Keuskupan Pangkalpinang Archives - Keuskupan Tanjungkarang

Keuskupan Pangkalpinang

Menteri Dalam Negeri Hadir Bagi Keuskupan Pangkalpinang

Kamis 27 Februari 2020, tiba-tiba saya mendapat pesan WhatsApp dari Romo Yudi Kristianto, Pr berupa pesan gambar, foto Menko Pulhukam Mahfud MD dan Mgr Adrianus Sunarko OFM. Selain pesan gambar itu, Romo yang juga merupakan bagian dari Kuria Keuskupan Pangkalpinang ini, menambah teks untuk keterangan foto. Teksnya juga unik, “salam dari Pak Mahfud MD.” Situasi Disharmoni Berubah Wajah Pak Menteri yang satu ini, luar biasa. Begitulah komentarku. Sebab sebagai warga negara biasa seperti kita, sesungguhnya Pak Mahfud MD berasal dari golongan mayoritas. Untuk memuaskan subyektifitas politik kaum mayoritas, semestinya Pak Menteri sudah memiliki zona nyaman. Dalam konteks mendapatkan citra dan persepsi publik yang positif terhadap dirinya, semestinya Pak Menteri tidak perlu capek-capek menyambangi Keuskupan Pangkalpinang. Sebab ia mempunyai variabel primordial yang sama dengan agama mayoritas. Ternyata tidak. Tampaknya Menteri Pertahanan RI jaman Presiden Gus Dur ini, sedang merasa galau tingkat dewa. Ia merasa tidak berada dalam situasi zona nyaman. Membasa komunikasi verbalnya, Sang Menteri sedang merasakan ada fenomena tirani mayoritas terhadap kaum minoritas. Ia tidak mengharapkan fenomena itu jadi pemicu disharmoni berkepanjangan dan abadi di negeri Pancasila ini. Sang Menteri sedang merasakan kecemasan yang terjadi dalam diri Mgr Adrianus Sunarko OFM bersama umat kegembalaannya di Keuskupan Pangkalpinang, khususnya di Paroki St Yoseph Tanjungbalai Karimun. Sosok nasionalis ini terlihat tidak reaktif tetapi secara spontan menunjukkan “compassion” nya terhadap rasa ketidakpastian hokum umat di Gereja St Yoseph Tanjung Balai. Kepada awak media yang mewawancarainya di Kompleks Wisma Kuria Keuskupan Pangkalpinang (27/2/20), Mahfud MD mengatakan semua agama mempunyai martabat yang sama di depan hukum. “Memperlakukan agama tidak berdasarkan jumlah pemeluknya. Semua pemeluk agama kedudukannya di depan hukum dan konstitusi itu sama,” ujar Mahfud MD Menko Pulhukam ini pun berkeyakinan bahwa siapapun yang menjalankan agamanya secara baik, maka masyarakatnya pun akan menjadi baik dan harmoni. Oleh karena itu, wajar adanya tatkala sosok yang pernah digadang-gadang sebagai Calon Wapres Jokowi ini memastikan bahwa tidak ada orang yang ditahan dalam kasus Gereja St Yoseph Tanjungbalai Karimun. Atas spontanitasnya untuk bersilaturahmi ke Keuskupan Pangkalpinang itu, energi disharmoni yang dirasakan Gereja Katolik di Keuskupan Pangkalpinang beberapa bulan belakangan itu berubah wajah menjadi harmoni. Sang Menteri mengubah wajah Gereja Keuskupan Pangkalpinang yang penuh cemas kepada sebuah optimism akan situasi damai dan harmoni. Sang Menteri juga sudah memastikan bahwa kaum minoritas pun mempunyai kedudukan yang sama di mata hukum dan konstitusi. Sebuah pesan kepada kaum mayoritas agar jangan terlalu lebay dan arogan dalam kehidupan sosial. Silaturahmi ini menjadi pesan simbolik, Pemerintah Pusat menilai Pemerintah Daerah Kabupaten Karimun belum menjamin kaum minoritas di Tanjungbalai untuk bisa menerapkan secara baik, hak keagamaan yang diakui konstitusional. Mukjizat Harmoni bagi Komunio Hembusan harmoni begitu terasa di Kompleks Wisma Keuskupan Pangkalpinang, siang itu. Shito Kadari, salah seorang staf di Kantor Keuskupan pun langsung menulis statusnya di facebook disertai beberapa foto bersama Sang Menteri. Shito