Pekan Komunikasi Sosial Nasional 2019 Archives - Keuskupan Tanjungkarang

Pekan Komunikasi Sosial Nasional 2019

PKSN VI : Dalam Kearifan Lokal Toraja, Saya Indonesia Saya Pancasila

Kevikepan Toraja menjadi tempat pelaksanaan PKSN setelah kota Makasar. Acara dipusatkan di Paroki Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Makale, selama seminggu penuh 29/5 – 3/6/2019.  Utusan keuskupan berbaur dengan berbagai komponen umat menjalani berbagai acara untuk saling berbagi  ilmu, pengalaman dan kegembiraan. Rombongan PKSN meninggalkan Makasar pada Rabu, 29/5 pagi hari.  Tiba di rest area Gunung Sinona pukul satu siang dan  panitia dari Paroki Makale telah menunggu untuk makan  siang, Menjelang memasuki  kota Makale, mobil voorrijder   patwal polisi datang memandu.   Rombongan berhenti di gedung DPRD, disambut dengan drumband dan tarian, untuk selanjutnya diarak ke gereja, beberapa ratus meter jaraknya. Tema “Merajut Indonesia Melalui Media Sosial. Dalam Semangat Kearifan Lokal: Saya Indonesia, Saya Pancasila” tertulis di latar panggung bermotif ukiran Toraja warna merah. Sambutan secara meriah dilaksanakan dengan beberapa tarian dan ditutup dengan makan malam. Selanjutnya utusan keuskupan dibagi-bagi untuk tinggal di rumah penduduk atau guest haouse. Misa pembukaan dilaksanakan keesokan harinya, Kamis 30/5/2019 bertepatan dengan hari raya Kenaikan Tuhan. Seusai misa sampai hari Minggu 2/6/2019 akan dilaksanakan serangkaian kegiatan. Peserta, yang sebagian adalah kaum muda Kevikepan Toraja,  boleh memilih untuk mengikuti workshop Penulisan Kreatif atau Produksi Film Pendek. Waktunya bersamaan yaitu sepanjang Kamis dan Jumat. Pada hari Sabtu kedua kelompok peserta bergabung untuk mengikuti seminar Literasi Media. Workshop menulis diampu oleh Budi Sutedjo, RBE Agung Nugroho dan A. Margana. Menurut Budi Sutedjo, menulis dan membuat buku itu mudah. Yang diperlukan adalah keberanian, lalu menulis dengan topik sederhana dan konsisten. “Pasti tulisan-tulisan itu nanti bisa disatukan menjadi buku,” katanya. Dengan mendapatkan pelatihan dari para pakar diharapkan generasi muda itu semakin yakin untuk mampu menulis. Di akhir sessi diadakan evaluasi umum dari para pengampu. Workshop film diampu oleh Rm. F.X. Murti Hadi Wijayanto dan tim Puskat. Rm. Murti yang dikenal sebagai produser film Soegija itu mengajari peserta prinsip dasar sinematografi yang dikenal dengan 5 C: Camera Angle (sudut pandang kamera),  Continuity (jalan cerita, logika), Cutting (editing), Close-up (ekspresi) dan Composition (komposisi, frame). Para peserta dibimbing sehingga mereka mampu membuat sebuah film pendek yang akan diputar pada Jumat malam. Dengan keterampilan ini diharapkan generasi milenial mampu menjadi agen pewartaan kabar suka cita dengan memproduksi konten-konten positif.   