Ilustrasi: Buluh yang terkulai tak kan dipatahkan-Nya

Renungan Harian, Sabtu Biasa XV

Bacaan: Matius 12:14-21 Yesus Hamba Tuhan Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia. 12:15 Tetapi Yesus mengetahui maksud mereka lalu menyingkir dari sana. (#12-#15b) Banyak orang mengikuti Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. 12:16 Ia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia, 12:17 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 12:18 “Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan; Aku akan menaruh roh-Ku ke atas-Nya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. 12:19 Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan. 12:20 Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang. 12:21 Dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap.” Renungan Immitatio Christi Immitatio Christi berarti meniru Kristus. Maksudnya adalah apa yang Kristus lakukan dan ajarkan menjadi cara hidup kita juga. Kita juga bisa mengatakan ‘jalan Kristus adalan jalan saya’. Untuk sampai kepada sikap itu, setiap dari kita perlu yang namanya pengosongan diri. Seperti Kristus sendiri yang mengosongkan diri demi menyelamatkan kita manusia. Henri Nouwen menceritakan pengalaman menariknya berkatian dengan pengosongan diri itu. Baginya, pengosongan diri itu menjadi ‘penemuan’ terbesarnya untuk semua teori yang ia ketahui tentang berbagai macam teori mencapai hidup bahagia. Ia baru mencapai kedamaian besar ketika berani seperti Kristus yang mengosongkan diri. Bisa diterjamahkan secara ringkas bahwa jalan pengosongan diri itu adalah menerima dengan rela setiap bentuk hidup yang dijalani. Demikian Kristus hidup bagi kita. Ia hadir dan hidup sebagai manusia. Itulah satu-satunya cara yang bisa dipakai supaya manusia mengerti bahasa-Nya. Dan terjadilah saat keselamatan itu. Jalan pengosongan diri menjadi cara yang paling tepat untuk mampu masuk dalam hidup manusia. Demikian juga manusia, untuk mampu sampai pada kedamaian besar dalam hidup satu-satunya cara adalah pengosongan diri sendiri. Jika masih dominan kemauan dan keingin egonya, manusia tidak akan pernah sampai pada kedamaian agung. Justru dengan cara pengosongan diri, setiap dari kita akan mampu melihat hidup ini sebagai yang agung, hidup yang berlimpah berkat, hidup yang seluruhnya menuju hanya kepada-Nya. Doa: Tuhan, mampukanlah aku untuk tidak terikat sekadar pada kehendak dan keinginanku sendiri. Amin.  

Renungan Harian, Sabtu Biasa XV Read More »