Minggu pagi, 26 Mei 2024. Udara sejuk menyelimuti kawasan Gua Maria Segala Bangsa, Padangbulan, Lampung. Hari itu Gua Maria Padangbulan tampak begitu semarak dihiasi dengan rangkaian mawar yang indah. Dedaunan pun berbisik lembut. Mereka menyapa kepada para peziarah untuk tinggal sejenak. Menikmati kemesraan bersama Bunda Maria.
Para peziarah itu datang dari berbagai paroki Keuskupan Tanjungkarang. Ada yang datang dalam kelompok kecil. Tapi ada pula yang datang dalam kelompok besar. Hari itu mereka ingin berdoa kepada Bunda Maria dengan mempersembahkan intensi doa khusus.
Intensi atau ujud doa itu ditulis dalam secarik kertas indah yang telah disediakan oleh panitia. Kertas-kertas intensi itu dibakar saat Perayaan Ekaristi, yang pagi itu dipimpin oleh Uskup Tanjungkarang Mgr. Vinsensius Setiawan Triatmojo dan didampingi oleh beberapa romo.
Kertas intensi sudah diedarkan jauh-jauh hari sebelum Perayaan Ekaristi Gerakan Sepuluh Ribu Tangkai Mawar diadakan. Dengan membeli setangkai mawar seharga Rp.25.000,- berarti telah berpartisipasi untuk pembangunan renovasi Gereja Katedral Kristus Raja Tanjungkarang.
Menurut Ketua Panitia Mergilia Merlin Gerakan Sepuluh Ribu Tangkai Mawar Untuk Bunda Maria seperti ini sudah diadakan untuk ke empat kalinya. “Dana yang dibutuhkan masih begitu banyak,” imbuh Merlin.
Merlin mengucapkan syukur dan terimakasih kepada panitia yang terus bergelut dalam penggalangan dana renovasi Gereja Katedral Kristus Raja Tanjungkarang. “Semoga melalui Bunda Maria pengumpulan dana dapat berjalan lancar,” tambah Merlin.
Hari itu Gereja merayakan Hari Raya Tri Tunggal Maha Kudus. Dalam homilinya Mgr. Vinsensius memaparkan tentang Allah Tri Tunggal Yang Maha Kudus. Satu Allah, tiga pribadi.
Menjelaskan Trinitas ini, Uskup meminta agar tidak dijelaskan dalam analogi. Seperti misalnya, telur: ada kuning dan putih yang menjadi satu. Atau kopi three in one: kopi, gula, dan cream. Atau pun lilin yang bernyala: ada lilin, sumbu, dan api. “Dijelaskan dalam analogi apa pun, itu salah,” ujar Uskup.
Lalu Uskup menjelaskan sama seperti kita yang hadir di sini. Ada sekitar 3.000 orang. Itu berarti ada 3.000 pribadi yang berbeda, tidak ada yang sama. Yang sama hanyalah hakekatnya sebagai manusia. ***
M. Fransiska FSGM