menganggap persitiwa silahturahmi Menko Pulhukam dengan Mgr Adrianus Sunarko, OFM seperti mimpi di siang bolong. Pasalnya, selama berkarya hampir dua puluh tahun, wanita yang juga katekis itu, baru mengalami ada Menteri yang berkunjung ke Keuskupannya. Memang saya tidak berada di kompleks Wisma Kuria Keuskupan karena ada tugas lain. Tetapi melihat video produksi Tim Media Menko Pulhukam yang diedarkan di group WA Forum Wartawan NTT, saya membaca ada rasa sukacita mendalam dan keterkejutan akan hembusan mukjizat harmoni dalam wajah Bapa Uskup kami, Mgr Adrianus Sunarko, OFM. Jujur, akhir-akhir ini aura komunio di Keuskupan Pangkalpinang, khususnya di Paroki St Yoseph Tanjungbalai terasa lain dari sebelumnya. Ada umat yang dibaptis secara Katolik sejak kecil, akhirnya dianggap oknum outgroup Gereja St Yosep Tanjungbalai. Lantaran, mereka bertemu dengan beberapa anggota group yang terlibat dalam kasus demonstrasi berbau aksi intoleran di Gereja yang sudah berdiri tahun 1930an itu. Komunikasi di dalam komunio umat itu pun tidak wajar adanya. Saling mencurigai, Si A group siapa? Si B group mana? Ada group dalam komunio umat Paroki Tanjungbalai Karimun hanya karena gejolak aksi penolakan renovasi Gereja St Yoseph Tanjungbalai yang sudah mengantongi IMB itu. Padahal tahun 2020 ini, umat di paroki itu yang menjadi bagian dari Keuskupan Pangkalpianng sedang menjiwai semangat komunio. Umat bertekad untuk hidup bersaudara, tanpa membeda-bedakan suku dan agama. Kehadiran Mhafud MG tidak hanya menghembuskan sukacita harmoni tetapi juga menguatkan kembali komunio umat. Bahwa, tidak perlu lagi ada group dalam komunio umat. Sebab berapapun jumlah anggota group itu, komunio umat tetaplah bagian dari kategori minoritas di negeri ini. Pesan harmoni Mahfud MD dan semangat Komunio yang digelorakan oleh Mgr Adrianus Sunarko OFM menjadi warning bagi group dan kerumunan baru dalam komunio umat. Bangunlah strategi komunikasi yang tidak menyakiti siapapun. Menteri dan Bapa Uskup sudah menunjukkan gaya berkomunikasi yang brilian dan unik. Waluapun kedua tokoh hebat ini sedang berkomunikasi dan berdialog, tetapi yang terlihat adalah spiral kebisuan. Lantas, di dalam komunikasi yang dlakoni dengan gaya spiral kebisuan itulah ada cinta dan harmoni, sukacita dan kepastian hukum. Akhirnya siapapun harus memahami, rahmat harmoni tidak bisa kita dapatkan jika interaksi di media social terkonstruksi terjadi secara reaktif tetapi tidak metodologis. Mukjizat harmoni jika dilaksanakan secara bisu tetapi mentraksaksikan cinta, damai, keadilan, kepekaan, solidaritas dan harmoni kemanusiaan universal. Satu hal yang penting harus kita petik dari silahturahmi Mahfud MD dan Mgr Adrianus OFM, janganlah terprovokasi dan secara latah ikutan membentuk groupthink. Groupthink adalah kelonmpok yang menyadari bahwa kebenaran dan kepentingan kelompok adalah absolut. Pasca silahturahmi ini, siapapun harus menyadari, groupthink adalah virus yang mematikan harmoni dan pluralisme. Sedangkan di pihak lain groupthink menyuburkan fanatisme agama. Siapapun anda, mari kita kalahkan fanatisme agama dalam diri masing-masing untuk menjiwai semangat komunio yang murah hati dan Rahim, seperti diajarkan Sang Gembala Utama dan diterjemahkan secara khusus oleh Mgr Adrianus Sunarko, OFM. *** (Stefan Kelen, Pr. Ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Pangkalpinang.)   Note: Tulisan ini dimuat di http://jurnalbabel.com/2020/02/mahfud-md-bawa-mukjizat-harmoni-bagi-keuskupan-pangkalpinang/, 28 Februari 2020

