PKSN VI: Internet, Penebar Suka Cita Bagi Sesama
Pekan Komunikasi Sosial Nasional VI dilenggarakan di dua kota yaitu Makassar, 26 – 28 Mei 2019 dan Makale, Tana Toraja, 29 Mei – 2 Juni 2019. Kedua kota ini kiranya mewakili dua entitas unik tuan rumah, Keuskupan Agung Makasar (KAMS). Kota Makasar dengan kultur urban suku-suku pendatang dan Tana Toraja dengan kultur budaya lokal yang kental. Tema pokok PKSN tahun ini mengacu pada Hari Komunikasi se-Dunia ke-53 yaitu “Kita adalah Sesama Anggota” dengan subtema “Berawal dari Jejaring Sosial Menuju Komunitas Insani.” Internet saat ini bisa dipandang sebagai karunia zaman yang sarat dengan nilai-nilai positif. Meski di sisi lain internet juga bisa menjerumuskan. Kita semua dipanggil untuk menciptakan dan menyebarkan konten-konten positif di media digital dan memerangi penyebaran hoax serta ujaran kebencian. Acara dibuka dengan misa konselebrasi di Katedral Makasar dengan selebran utama Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, Sekjen KWI. Dalam homilinya Uskup Keuksupan Bandung ini meminta agar setiap orang menjadi tanda kerahiman Allah. “Mari kita saling membangun kasih di atas segalanya; membangun komunikasi dengan nilai-nilai kristiani; mewartakan apa yang benar dan santun bagi sesama; bukan berita bohong, “ demikian ditegaskan. Memperkokoh NKRI Melalui Media Digital Dua hari berikutnya kegiatan PKSN dipusatkan di aula Paroki St. Frasiskus Asisi, Makasar. Pada 27/5/2019 diselengarakan seminar bertema “ Memperkokoh NKRI Melalui Media Digital.” Para pembicara adalah Dra. R. Niken Widiastuti M.Si, Sekjen Kementerian Komunikasi, Prof. Dr. Richardus Eko Indrajit, BP Komsos KWI, Drs. Eusabius Binsasi, Dirjen Bimas Katolik Kemenag, Drs. Selamata Sembiring M. Sc, Direktur Tata kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik, Ditjen Informasi dan Trias Kuncahyono, wartawan senior harian Kompas. Seminar dihadiri oleh sekitar 1000 umat Katolik terutama kaum muda. Niken Widiastuti mengatakan bahwa Kemkominfo telah memfasilitasi program go online kepada komunitas petani, nelayan dan pelaku UMKM. Tahun 2019 ini kementeriannya juga memberi 25.000 digital talent scholarship untuk generasi muda. Eko Indrajit dalam paparannya mengatakan bahwa salah satu ciri generasi milenial adalah akrab dengan gawai untuk keperluan interaksi, eksplorasi, dan kolaborasi. Rerata mereka menggunakannya dari 11 jam/hari dan yang paling banyak diakses adalah Whatsapp. Di sisi lain apa yang dimungkinkan secara teknologi belum tentu baik secara moral. Ia mengingatkan generasi muda agar bijak bermedsos, tetap seimbang antara dunia nyata dan dunia maya, serta menerapkan etika dalam berinteraksi. “ Apa yang sudah tertulis di internet, apalagi sudah viral, tidak bisa dihapus,” katanya. Tentang maraknya hoax di dunia maya ia mengatakan bahwa itu terjadi karena banyak orang jahat sibuk di internet sementara orang baik diam dalam doa. Jadi ia mengajak masyarakat untuk menjadikan internet sebagai media untuk menyampaikan kabar sukacita. Pasutri di Era Digital Keesokan harinya, 28/5/2019 diselenggrakan dua mata cara di tempat yang sama. Pagi hari diadakan lomba mewarnai gambar untuk anak-anak dan lomba debat untuk remaja. Siang hari hingga malam diselenggrakan rekoleksi keluarga dengan menghadirkan dua pembicara, Rm. Heribertus Hartono MSF, Sekretaris Komisi Kerasulan Keluarga dan Rm. C. Eko Wahyu, OSC. Rekoleksi dihadiri sekitar 800 orang. Romo Hartono dalam kesempatan itu menyampaikan penting menerapkan enam jurus 6 T strong relationship antarpasutri yaitu : think, talk, touch, time, trust dan togetherness. Pemberi materi selanjutnya, Rm. Eko dalam paparan berjudul “Aku dan Kau Berjalan Bersama di Era Digital” menekankan pentingnya pasutri mencari kekuatan dari Tuhan sebab oleh Tuhanlah mereka dipersatukan. *** (Veronika Gunartati)
PKSN VI: Internet, Penebar Suka Cita Bagi Sesama Read More »