Renungan Harian, Minggu Prapaskah V

Bacaan: Yoh 1:1-45 11:41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: “Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. 11:42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” 11:43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: “Lazarus, marilah ke luar!” 11:44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: “Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi.” 11:45 Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.   Renungan Injil hari ini secara detail menceritakan bagaimana alur Yesus membangkitkan Lazarus. Kita bisa membacanya secara lengkap. Tetapi sebenarnya tidak hanya membangkitkan Lazarus. Kisah ini di setiap babaknya mengandung arti yang tidak sembarangan juga. Maka Yohanes menceritakan kisah ini dengan panjang lebar. Bisa jadi diantara para pembaca ada yang dalam hatinya mengatakan bahwa kisah ini terlalu bertele-tele. Tetapi jika kita cermati, kita bisa belajar banyak hal tentang bagaimana hidup dalam terang sabda. Pertama, kita bisa belajar bahwa menjadi murid Yesus tidak cukup sekali jalan. Maria dan Martha adalah orang-orang yang dekat dengan Yesus, demikian juga para rasul. Tetapi nyatanya mereka tidak mengerti dengan sungguh apa yang disampaikan oleh Yesus. Mereka masih berpikir polos dan hanya memandang yang kelihatan saja. Yesus mengajari Martha tentang kebangkitan yang tidak ditunda-tunda. Demikian juga kepada para rasul, Yesus membuka mata mereka tentang kuasa Allah atas hidup ini. Maka kita bisa yakin bahwa tidak cukup bahwa menjadi orang Katolik ini berdasarkan waktu lamanya saja. Apakah kita sungguh sudah mengerti tentang Kristus? Kita perlu mendalami dan mengalami terus menerus. Kedua, kita bisa belajar bahwa mengasihi berarti memberi kehidupan. Jika kita mengatakan mengasihi seseorang tetapi hanya mementingkan diri sendiri, itu belum kasih Kristiani. Persis seperti Yesus, yang selain mengungkapkan kuasa-Nya, Ia mengungkapkan kasih kepada Martha, Maria, dan Lazarus. Kepada mereka Yesus memberikan kehidupan, bukan mengambilnya. Maka kasih yang sesungguhnya adalah jika kita bisa memberikan kehidupan. Bukan berarti menghidupkan orang yang mati, tetapi memberi daya roh hidup kepada yang kita kasihi. Kita sudah melakukannya untuk keluarga kita masing-masing. Maka yang perlu kita lakukan adalah terus menjaga kasih yang demikian. Dalam situasi yang terjadi saat ini, kita diajak untuk mempunyai kasih yang lebih lagi. Meski virus corona mematikan, tetapi kasih kita tetaplah harus memberi daya hidup kepada keluarga dan kepada siapapun. Semoga sabda Tuhan selalu memberi roh hidup kepada kita sekalian.  

Renungan Harian, Minggu Prapaskah V Read More »