Renungan Harian

Renungan Harian, Kamis Biasa XVI

Pesta St. Yakobus Rasul Bacaan: Matius 20:20-28 Permintaan ibu Yakobus dan Yohanes 20:20 Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. 20:21 Kata Yesus: “Apa yang kaukehendaki?” Jawabnya: “Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu.” 20:22 Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Kata mereka kepada-Nya: “Kami dapat.” 20:23 Yesus berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” 20:24 Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 20:25 Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. 20:26 Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, 20:27 dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; 20:28 sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” Renungan Bukan memerintah melainkan melayani “Melayani dengan hati” akan selalu menjadi jargon yang tetap revelan kapanpun dan dimanapun. Banyak tokoh dunia yang terkenal baik karena mempunyai semangat melayani yang luar biasa. Apa yang mereka kerjakan bukan pertama-tama demi dirinya sendiri atau keluarganya. Mereka bukan melayani dengan ‘tangan besi’ tetapi melayani dengan kuasa yang mereka miliki. Kekuasaan itu bukan untuk kesenangan dan kepuasan sendiri, namun untuk memperbaiki yang rusak, meluruskan yang bengkok, menghidupkan yang mati, bahkan memberi peluang kepada mereka yang hampir tidak punya peluang. Sikap demikian justru mendatangkan banyak kebaikan yang langgeng, dan pasti akan dikenang sepanjang masa. Sikap rendah hati menjadi kunci juga dalam seluruh pelayanannya. Tetap menghargai dan menghormati mereka yang lebih senior, bahkan kepada para lawan yang tak kurang-kurang berusaha menghancurkan. Tetapi jurstru sikap rendah hati itu membuat lawan-lawannya hancur sendiri. Kekuatan melayani dengan hati sungguh berdaya ubah, entah secara parsial maupun secara universal. Demikianlah Yesus mengingatkan para murid untuk mempunyai semangat itu, melayani dengan hati, bukan memerintah dengan kuasa tangan besi. Tidak perlu kuatir dengan orang-orang yang anti atau bahkanberusaha membinasakan semangat itu, karena mereka sendiri akan terkikis habis. Syaratnya adalah kita tetap mampu berdiri kokoh dalam kekuatan Allah sendiri. Tantangan dan hambatannya tentu tidak mudah. Kita perlu mencapai ‘kekuasaan’ yang tinggi untuk melayani dengan hati. Kita selalu berharap mereka yang mempunyai peluang besar untuk mengatur lebih luas mampu mempunyai semangat melayani yang tinggi. Bukan demi diri mereka sendiri, tetapi demi kebaikan semakin banyak orang. Doa: Tuhan, anugerahilah kami dengan semangat melayani dengan hati, bersikap rendah hati dan tulus. Amin.    

Renungan Harian, Kamis Biasa XVI Read More »

