Renungan Harian, Selasa Pasakah II
Bacaan: Yohanes 3:7-15 3:7 Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali. 3:8 Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” 3:9 Nikodemus menjawab, katanya: “Bagaimanakah mungkin hal itu terjadi?” 3:10 Jawab Yesus: “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu? 3:11 Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kami berkata-kata tentang apa yang kami ketahui dan kami bersaksi tentang apa yang kami lihat, tetapi kamu tidak menerima kesaksian kami. 3:12 Kamu tidak percaya, waktu Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal duniawi, bagaimana kamu akan percaya, kalau Aku berkata-kata dengan kamu tentang hal-hal sorgawi? 3:13 Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia. 3:14 Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, 3:15 supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Renungan Kenyataan ‘Dilahirkan kembali’ jika kita pahami lebih mendalam sebenarnya terjadi dalam tahap-tahap kehidupan manusiawi kita. Dari balita menuju ke usia sekolah kita juga ‘hidup baru’ dengan banyak kenyaataan baru yang kita alami. Demikian juga dalam tiap tahap-tahap perkembangan sekolah. Kita selalu mengalami dunia baru dan disana kita belajar terus. Dunia kerja dan dunia keluarga juga menjadi moment saat kita seperti memulai sesuatu yang baru lagi. Apalagi hidup dengan membangun keluarga. Kita seperti menghadapi kenyataan yang tidak pernah dialami sebelumnya. Mamasuki usia tua juga menjadi saat kita mempunyai dunia baru, dilahirkan kembali. Moment-moment saat dilahirkan kembali itu sering kali diwarnai dengan situasi yang tidak nyaman, takut dan kuatir. Dengan orang-orang baru dan situasi yang baru kita tidak selalu dengan mudah menerima atau menyesuaikan diri. Tidak jarang pula ada aroma penolakan dalam diri, ingin kembali ke tahap sebelumnya. Tetapi nyatanya hidup kita harus terus berjalan. Kitapun mampu untuk masuk dan menghidupi kenyataan baru itu. Sebagai orang beriman kita sudah ‘dilahirkan kembali’ lewat baptisan yang kita terima. Sudah semestinya kita hidup sesuai dengan martabat yang melekat dalam diri kita. Bisa jadi kita sudah lama dibaptis tetapi sering kali kembali hidup seperti orang yang tidak mengalami rahmat baptisan. Meski roh dan keinginan kita kuat, tetapi nyatanya daging kita banyak mengalami kelemahan. Kita dengan mudah kembali ke dunia lama. Jalan Kristus yang harusnya juga menjadi jalan kita, sering kali kita hindari dan kita tolak. Bisa jadi peristiwa yang hari-hari ini terjadi di seluruh dunia, mewabahnya virus corona, akan membuat kita bisa ‘terlahir kembali’ menjadi manusia baru yang peduli kepada sesama dan peduli pada kehidupan. Tuhan sudah menyediakan banyak hal lewat alam dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Tetapi mungkin saja kemarin-kemarin kita tidak menaruh peduli pada mereka. Kita acuh dan tak acuh, bahkan cenderung menghacurkan mereka. Orang lain sering kali kita anggap sebagai penghambat, atau bahkan mangsa yang bisa kita jadikan makanan kita. Demikian juga dengan lingkungan sekitar yang dengan tanpa malu kita habiskan hanya untuk kepentingan diri. Semoga kita tetap mampu bertahan, beriman, dan berkawan dengan orang sekitar dan alam semesta. Mari kita mohon rahmat Tuhan agar dalam setiap peristiwa, oleh karunia Roh, kita dimampukan terlahir kembali, menjadi manusia Kristus dalam segalanya. Amin
Renungan Harian, Selasa Pasakah II Read More »