Saudara-saudari terkasih dalam Kristus Yesus.
Paska adalah inti iman kita seturut iman pokok para Rasul Kudus. Namun untuk memahami pokok iman ini kita tidak pernah boleh meninggalkan kerangka menyeluruh karya keselamatan seturut kehendak Allah, yang melibatkan misteri penciptaan, misteri inkarnasi dan misteri kebangkitan. Dengan kata yang lebih sederhana, karena semua misteri itu terkait sosok Pribadi Kristus, maka kita harus memahami, mengimani dan mengikuti Yesus yang benar dan dengan benar. Kristus yang benar adalah Kristus yang diwartakan oleh Gereja Apostolik; selanjutnya diwartakan oleh pengganti para Rasul. Mengikuti Kristus dengan benar adalah dengan mengikuti ajaran dan tindakan para Rasul. Dan kita diberi pedoman dasar beriman dengan benar oleh Kitab Suci, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja. Tanpa ketiganya kita dapat tersesat. Kita dapat keliru mengikuti Yesus, misalnya kalau kita tidak menempatkan Ekaristi sebagai puncak dan sumber hidup kita, padahal Ekaristi adalah identik dengan perayaan Paskah. Padahal Hari Raya Kebangkitan Kristus, sekali lagi, adalah inti iman kita.
Bapa Suci mendesak kita agar melalui permenungan panjang masa Prapaskah, kita menemukan kriteria baru mengenai keadilan dan komunitas yang dengannya kita dapat terus maju menuju masa depan. Lebih jauh Bapa Suci mengingatkan bahwa dimana-mana di dunia saat ini ada godaan besar manusia ingin menjadi yang mahakuasa, menjadi tuhan-tuhan bagi diri sendiri dan orang lain untuk dihormati oleh semua orang, untuk mendominasi orang lain, nahkan untuk menyingkirkan dan meniadakan sesama manusianya sendiri. Hal itu semakin mudah dilakukan dengan berbekal kemajuan teknologi: kita sadar betapa godaan itu semakin menggiurkan. Terhampar jelas di hadapan kita. Kita bisa terikat pada uang, pada proyek, ide atau tujuan tertentu, pada jabatan dan pekerjaan, pada gaya hidup, bahkan pada kultus individu tertentu. Dan celakanya lagi jika keinginan sudah menjadi kebutuhan dan kebutuhan sudah menjadi nafsu; nafsumengubah dunia menjadi dunia yang produktif untuk kesenangan dan kenikmatan sementara dengan menyingkirkan semua hal yang dianggap tidak produktif. Apalagi jika menggantikan kemanusiaan dengan mesin dan alat. Nilai kemanusiaan diganti dengan nilai numerik/digital. Sudah barang tentu dunia akan semakin kehilangan cinta dan rahmat Allah.
Jika kita sendiri terjebak di arus dunia baru ini kita pasti sulit untuk bergerak maju dalam karya keselamatan, semua itu malah bisa melumpuhkan kita. Alih-alih ingin menyatukan manusia dalam kemanusiaan yang sama, sebaliknya malah akan tercipta banyak konflik, konflik apapun; karena manusia terjebak untuk saling bersaing demi ambisi dan nafsu masing-masing. Tiga jenis cobaan Iblis kepada Yesus, sepertinya selalu aktual dari jaman ke jaman dengan bentuknya yang selalu baru. Untuk itulah pada masa Prapaska perikop itu selalu ditampilkan kembali untuk menjadi pengingat kita secara terus menerus.
Sinode Gereja Universal menjadi keputusan agung kita untuk berani melawan arus dunia. Bapa Suci meminta kita agar melalui sinode kita semakin mampu menjalankan misi membawa cinta dan rahmat bagi semesta, membangun komunio yang semakin terbuka dan semakin mampu memberi kontribusi yang baik melalui partisipasi dalam kehidupan sehari-hari di tengah masyarakat. Paus mengatakan: “Biarkan orang lain melihat wajah gembira, mencium aroma kebebasan dan merasakan cinta yang membuat segala sesuatu menjadi baru, dimulai dari yang terkecil dan terdekat dengan kita”. Hal ini dapat dan harus terjadi di setiap komunitas Kristiani kita.
Pada persiapan Paska tahun 2024 ini, mengacu pada Arah Dasar Tahun VII Keuskupan kita: Tahun Pendidikan Cinta Budaya dan Kaderisasi Politik Cinta Tanah Air, kita sudah merenungkan secara khusus bahan APP. Semoga bahan-bahan itu menjadi sarana bantu yang efektif untuk mengisi masa tenang kita merefleksi kembali hakikat kekatolikan dan keindonesiaan kita. Dan pada Perayaan Paska menjadi saat dimana kita bersaksi tenatang pengalaman Paska baru kita. Pengalaman untuk masuk semakin dalam mewujudkan panggilan dan tugas pokok kita sebagai pembawa kabar baik. Pembawa kabar baik tentulah dengan bukti membawa kebaikan dimana-mana; dalam karya internal dan eksternal Gereja kita. Pengalaman Paska juga mengajak kita menggunakan energi baru, agar kita kuat mewujudkan semua itu; itulah energi kebangkitan, tenaga untuk terus hidup dan maju.
Di hadirat Tuhan, seluruh manusia mustinya semakin menjadi saudara dan saudari, itulah persaudaraan sejati yang hendak kita capai. Di keuskupan kita, dimulai dengan mencintai budaya dan tanah air. Kita manusia sama-sama pengembara di dunia ini yang saling membutuhkan dalam peziarahan yang sama menuju tujuan akhir hidup kita. Ke mana manusia harus kembali, kalau bukan kepada asalnya yang sejati. Dan Paska membawa kita kembali kepada hadirat Tuhan itu. Selamat Hari Raya Paska 2024. Alleluia.
Bandarlampung, 18 Maret 2024
Uskup Tanjungkarang
Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo