkin, Komsos juga bisa menjadi penangkal informasi-informasi yang tidak  benar. Sering kali banyak desas-desus di kalangan  umat.  Misalnya, tentang paroki, tentang pastornya atau yang lain. “Di sinilah tugas Komsos untuk memberi validasi dan membentengi. Komsos dalam hal ini  adalah frontliner, garda terdepan komunikasi dan informasi,” demikian Errol. (RBE) disadur dari: mirifica.net

Tugas Berat Komsos: Frontliner Komunikasi dan Informasi Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top