Pagelaran Budaya dan Exsposure Toraja ibarat kepingan surga yang jatuh ke bumi, denikian seseorang pernah berkata. “Surga” Toraja bukan saja karena alamnya yang molek dan penduduknya yang ramah, tetapi juga oleh warisan budaya lokalnya yang masih terjaga. Budaya lokal berupa tari-tarian menjadi sajian menarik dalam Malam Pagelaran Budaya sekaligus malam tirakatan Pancasila, Sabtu 1/6/2019. Di tengah hujan yang menderas tamu-tamu tetap berdatangan dan atraksi tetap dilaksanakan. Salah satu tamu kehormatan adalah Bupati Tana Toraja Nicodemus Biringkanae. Dalam kesempatan itu, Pastor Paroki Makale, RD Albert Arina menyampaikan orasi kebangsaan berjudul “Merajut Indonesia Melalui Media Sosial. Dalam Semangat Kearifan Lokal :  Saya Indonesia, Saya Pancasila.” Ia antara lain mengutip Bung Karno. “Bukan saya yang menemukan Pancasila, melainkan saya gali dari adat-istiadat dan kearifan lokal Nusantara sebagai suatu kekayaan rohani bangsa Indonesia.” Dikaitkan dengan sejarah Toraja, jauh sebelum proklamasi kemerdekaan, nenek moyang mereka telah mengenal semboyan yang bila diindonesiakan menjadi “bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Mereka dikenal sebagai orang-orang yang memiliki religiositas tinggi dan kesadaran kolektif untuk hidup dalam persatuan, kedamaian, toleransi dan demokrasi. Demikian orasi Pastor Albert Arinas. Ia juga mengungkapkan kegembiraannya bahwa Paroki Makale ditunjuk sebagai satu tuan rumah. Dengan demikian orang muda bisa mendapat pencerahan dari pakar media Gereja sehingga mampu menjadikan media sosial sebagai sarana pewartaan  dan perdamaian. PKSN ditutup dengan misa konselebrasi pada Minggu, 2/6/2019. Sesudahnya utusan keuskupan diajak berkeliling untuk melihat situs-situs budaya dan wisata. Acara pertama adalah makan siang di rumah keluarga Mgr. John Liku Ada’ . Para peserta dan bapa uskup  duduk bersama di lantai lumbung, menghadap tongkonan atau rumah adat yang berukir indah. Dalam kesempatan itu bapa uskup memperkenalkan ibunya dan sedikit bercerita tentang riwayat panggilannya. Tak jauh dari rumah bapa uskup ada tempat ziarah Keluarga Kudus Nazaret yang dikenal dengan nama Sa’pa Bayobayo. Di situ ada patung Yesus, Bunda Maria dan St. Yosef mengenakan pakaian adat Toraja. Tempat ini dulu digunakan penganut agama lokal Toraja, Aluk Todolo, untuk melakukan ritual. Di dalam area tempat ziarah ini juga terdapat kuburan tua dengan tulang belulang yang sudah berusia ratusan tahun, tersebar di beberapa gua batuan karst. Patung Yesus setinggi 40 meter di kawasan Buntu Burake menjadi tujuan selanjutnya. Dari ketinggian bukit itu bisa disaksikan keindahan kota Makale. Tujuan terakhir hari  itu adalah  desa adat  Ke’te Kesu. Di sini ada museum benda-benda adat Toraja dan deretan tongkonan dan lumbung dengan ukiran-ukiran yang amat cantik.  Juga pemakaman adat dengan tengkorak dan tulang-tulang di ceruk-ceruk bukit batu. Meski secara resmi acara PKSN telah ditutup, tetapi Senin 3/6/2019 para utusan keuskupan tak dapat melewatkan acara menarik lain yaitu upacara Rambu Solo’ atau penghormatan kematian orang tua Pastor Natanael Runtung, Vikep Tana Toraja. “Ini upacara tingkat tinggi. Bahkan saya yang orang Toraja saja baru sekali ini menyaksikan, “ kata Rm. Semuel Sirampun, Ketua Komos KAMS. Ritual yang bisa memakan waktu seminggu lebih ini tentu saja menghabiskan biaya sangat besar. Tidak semua orang  bisa melaksanakan ritual adat yang utuh, sehingga Gereja Katolik perlu hadir dan memberi pendampingan atas budaya lokal di Toraja.*** (Veronika Gunartati)  