Menteri Dalam Negeri Hadir Bagi Keuskupan Pangkalpinang Read More »

Workshop FKPR: Fully and Truly Happy

Ngisonando – Dalam rangka bina lanjut dan pengembangan diri, team Bina lanjut FKPR (Forum Komunikasi Pemimpin Religius) Sumatera Bagian Selatan, mengadakan workshop di rumah kalwat Ngisonando. Workshop ini diadakan mulai Jumat (30/8), hingga Minggu (1/9). Pada tahun ini, workshop bina lanjut FKPR ini mengangkat tema tentang “Truly and Fully Happy”. Biarawan-biarawati yang hadir dalam workshop ini berasal dari beberapa tarekat yang ada di Propinsi Gerejawi Palembang (KA Palembang, K. Tanjungkarang, dan K. Pangkalpinang). Beberapa yang hadir antara lain dari kongregasi Bruder FIC, kongregasi Suster FCh, kongregasi suster FSGM, kongregasi suster SJD, kongregasi suster HK, kongregasi suster KKS, dan kongregasi imam-imam SCJ. 8 Sabda Bahagia Sebagai dasar permenungan, rm V. Teja Antara SCJ mengajak seluruh peserta untuk mendalami delapan sabda bahagia sebagai pondasi memahai tentang sukacita yang mendalam. Sumber utama kebagahagian itu adalah Allah sendiri. Yesus memberikan delapan sabda bahagia sebagai pengajaran kepada para rasul untuk menjadi orang yang terberkati. Orang yang berbahagia menjadi ukuran tentang orang yang terberkati, orang yang berbahagia. Itulah yang menjadi jalan kekudusan. Rm Teja juga mengajak peserta untuk memperdalam surat apostolik paus Fransiskus, G.audete et Exultate. Menurut rm Teja, paus Fransiskus mempu menafsirkan delapan sabda bahagia dengan sangat jelas dan sederhana dan mudah diterapkan dalam hidup harian. Kekudusan bukan perkara yang jauh dari hidup kita. Apa yang kita kerjakan dan alami setiap hari adalah yang menjadi cara kita menjadi kudus. Team Bina Lanjut FKPR Wokshop bina lanjut ini dilaksanan dengan metode kuliah, dialog, diskusi, sharing, refleksi dan dibarengi dengan gerak lagu sebagai animasi ice breaking. Hadir sebagai pembicara rm Teja Antara SCJ, Sr. M Levita FSGM, rm Yoh. Rasul Susanto SCJ. Team lain yang hadir yakni sr. Winanda HK, sr. Yulisa FCh. La Vita e Bella Malam hari pada hari pertama, seluruh peserta diajak untuk melihat dan merenungkan film klasik berjudul la Bella e Vita (The Beautiful of Life). Berdurasi lebih dari 120 menit, seluruh peserta diajak untuk melihat bahwa hidup yang indah itu bukan pertama-tama selalu yang menyenangkan. Moment-moment beratpun bisa menjadi sumber hidup yang membahagiakan. Dalam keadaan yang tidak ideal, kitapun diajak untuk menghadirkan suasana indah dan sukacita. Hidup yang indah bukan pertama-tama soal tidak adanya penderitaan. Hidup yang indah terjadi ketika setiap moment dihidupi dengan sukacita, membuat orang lain selalu memiliki harapan dan sukacita. Hari ke dua Sesi pertama hari kedua diisi dengan melihat dalam perspektif psikologis beberapa aspek hidup yang fully and truly happy. Sesi ini disampaikan oleh sr M. Levita FSGM. Dalam pemaparannya, sr Levita mengungkapkan beberapa hal yang bisa membuat hidup tidak integral, diantaranya adanya kecenderungan compulsive giving dan poor self image. Hidup dalam komunitas menjadi tidak seimbang ketika kedua kecenderungan ini menjadi dominan dalam setiap diri anggota komunitas. Apa yang dilakukan, meskipun terlihat baik dan kudus, pada akhirnya akan menjadi masalah baik bagi diri sendiri maupun sebagai komunitas. Misalnya ada anggota komunitas yang mempunyai kebutuhan untuk memberi. Barang-barang kecil dalam komunitas akan menjadi habis ketika ada anggota komunitas yang mempunyai kebutuhan ini. Hidup berkomunitas akan menjadi tidak seimbang. Dalam perkembangnnya, setiap manusia juga mempunyai kecenderungan co-dependency. Ini merupakan bentuk keterikatan