St. Yosafar, Uskup Martir
Bacaan: Lukas 17:7-10
Tuan dan hamba
17:7 “Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! 17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. 17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? 17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.”
Renungan
Bersiap Diri
Beberapa waktu lalu ada cerita yang menarik. Ada seorang babysitter (pengasuh bayi) yang dipuji oleh keluarga sang bayi. Dia juga dipercaya banyak hal, termasuk bayi itu dipercayakan sepenuhnya kepadanya untuk dijaga dan dirawat. Ada beberapa orang babysitter lainnya, tetapi dia yang paling dipercaya oleh keluarga itu. Ketika ada orang yang mengatakan soal kepercayaan itu, babysitter itu mengatakan sesuatu yang diluar pikiran banyak orang. Dia hanya mengekatan “bukan saya yang memberi makan bayi ini, tetapi bayi ini yang memberi makan saya”. Padahal pada kenyataannya dia sedang menyuapi bayi itu. Ada cara pandang yang berbeda untuk memaknai kenyataan. Cara pandang itu mengubah banyak menjadi lebih baik, termasuk kecintaan pada perkejaannya dan kasihnya kepada sang bayi.
Bisa jadi Injil hari ini sangat berbicara bagi sang babysitter. Dia tidak mengatakan saya sudah berpengalaman, atau ini pekerjaan mudah, atau jawaban lainnya. Dia hanya mengatakan “bayi ini yang memberi saya makan”. Apa yang dikerjakannya menjadi berbeda, dia bisa dengan hati dan cinta yang tulus merawat dan membesar sang bayi, tanpa banyak keluhan. Sudah barang tentu keluarga sangat percaya kepadanya. Demikian juga kita terhadap Allah yang mempercayakan banyak hal dalam hidup kita. Cara pandang yang sama bisa kita pakai untuk menghadap hadirat Allah. “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” Bisa menjadi cara pandang baru bagi kita untuk melakukan segalanya dengan semangat dan tanpa bersungut-sungut.
Konteks ini dihadirkan Lukas untuk mempersiapkan akhir zaman. Kita dihantar untuk semakin mempersiapkan diri. Senjata kita bukan pedang dan tombak. Justru senjata yang ampuh bagi kita adalah senjata cinta kasih, pengampunan, dan kesiapsediaan. Melakukan tugas tanggung jawab sudah menjadi kewajiban kita. Tetapi lebih dari itu, kita diajak untuk menjadikannya sebagai bagian dari hidup kita, bukan sekedar kewajiban.
Bersiap diri dengan sederhana bisa diartikan bahwa sekarang ini saya menjalankan tugas saya dengan penuh cinta dan dedikasi yang tinggi. Semoga dengan demikian, hidup kita menjadi semakin bersukacita dan berbuah.
Doa: Ya Tuhan, curahkanlah Roh Mu, agar aku mempunyai roh yang sama “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”. Amin.