PKSN VI : Dalam Kearifan Lokal Toraja, Saya Indonesia Saya Pancasila Read More »

PKSN VI: Internet, Penebar Suka Cita Bagi Sesama

Pekan Komunikasi Sosial Nasional VI dilenggarakan di dua kota yaitu Makassar, 26 – 28 Mei 2019 dan Makale, Tana Toraja, 29 Mei – 2 Juni 2019. Kedua kota ini kiranya mewakili dua entitas unik tuan rumah, Keuskupan Agung Makasar (KAMS).  Kota Makasar dengan kultur urban suku-suku pendatang dan Tana Toraja dengan kultur budaya lokal yang kental. Tema pokok PKSN tahun ini mengacu pada Hari Komunikasi se-Dunia ke-53 yaitu “Kita adalah Sesama Anggota” dengan subtema  “Berawal dari Jejaring Sosial Menuju Komunitas Insani.” Internet saat ini  bisa dipandang sebagai karunia zaman yang sarat dengan nilai-nilai positif.  Meski di sisi lain internet juga bisa menjerumuskan. Kita semua dipanggil untuk  menciptakan  dan menyebarkan konten-konten positif di media digital  dan memerangi penyebaran hoax serta  ujaran kebencian. Acara dibuka dengan misa konselebrasi di Katedral Makasar dengan selebran utama Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, Sekjen KWI. Dalam homilinya Uskup Keuksupan Bandung ini meminta agar setiap orang menjadi tanda kerahiman Allah. “Mari kita saling membangun kasih di atas segalanya; membangun komunikasi dengan nilai-nilai kristiani; mewartakan apa yang benar dan santun bagi sesama; bukan berita bohong, “ demikian ditegaskan. Memperkokoh NKRI Melalui Media Digital           Dua hari berikutnya kegiatan PKSN dipusatkan di aula Paroki St. Frasiskus Asisi, Makasar. Pada 27/5/2019 diselengarakan seminar bertema “ Memperkokoh NKRI Melalui Media Digital.” Para pembicara adalah Dra. R. Niken Widiastuti M.Si, Sekjen Kementerian Komunikasi,   Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit,  BP Komsos KWI, Drs. Eusabius Binsasi, Dirjen Bimas Katolik Kemenag, Drs. Selamata Sembiring M. Sc,  Direktur Tata kelola dan Kemitraan  Komunikasi Publik, Ditjen Informasi dan Trias Kuncahyono, wartawan senior harian Kompas. Seminar dihadiri oleh sekitar 1000 umat Katolik terutama kaum muda. Niken Widiastuti mengatakan bahwa Kemkominfo telah memfasilitasi program go online kepada komunitas petani, nelayan dan pelaku UMKM. Tahun 2019 ini kementeriannya juga memberi 25.000 digital talent scholarship untuk generasi muda. Eko Indrajit dalam paparannya mengatakan bahwa salah satu ciri generasi milenial adalah akrab dengan gawai untuk keperluan interaksi, eksplorasi, dan kolaborasi. Rerata mereka menggunakannya  dari 11 jam/hari dan yang paling banyak diakses adalah Whatsapp. Di sisi lain apa yang dimungkinkan secara teknologi belum tentu baik secara moral. Ia mengingatkan generasi muda agar bijak bermedsos,  tetap seimbang  antara dunia nyata dan dunia maya, serta menerapkan etika dalam berinteraksi. “ Apa yang sudah tertulis di internet, apalagi sudah viral, tidak bisa dihapus,” katanya. Tentang maraknya hoax di dunia maya ia mengatakan bahwa itu terjadi karena banyak orang jahat sibuk di internet sementara orang baik diam dalam doa. Jadi ia mengajak masyarakat untuk menjadikan internet sebagai media untuk menyampaikan kabar sukacita. Pasutri di Era Digital Keesokan harinya, 28/5/2019 diselenggrakan dua mata cara di tempat yang sama. Pagi hari diadakan lomba mewarnai gambar untuk anak-anak dan lomba debat untuk remaja. Siang hari hingga malam diselenggrakan rekoleksi keluarga dengan menghadirkan dua pembicara, Rm. Heribertus Hartono MSF, Sekretaris Komisi Kerasulan Keluarga dan Rm. C. Eko Wahyu, OSC. Rekoleksi dihadiri sekitar 800 orang. Romo Hartono dalam kesempatan itu menyampaikan penting menerapkan enam jurus  6 T strong relationship antarpasutri yaitu : think, talk, touch, time, trust dan togetherness. Pemberi materi selanjutnya, Rm. Eko dalam paparan berjudul “Aku dan Kau Berjalan Bersama di Era Digital” menekankan pentingnya pasutri mencari kekuatan dari Tuhan sebab oleh Tuhanlah mereka dipersatukan. *** (Veronika Gunartati)  

PKSN VI: Internet, Penebar Suka Cita Bagi Sesama Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top