yang bisa membuat seseorang tidak bisa lepas bebas dan meredeka. Ini menjadi bahaya ketika seorang biarawan-biarwati tidak menyadari kencederungan ini. Kelekatan itu bisa membuat tidak integrasinya diri sendiri, sehingga selalu mempunyai masalah dari masa muda hingga masa tua. Dalam rangka menyadari itu, sr Levita mengajak semua peserta untuk selalu sadar diri dimana letak kebahagiaan setiap pribadi. Setelah turun minum, seluruh peserta diajak untuk masuk dalam dinamika sharing dalam kelompok kecil. Tema utama bahan sharing ini tentang pengalaman sukacita dalam hidup. Ada banyak moment yang membuat kita sukacita, ada juga pemicu-pemicu yang membuat bahagia itu. Kitapun perlu untuk selalu mengusahakan menemukan cara-cara supaya saya tetap mampu bersukacita secara penuh. Sesi kedua hari ini diisi dengan how to be truly and fully happy person. Sesi ini dibawakan oleh rm Yoh. Rasul Susanto SCJ. Pertama-tama rm Santo mengajak semua peserta untuk mempunyai sudut pandang yang sama tentang kebahagiaan. Menurutnya, kebahagiaan itu bukan soal tidak adanya masalah dalam diri setiap orang, tetapi tentang kehadiran Allah. Enam point utama yang disampaikan adalah happiness is a choice; katakan tidak pada hal-hal negative; keep having positive relationship; bertekun dalam passion diri; merayakan small winning; meditasikan hal-hal positif. Menjadi sungguh bahagia dan mencapai kebahagiaan penuh pertama-tama soal pilihan. Saya mau bagiamana dan seperti apa tergantung dari pilihan-pilihan yang saya lakukan setiap saat. Mulai dari lagu, hobi, film, dan apapun yang kita piliha akan mempengaruhi perasaan kita. Menjadi bahagia berarti salah satu jalannya adalah memilih yang membuat suasana bahagia dan penuh harapan. Puncak tertinggi dari hidup membiara menurut rm Santo adalah self giving. Pemberian diri menjadi kekuatan utama untuk seorang religious mampu hidup secara penuh. Tidak mudah dan tidak pernah instan. Seluruh pilihan diri ikut menentukan arah itu. Dalam perjalanan hidup, menurut rm Santo, kita juga perlu untuk memberi ‘hadiah-hadiah’ kecil pada diri sendiri atas perjuangan-perjuangan yang pernah dilakukan. Memanfaatkan hobi juga bisa menjadi cara untuk menyeimbangkan diri. Namun demikian, hal-hal itu menjadi ‘selingan’ hidup yang membuat semakin penuh kebahagiaan diri, bukan yang menggantikan panggilan utama. Maka pesannya adalah jangan pernah menganggap tidak perlu untuk memuji diri sendiri, atau juga memberi hadiah untuk diri sendiri. Dalam segalanya, ‘Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera’ (1 kor 7:15). Delapan tanda bahagia Jiwa: memiliki sikap syukur dan sukacita Hati: merasakan kepercayaan memadai Budi: kreatif dan lebih focus pada sini kini Telinga: mampu dan mau mendengarkan Mulut: murah senyum, bicara positif dan memiliki nafsu makan yang baik Mata: bisa diajak tidur nyanyak Tangan: memiliki banyak sahabat yang bahagia Kaki: mempunyai semangat bekerja yang stabil Hari ke tiga Hari ke tiga workshop bina lanjut FKPR lebih banyak diisi untuk mengaktualisasikan truly and fully happy dalam masing-masing kelompok. Dibagi dalam lima kelompok, semua peserta diajak untuk membuat sebuah aksi yang menggambarkan sukacita dan kebahagiaan. Selain itu, setiap peserta diundang untuk membuat sebuah resolusi pribadi tentang menjadi pribadi yang sepenuhnya bersukacita. Ditulis dalam sebuah kartu, resolusi-resolusi pribadi itu dipersembakan dalam perayaan ekaristi yang merangkum seluruh rangkaian workshop ini. Pada akhirnya diharapkan bahwa apa saja yang didapatkan dalam pertemuan ini bisa dibawa pulang

Workshop FKPR: Fully and Truly Happy Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top