Sebanyak 29 keluarga hadir berkumpul memenuhi undangan Uskup Agung Palembang sekaligus Administrator Apostolik Keuskupan Sufragan Tanjungkarang Mgr. Yohanes Harun Yuwono di Paroki Ratu Damai, Telukbetung, Senin, 21 November 2022.
Acara ini dikenal dengan acara Conveniat. Agendanya, Mgr. Yohanes Harun Yuwono membagikan buah-buah dari Rapat Tahunan Sidang Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) 2022 dan sekaligus membuka acara bersama Tahun VI Arah Dasar Keuskupan yaitu: “Tahun Devosional”
Imun rohani
Sekilas tentang devosional. Mgr. Harun membukanya dengan mengatakan, orang-orang kudus itu sepanjang hidupnya adalah orang-orang yang melakukan devosi secara pribadi yang dilakukan secara tekun. Maka, mereka kuat. Tahan banting. Memiliki imun rohani. Tidak mudah terserang ‘virus’ duniawi. Mereka terbiasa olah rohani.
Uskup mengajak kita semua untuk berdevosi kepada santo dan santa pelindung kita masing-masing.
Oleh-oleh dari KWI
Kepada para undangan Mgr. Harun Yuwono juga membagikan oleh-oleh saat ia menghadiri Konferensi Para Uskup se-Asia, 12 Oktober 2022 yang lalu di Bangkok, untuk menandai peringatan 50 Tahun Federasi Konferensi Waligereja Asia (FABC). Acara yang digelar selama dua pekan itu, dihadiri 275 Uskup dari 29 negara.
Pada konferensi itu, para uskup saling berbagi pengalaman, ada yang menggembirakan, tetapi ada pula yang memprihatinkan. Uskup menyebut beberapa negara beserta kondisinya. Diantaranya, Singapura: umat Katolik di sana sangat menikmati kehidupan toleransi beragama. Myanmar: ekonomi lemah. Pakistan: ekonomi lemah, masih banyak yang buta huruf dan pekerja kasar. Dan, Korea Selatan: miskin, tidak bisa sekolah, tetapi tetap memegang iman.
FABC memohon kepada Gereja-Gereja di Asia untuk berjalan bersama sebagai orang Asia.
- Berdialog dengan kelompok budaya lain.
- Memperhatikan kaum perempuan dengan lebih melibatkan mereka dalam Gereja
- Memperhatikan orang muda
- Mendorong kaum awam untuk terlibat dalam kehidupan bernegara
- Gereja Asia harus hidup secara KBG (kelompok-kelompok kecil). Tujuannya, saling mengenal, tidak hilang.
Di akhir acara, Rm. Emilianus Etrodismas, SCJ dan Rm. J. Christian Munte SCJ berpamitan karena mendapat tugas perutusan baru di luar Keuskupan Tanjungkarang. Acara Conveniat ini dihadiri oleh: para romo, suster, bruder, frater, Kharismatik, KTM, Yayasan Pelita Kasih, Tim Advokasi, dll.
Rekoleksi
Sebelum acara Conveniat berlangsung, diadakan rekoleksi yang dipimpin oleh Rm. Yulianus Sukamto SCJ, bertema: “Menghayati Kekudusan Dalam Terang Sabda Bahagia.”
Kekudusan bukan soal kesempurnaan. Kekudusan adalah pergumulan dalam hidup sehari-hari agar selalu terarah kepada Tuhan. Menjadi kudus identik dengan menghidupi sabda bahagia.
Kemiskinan rohani menjadikan kita lepas bebas, terbuka akan campur tangan Allah, punya ruang dan waktu untuk Allah, dan peka terhadap orang lain.
Tanda-tanda kekudusan: memiliki kasih sayang, rasa humor, tetap tersenyum, dan sederhana.
Tantangan menjadi kudus di zaman ini:
- Gnotisisme: Mendukung roh dan materi, segala sesuatu dirasa cukup kalau menguasai pengetahuan, rahmat tidak dibutuhkan oleh manusia, mendewakan IT, kesombongan
- Pelagianisme : Segala sesuatu tergantung pada usaha manusia. Mendewakan kehendak diri dan tidak mengandalkan Allah.***
M. Fransiska FSGM