Renungan Harian, Rabu Biasa XVI

Bacaan: Matius 13:1-9 Perumpamaan tentang seorang penabur 13:1 Pada hari itu keluarlah Yesus dari rumah itu dan duduk di tepi danau. 13:2 Maka datanglah orang banyak berbondong-bondong lalu mengerumuni Dia, sehingga Ia naik ke perahu dan duduk di situ, sedangkan orang banyak semuanya berdiri di pantai. 13:3 Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: “Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. 13:4 Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. 13:5 Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. 13:6 Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. 13:7 Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. 13:8 Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. 13:9 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!” Renungan Bersyukur dan bersyukur Bacaan hari ini mengingatkan kita bahwa masing-masing dari kita sudah mendengarkan sabda-Nya namun mempunyai buah yang berbeda-beda. Tidak jarang karena buah yang berbeda, kita menjadi iri satu dengan lainnya. Kita tidak tau perisis buah berapa kali lipat yang kita dapatnya. Anugerah itu berasal dari Sang Penabur, dan tentu saja bagaimana kita dengan tekun mengusahakannya. Dan pasti tidak akan pernah berbuat jika hanya tinggal diam saja tanpa berbuat apa-apa. Kesuburan hidup jasma atau rohani setiap orang beriman berbeda. Perbedaan itu bukan menjadi alasan bagi kita untuk saling iri dan akhirya menjatuhkan. Satu-satunya kepastian yang bisa kita lakukan adalah bersyukur atas buah-buah yang kita hasilnya. Kesuburan hidup adalah hasil dari usaha setiap orang. Allah sudah memberikan benihnya, tinggal kita manusia bagaimana mengusahakannya. Jika tidak diawali dengan syukur, bisa jadi kita adalah benih yang jatuh dipinggir jalan, habis dimakan oleh burung. Sikap syukur mempunyai daya rohani yang dahsyat. Daya itu mendorong jasmani kita untuk menjadi kuat juga. Bersyukur menjadikan jiwa kita cukup, membuat raga kita damai. Hidup menjadi jauh lebih berdaya guna. Buah berlipat-lipatpun sangat mungkin didapatkan. Doa: Tuhan, semoga aku mampu bersyukur senantiasa. Amin.  

Renungan Harian, Rabu Biasa XVI Read More »

Ilustrasi: brotherness in Christ

Renungan Harian, Selasa Biasa XVI

Bacaan: Matius 12:46-50 Yesus dan sanak saudara-Nya 12:46 Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan berusaha menemui Dia. 12:47 Maka seorang berkata kepada-Nya: “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.” 12:48 Tetapi jawab Yesus kepada orang yang menyampaikan berita itu kepada-Nya: “Siapa ibu-Ku? Dan siapa saudara-saudara-Ku?” 12:49 Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 12:50 Sebab siapapun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di sorga, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.” Renungan Satu darah, satu daging Masih ingat kiranya lagu ‘Dalam Yesus Kita bersaudara’ yang hampir dalam setiap kegiatan dinyanyikan, dulunya. Sekarang ada banyak lagu pilihan yang bisa dinyanyikan ketika rekoleksi atau pertemuan-pertemuan OMK, atau dalam kesempatan lain. Namun demikian, makna kata-kata dalam lagu itu membuat kita meyakini bahwa memang di dalam Yesus Kristus kita satu keluarga. Seperti ditegaskan hari ini, kita satu keluarga karena kita mendengarkan dan melaksankan sabda-sabda-Nya. Tidak peduli dari tingkat golongan apa, dari daerah mana, berbahasa seperti apa, karena sabda-Nya kita adalah saudara. Maka tidak relevan lagi jika karena berbeda bahasa, berbeda suku, berbeda pendidikan, membuat kira menjadi terpecah belah. Justru kekhasan kita masing-masing itulah yang membuat kekeluargaan kita menjadi lebih indah. Tidak semua sama, tidak semua bareng-bareng, tidak semua harus seragam, karena memang kenyataannya demikian. Tetapi yang jelas kita dasatukan karena iman akan Kristus. Kedua, kita disatukan karena kita satu daging dan satu tubuh, yakni tubuh dan darah Kristus. Tubuh dan darah-Nya menjadi santapan kita setiap hari. Dia lah daya kekuatan ilahi yang melawan dosa. Karena dari tubuh dan darah yang satu, maka kita pun bersaudara. Kurban Kristus di salib yang mempersatukan kita. Kurban itu bukan hanya untuk golongan tertentu, atau kelompok tertentu, tetapi bagi siapa saja yang mau menerimanya. Kita adalah keluarga Gereja. Kita memang tidak sama, tetapi kita disatukan oleh Pribadi yang satu dan sama, Kristus Yesus. Tugas dan panggilan kita sama, mewartakan sabda-Nya dalam peran masing-masing. Semoga kita tetap mau bersatu. Bersatu bukan berarti tidak ada masalah, bersatu bukan berarti tidak ada perkelahian. Jikapun ada, mari kita tetap berdoa, semoga kita tetap mampu mengutamakn Kristus di dalam segalanya. Doa: Tuhan, semoga kami tetap bersatu. Amin.  

Renungan Harian, Selasa Biasa XVI Read More »

Renungan Harian, Senin Biasa XVI

Pesta St. Maria Magdalena Bacaan: Yohanes 20:1, 11-18 Yesus menampakkan diri kepada Maria Magdalena 20:1 Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. 20:11 Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, 20:12 dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. 20:13 Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis?” Jawab Maria kepada mereka: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” 20:14 Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. 20:15 Kata Yesus kepadanya: “Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” 20:16 Kata Yesus kepadanya: “Maria!” Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: “Rabuni!”, artinya Guru. 20:17 Kata Yesus kepadanya: “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.” 20:18 Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: “Aku telah melihat Tuhan!” dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya. Renungan Healing Mate Maria Magdalena menjadi gambaran setiap manusia yang rindu untuk bersatu dengan Allah. Ia mengalami kehidupan yang tidak mudah, berhadapan dengan situasi dan budaya. Dia adalah tokoh wanita yang dalam budayanya mendapat tempat yang nomer sekian. Apalagi dalam kehidupan beragama, dia sama sekali tidak bersuara, bahkan cenderung tidak ada. Maka dia menjadi gambaran yang pas bagi setiap orang yang mengalami ‘kegelapan hidup’. Maria Magdalena mengalami kegelapan kubur meski raganya masih berjalan di dunia. Namun demikian, ada satu pribadi agung yang mampu mengubah keadaannya. Pribadi itu adalah Dia yang terbaring dalam gelap kubur selama tiga hari. Hanya yang bangkit dari kuburlah yang mampu membawa Maria Magdalena kembali dari ‘kubur’. Dia adalah Yesus Kristus. Maria Magdelana mengalami kematian bersama dengan Yesus. Namun sapaan baru “Maria” dari Yesus menghentaknya dan membuatnya terbangun kembali untuk memulai hidup yang baru. Yesus yang menjumpai Maria membawa buah penyembuhan, perjumpaan yang menghidupkan, perjumpaan yang mendamaikan. Maria Magdelana mencari, tetapi Tuhan yang menemukan dan menyapanya. Dia yang terpisah dari Allah dan sesama, kini didamaikan kembali. Hubungan yang rusak dipulihkan kembali. Dia yang mengalami kematian, diberi harapan dan hidup baru. Masing-masing dari kita selalu dipanggil dengan nama khas masing-masing. Tuhan berkenan kepada kita, Ia punya urusan dengan kita. Pertanyaannya adalah apakah telinga kita mampu mendengar Tuhan yang menyapa? Bisa jadi telingan kita dipenuhi dengan suara-suara yang membuat kita tidak mendengar-Nya. Semoga mata batin kita semakin peka akan suara Tuhan yang menyapa. Pengampunan dan perdamaian sejati hanya bersumber dari-Nya. Semoga kita tidak lelah untuk datang kepada Yesus dan mendapat kehidupan dari pada-Nya. Doa: Tuhan, bangkitkanlah hidup kami yang lesu; berdilah damai yang menyembuhkan; pulihkanlah hubungan kami yang rusak dengan sesama dan dengan Engkau sendiri. Amin.  

Renungan Harian, Senin Biasa XVI Read More »

Keuskupan Tanjungkarang

keuskupantanjungkarang.org adalah website resmi Keuskupan Tanjungkarang yang dikelola langsung oleh Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Tanjungkarang

Kritik, usul, dan saran dapat menghubungi kami melalui komsosktjk18@gmail.com

Lokasi Kantor Keuskupan Tanjungkarang

© 2018-2024 Komsos Tanjungkarang | Designed by Norbertus Marcell

You cannot copy content of this page

Scroll to Top